Reinkarnasi sering kali dibayangkan berkaitan dengan spiritual. Kita meninggal, lalu terlahir kembali sebagai manusia lain, atau mungkin makhluk lain, tergantung pada karma.
Tapi bagaimana kalau proses itu justru jadi jalan untuk menyindir kehidupan, menertawakan sejarah, atau memahami cinta dengan cara yang tak biasa?
Dalam sastra China, reinkarnasi bukan hanya persoalan kepercayaan, tapi juga medium untuk merenungi ulang hidup, zaman, dan siapa kita sebenarnya.
Berikut tiga novel China yang membahas reinkarnasi dengan cara yang unik.
1. Life and Death Are Wearing Me Out – Mo Yan
Kalau kamu hanya akan baca satu novel tentang reinkarnasi seumur hidupmu, Life and Death Are Wearing Me Out bisa jadi pilihan yang tepat. Karya brilian dari peraih Nobel Sastra, Mo Yan, ini bercerita tentang seorang tuan tanah bernama Ximen Nao yang dihukum mati di masa Revolusi Agraria.
Tapi alih-alih menghilang begitu saja, jiwanya memulai perjalanan panjang dengan bereinkarnasi menjadi... seekor keledai.
Ya, keledai. Lalu sapi. Lalu babi. Lalu anjing. Hingga akhirnya manusia lagi. Melalui berbagai wujud itu, ia melihat banyak perubahan masyarakat China di era kapitalisme.
Mo Yan menggunakan narasi reinkarnasi ini sebagai alat kritik sosial yang tajam tapi dibalut humor absurd.
Hal yang menarik, meskipun telah bereinkarnasi menjadi hewan, Ximen Nao tetap membawa sifat-sifat manusiawi dalam dirinya, cinta yang tak padam, dendam yang membekas, rasa kehilangan, dan kerinduan mendalam pada tanah tempat ia berasal.
Ini adalah kisah yang liar tapi dalam, membuat kita tertawa dan merenung di saat bersamaan.
2. The Fat Years – Chan Koonchung
Meski tidak bersinggungan langsung tentang reinkarnasi, novel The Fat Years karya Chan Koonchung masih cukup relate dengan istilah lahir kembali.
Di China masa depan, sekelompok orang tiba-tiba tidak bisa mengingat satu bulan penting dalam sejarah—bulan yang entah bagaimana dihapus dari ingatan kolektif seluruh bangsa.
Tokoh utama pun merasa seperti telah dilahirkan kembali dalam realitas yang aneh: semua orang bahagia, semuanya berjalan lancar, tapi ada sesuatu yang janggal. Ia mulai mempertanyakan: apakah kebahagiaan yang ia rasakan ini nyata, atau hasil konstruksi besar-besaran?
Buku ini menghadirkan bentuk reinkarnasi yang lebih modern, bukan melalui perubahan wujud, melainkan lewat hilangnya jati diri dan sejarah pribadi.
3. Soul Mountain – Gao Xingjian
Dalam Soul Mountain, pemenang Nobel sastra Gao Xingjian membawa kita ke dalam perjalanan spiritual yang penuh pencarian makna.
Meski tidak menampilkan reinkarnasi secara eksplisit, novel ini dipenuhi oleh kesadaran akan kematian, pergeseran identitas, dan kelahiran kembali dalam makna batiniah.
Tokoh utama dalam kisah ini memulai perjalanannya ke pegunungan terpencil setelah mendapat vonis penyakit mematikan, sebuah momen yang mengubah cara pandangnya terhadap hidup, seolah ia "lahir kembali" secara batin.
Sepanjang perjalanan, identitasnya terus berubah: kadang menjadi "aku", lalu "kamu", kemudian "dia", sebuah pencarian jati diri yang tak pernah benar-benar selesai. “aku”, lalu “kamu”, “ia”, dan berbagai sisi diri yang terasa seperti reinkarnasi batin.
Dalam prosesnya, ia bertemu orang-orang sederhana, legenda rakyat, dan serpihan kenangan yang membuatnya terus menggali makna eksistensi.
Ketiga novel ini menunjukkan bahwa reinkarnasi dalam sastra China bukan sekadar siklus spiritual, tapi cara untuk menyelami sejarah, menyindir realitas, dan memahami kembali apa artinya menjadi manusia.
Jadi, kalau kamu pernah bertanya-tanya, "Bagaimana rasanya hidup sebagai makhluk lain?", mungkin buku-buku ini bisa memberi jawabannya, dengan cara yang mengejutkan sekaligus menyentuh.
Baca Juga
-
"Bakat Menggonggong", Eksperimen Narasi yang Cerdas dan Penuh Nyinyiran
-
Novel Ada Zombie di Sekolah: Ketika Pesta Olahraga Berubah Jadi Mimpi Buruk
-
Serunai Maut II, Perang Terakhir di Pulau Jengka dan Simbol Kejahatan
-
Serunai Maut: Ketika Mitos, Iman, dan Logika Bertarung di Pulau Jengka
-
Refleksi Diri lewat Berpayung Tuhan, Saat Kematian Mengajarkan Arti Hidup
Artikel Terkait
-
3 Rekomendasi Novel China Menelusuri Makna Keberuntungan yang Tak Terduga
-
Komik: Bentuk Sastra Paling Sederhana yang Tak Boleh Diremehkan
-
Ulasan Novel Bidadari Bersayap Biru: Misteri Reinkarnasi dan Cinta Tak Usai
-
Melihat Prespektif Berbeda Lewat Buku There Are No Bad People in The World
-
The Healing Season of Pottery: Menemukan Semangat Baru dari Studio Tembikar
Ulasan
-
Relate Banget! Novel Berpayung Tuhan tentang Luka, Hidup, dan Penyesalan
-
4 Kegiatan Seru yang Bisa Kamu Lakukan di Jabal Magnet!
-
Novel Ice Flower: Belajar Hangat dari Dunia yang Dingin
-
Novel Dia yang Lebih Pantas Menjagamu: Belajar Menjaga Hati dan Batasan
-
Review Series House of Guinness: Skandal dan Sejarah yang Sayang Dilewatkan
Terkini
-
Sea Games 2025: Menanti Kembali Tuah Indra Sjafri di Kompetisi Level ASEAN
-
Gawai, AI, dan Jerat Adiksi Digital yang Mengancam Generasi Indonesia
-
Effortlessly Feminine! 4 Padu Padan OOTD ala Mina TWICE yang Bisa Kamu Tiru
-
Married to the Idea: Relevankah Pernikahan untuk Generasi Sekarang?
-
Tutup Pintu untuk Shin Tae-yong, PSSI Justru Perburuk Citra Sendiri!