Sebagai buntut dari berita food vlogger-food vlogger yang sempat viral, beberapa waktu terakhir, profesi itu lagi jadi sorotan publik. Banyak yang pro dengan profesi ini, tapi enggak sedikit juga yang mengkritisi atau kontra. Apa masalahnya?
Jelas dari cara mereka mengulas suatu makanan, posisi mereka sebagai influencer berpengaruh banget sama minat masyarakat buat beli suatu dagangan. Kalau mereka bilang enak, tempat makan itu bisa ramai banget, tapi kalau mereka mengulas tempat makan itu dengan rating rendah, bisa jadi malah sepi.
Review jujur emang bagus, ini menunjukkan kredibilitas food vlogger itu, tapi dampaknya juga bisa parah banget, lo, ke tempat makannya.
Bayangin warung UMKM yang dengan susah payah dirintis terus di-spill sisi negatifnya, orang yang sebelumnya mau beli bisa putar balik. Ini yang jadi kontroversi.
Padahal, soal makanan itu kan tergantung selera, ya. Enak menurut si A belum tentu enak menurut si B, begitupun sebaliknya. Jadi, rasanya siapapun enggak berhak memengaruhi orang lain buat bisa sependapat sama mereka.
Apalagi dalam kasus ini, pihak rumah makan enggak minta buat di-review sama food vlogger. Tiba-tiba mereka datang, tanpa tahu basic-nya lalu ngomong ini itu ke kamera berdasarkan makanan yang ada di meja, dan disebarluaskan ke media sosial.
Akibatnya tempat makan yang sebelumnya aman-aman aja, kemudian omzetnya turun drastis karena di-review rendah sama food vlogger. Bukannya membantu, malah mematikan rezeki orang lain, kan?
Ya, enggak salah sih kalau ada beberapa rumah makan enggak mau makanannya di-review. Akhirnya, profesi food vlogger pun menuai banyak kritikan, terutama dari mereka yang benar-benar ahli di dunia F&B.
Kembali lagi ke bagaimana harusnya seorang food vlogger bersikap, dari sudut pandangku sebagai orang yang pernah mencoba jualan makanan, yang pasti kalau niatnya memang membantu, minimal ulas dengan bahasa yang tepat.
Review jujur boleh, tapi enggak sampai menjatuhkan bisnis orang. Tetap ingat bahwa apapun yang mereka katakan, akan sangat berpengaruh sama kelangsungan usaha orang lain, jadi penting bilang kalau itu murni pendapat pribadi.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Perlahan tapi Pasti, Fermin Aldeguer Sukses Buat Marc Marquez Khawatir
-
Akur dengan Aprilia, Jorge Martin Siap Kejar Gelar Juara Dunia Musim Depan
-
Prioritaskan Keselamatan, Maverick Vinales Absen di MotoGP Hungaria 2025
-
Masuk 5 Besar, MotoGP Austria 2025 Jadi Balapan Terbaik Enea Bastianini?
-
Kedatangan Marc Marquez, Kepala Kru Ducati: Saya Jatuh Cinta
Artikel Terkait
-
Buku 'Adab Makan dan Minum', Pelajaran tentang Sopan Santun di Meja Makan
-
Toko Roti Paling Legend di Yogyakarta, Sering Diserbu Para Pengunjung Loh
-
Lezatnya Menu Masakan Sunda di Bistro Amera Jambi, Nasi Liwetnya Juara
-
Kejanggalan Menu Pencegah Stunting di Kota Depok, Bermuatan Politis?
-
Mau Makan di Restaurant, tapi Lihat Menu harus Scan QR Code Dulu: Nafsu Makan Jadi Ilang
Kolom
-
Memaknai Literasi Finansial: Membaca untuk Melawan Pinjol dan Judol
-
Manakah Lore yang Lebih Kaya Antara Lord of the Mysteries dan One Piece?
-
Diksi Pejabat Tidak Santun: Ini Alasan Pentingnya Mapel Bahasa Indonesia
-
Sejuta Penonton, Seharusnya Bisa Lebih untuk Film Nasionalisme yang Membumi
-
Komunitas Buku sebagai Safe Space: Pelarian dari Kegaduhan Dunia Digital
Terkini
-
Sinopsis Drama China Fell Upon Me, Tayang di iQIYI
-
Lembapnya Tahan Lama! 4 Toner Korea Hyaluronic Acid Bikin Wajah Auto Plumpy
-
Do What I Want oleh Monsta X: Rasa Bebas dan Percaya Diri Melakukan Apa Pun
-
Ulasan Novel Rumah Tanpa Jendela: Tidak Ada Mimpi yang Terlalu Kecil
-
Bye-Bye Pori-Pori Besar! Ini 4 Serum Korea yang Ampuh Bikin Wajah Halus