Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Lintang Larissya
Visualisasi menu digital restoran. (cr. Orderlina)

Semakin berkembangnya zaman, maka semakin canggih pula teknologi dimanfaatkan di berbagai bidang, salah satunya adalah restoran. 

Salah satu pemanfaatan teknologi yang saat ini marak digunakan oleh restoran adalah penggunaan menu digital menggunakan QR Code sebagai ganti dari buku menu tradisional. Cara ini diharapkan dapat memudahkan pengunjung untuk melihat menu melalui ponsel pintar serta melakukan pemesanan dengan cara yang efektif. 

BACA JUGA: Tak Seperti Biasanya, Pria Ngaku Maling Motor hingga Menyerahkan diri ke Polisi

Akan tetapi, siapa sangka jika metode ini justru membuat masyarakat merasa enggan sampai membuat nafsu makan hilang. Belakangan ini banyak orang yang mengeluhkan keberadaan menu QR Code yang dianggap malah menyusahkan, jauh berbeda dari kelebihan yang diharapkan. Belum lagi masalah tampilan menu yang kurang menarik, proses pemesanan yang dianggap terlalu rumit, hingga koneksi internet yang juga menjadi pemicu masyarakat semakin menentang metode ini. 

Seperti yang terjadi di aplikasi X baru-baru ini, netizen membagikan pendapatnya terkait keribetan dari penggunaan menu digital. Mengutip sebuah tweet dari akun X @biasalahanakmud yang membagikan sebuah foto yang merupakan menu restoran dengan QR Code. 

Pemilik akun juga menambahkan keterangan terkait penolakannya terhadap metode tersebut, “Stop normalisasi menu restoran pake QR Code.”

Melalui unggahannya, sang pemilik akun mendapatkan respons dukungan dari netizen, tweet ini pun dilihat oleh lebih dari 2,2 juta orang dan mendapat 1,6 ribu komentar, serta 7,8 postingan ulang dari pengguna aplikasi yang sama. 

BACA JUGA: Cari Istrinya yang Hilang di Twitter, Suami dr Qory Malah Dicurigai Balik Netizen

Rata-rata warganet mengaku setuju dengan pemilik akun atas pendapatnya. 

“Asli, tidak jadi terlihat menggoda,” “Apetite (nafsu makan) aku hilang,” cuit @biasalahanakmud. 

"Banget. Apalagi yang pakai fitur add to chart, check out dan bayar ke kasir juga ujung-ujungnya. Padahal beli ke restoran langsung, tapi serasa beli online. Mana loading (lama) banget lagi websitenya," tambah @sur** pada kolom komentar.

"Sebenernya sih gak masalah. Tapi pernah kesel banget sama sistem ini pas kebetulan jaringan ponsel di resto itu tuh jelek banget. Alhasil bermenit-menit gak loading itu web, padahal mau liat menu doang. Kan bete," ujar @ai**.

Awalnya memang metode ini dikembangkan guna menjadi langkah pencegahan penyebaran COVID-19 dengan meminimalkan interaksi antara pengunjung dan staf restoran. 

Namun, rupanya ada dampak-dampak yang tidak diharapkan terjadi pada metode ini, yang pada akhirnya menyulitkan beberapa orang untuk memesan makanan.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Lintang Larissya