Membahas dunia organisasi dan mahasiswa seakan nggak ada habisnya. Mengapa tidak? Isu mahasiswa masih relevan dianggap sebagai ladang untuk membentuk ‘ke-idealis-an’ dan ‘kekritisan’ manusia.
Terlebih bicara mengenai organisasi yang ada di kampus, wadah ini kadang masih menuai pro kontra di tengah-tengah lingkup mahasiswa.
Organisasi kampus dianggap sebagai salah satu wadah untuk bisa melatih kepemimpinan dan kekritisan, namun di sisi lain ada pula yang menganggapnya kalau organisasi bisa menghambat proses akademik mahasiswa di kampus.
Jika dilihat dalam catatan sejarah mahasiswa, peran organisasi amatlah penting. Di era Orde Baru misalnya, ribuan mahasiswa yang turun ke jalan untuk menuntut agar presiden Soeharto turun dari jabatannya, itu tak lepas dari motor penggerak organisasi. Meskipun nggak semua mahasiwa yang turun di jalanan itu adalah anak organisasi.
Bahkan sebelum Indonesia saja merdeka, organisasi mahasiswa memiliki peran penting sebagai wadah pergerakan mahasiswa, seperti halnya Budi Utomo, Perhimpunan Indonesia, Kelompok Studi Indonesia, dan organisasi pergerakan yang lainnya.
Bukan itu saja, organisasi pergerakan yang sampai hari ini masih mentereng seperti HMI, GMNI, PMII, IMM, KAMMI, dan organisasi cipayung yang lain.
Namun, tampaknya di era globalisasi dan modernisasi hari ini, organisasi semacam begituan mulai kurang diminati mahasiswa. Organisasi yang masih setia pada nilai-nilai perjuangan dan ideologinya, seakan ingin dibenturkan dengan kebutuhan mahasiswa hari ini.
Tak bisa dipungkiri dunia globalisasi menuntut mahasiswa harus memiliki skill untuk menghadapi dan bisa beradaptasi dengan perkembangan globalisasi. Sehingga, ketika organisasi masih hanya fokus pada sikap ideologinya tanpa memperhatikan pengembangan skill, itu bisa saja memicu mahasiswa untuk nggak mau ikut dalam organisasi.
Artinya apa, pengembangan skill dan ideologi mahasiswa seakan ingin dibenturkan. Seakan bahwa ketika masuk di organisasi yang memiliki ideologi tertentu, itu nggak bisa menjamin ada pengembangan skill untuk menghadapi tantangan dunia kerja di era modernisasi hari ini.
Untuk itu, sebagai saran dari penulis, organisasi yang memiliki ideologi tertentu harus juga bisa berbenah, nggak boleh terlalu monoton pada proses kaderisasi yang sudah lama, organisasi harus bisa beradaptasi dengan perkembangan dunia saat ini.
Selanjutnya, minat mahasiswa untuk bergabung di organisasi penting juga untuk dikuatkan kembali, organisasi sebenarnya bisa menjadi wadah pengembangan karakter maupun skill, organisasi bisa mengembangkan kader yang nggak hanya berfokus pada ideologi saja.
Artinya, organisasi bisa menata proses rekruitmen kader dengan tetap berpegang teguh pada ideologi, serta tidak lupa untuk pengembangan skill kader dalam menghadapi dunia ke depan.
Meskipun berada di era digitalisasi, pemikiran ‘ke-idealis-an’ dan ‘kekritisan’ amatlah penting untuk tetap diasah. Karena kita sebagai manusia hidup bukan hanya untuk kerja doang, tapi penting kiranya nila-nilai kemanusian itu diketahui dan dijunjung tinggi.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Estafet Jokowi ke Prabowo, Bisakah Menciptakan Rekrutmen Kerja yang Adil?
-
6 Alasan Kenapa Banyak Orang Lebih Memilih WhatsApp Dibanding yang Lain
-
6 Pengaturan di Windows yang Dapat Memaksimalkan Masa Pakai Baterai Laptop
-
7 Fitur Keamanan Android yang Bisa Lindungi Data Pribadi Kamu
-
4 Trik Tingkatkan Kualitas Audio di Laptop Windows
Artikel Terkait
-
Masih Saja Dihujat, Sang CEO Buka Suara Tentang Berdirinya UIPM
-
Adakan PTKO II, Imabsi FKIP Unila Bekali Anggota agar Paham Renstra dan LPJ
-
UPH Awards 2024: Apresiasi kepada Lebih dari 500 Mahasiswa UPH Berprestasi di Berbagai Kompetisi
-
Sukses! Mahasiswa Amikom Yogyakarta Adakan Sosialisasi Pelatihan Desain Grafis
-
Viral Spanduk Jasa Kilat Gelar Akademik UI: Tawarkan Testimoni Bahlil, Publik Ketar-ketir
Kolom
-
Thrifting: Gaya Hidup Hemat atau Ancaman Industri Lokal?
-
Thrifting: Gaya Hidup Hemat atau Ancaman Industri Lokal?
-
Tantangan Literasi di Era Pesatnya Teknologi Informasi
-
Tren Media Sosial dan Fenomena Enggan Menikah di Kalangan Anak Muda
-
Mengemis Digital di TikTok: Ketika Harga Diri Menjadi Komoditas
Terkini
-
Rilis Foto Pembacaan Naskah, Ini 3 Pemain Utama Drama Korea Namib
-
Tuai Perdebatan, Kim Nam Gil Tanggapi Tawaran Main di Drama Get Schooled
-
Raih Kemenangan Dramatis, Putri KW Lolos Babak Semifinal Korea Masters 2024
-
Ulasan Buku Ekidna Belajar Mandiri: Berani Menghadapi Keraguan dan Hal Baru
-
Novel Jejak Balak: Alam Rusak, Roh Leluhur pun Marah