Plagiasi adalah salah satu kejahatan yang menjadi momok bagi penulis. Parahnya, tidak ada hukuman tegas bagi para pelaku plagiat ini, terutama di negara kita, sehingga para penulis yang merasa karyanya 'dicuri' harus berjuang sendiri untuk 'menyelamatkan' karyanya.
Akan tetapi tak jarang, masalah plagiasi di dunia literasi ini akan berujung damai setelah menimbulkan perdebatan yang viral di media sosial.
Kevilaran masalah ini tentu karena terlibatnya para penggemar dari para penulis yang terlibat. Penulis yang merasa menjadi korban, berjuang agar karya yang telah ia ciptakan dengan susah payah tidak seenaknya 'dicuri'.
Namun di sisi lain, penulis yang tertuduh 'mencuri' terus memiliki alasan untuk berkelit dari tuduhan ini. Semua ini diperparah dengan para fans yang tetap mendukung para plagiator ini. Bahkan tak jarang, para plagiator dan fansnya ini justru lebih 'galak' dibanding si pemilik ide orisinalnya.
Sungguh miris!
Seharusnya hal ini bisa terhindarkan bila masing-masing pihak sadar bahwa menciptakan karya adalah pekerjaan yang tidak pernah mudah. Bila masing-masing orang saling menghargai tentunya tindakan memalukan ini tidak akan pernah terjadi.
Ada banyak yang harus dikorbankan demi memiliki sebuah karya. Mulai waktu, pikiran, hingga tenaga. Belum lagi banyak hal di balik layar yang biasanya dialami penulis saat menciptakan karyanya.
Sehingga sungguh menyedihkan bila sampai karya yang dibuatnya dengan susah payah ini sampai dicuri oleh plagiator yang lebih galak.
Namun sayang, para plagiator ini biasanya nekat mengambil jalan ini karena beberapa alasan, seperti ingin mempunyai karya dan mendapat dukungan dengan cara instan.
Lalu ditambah keyakinan bahwa tulisan tersebut akan lebih viral di tangan mereka. Karena biasanya, sebuah karya memang lebih viral di tangan plagiator dibanding di tangan penulis aslinya. Meskipun tidak semua seperti ini.
Naasnya, para plagiator ini biasanya tutup mata dan justru playing victim saat ditegur. Terlebih bila penggemar mereka sudah 'fanatik'. Hal ini akan semakin memperkeruh suasana.
Situasi yang lebih rumit adalah saat tulisan-tulisan mereka di-copy paste dengan seenaknya melalui website-website anonim. Bila sudah begini, tak jarang ada penulis yang menjadi takut untuk menulis lagi karena para oknum ini.
Namun lagi-lagi, inilah perjuangan kita bersama. Semoga para plagiator bisa segera sadar dan tidak mengulangi perbuatannya!
BACA BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE
Baca Juga
-
Jangan Memulai Apa yang Tidak Bisa Kamu Selesaikan: Sentilan Bagi Si Penunda
-
Novel 'Mana Hijrah': Ujian Hijrah saat Cobaan Berat Datang dalam Hidup
-
Mama yang Berubah Jadi Peri di Mummy Fairy and Me 4: Keajaiban Putri Duyung
-
Doyoung NCT 'The Story': Ceria Hidup Layaknya Healing dan Pelukan Hangat
-
Lovelyz "November": Kamu sebagai Tujuan Hidup yang Tidak Pernah Berubah
Artikel Terkait
-
WTON Catatkan Kontrak Baru Hingga Oktober 2024 Sebesar Rp4,99 Triliun
-
Pisang dengan Selotip Karya Maurizio Cattelan Terjual Rp98 Miliar
-
Modal Ngeblog Bisa Sampai Yurop: Rahasia Jalan-Jalan Gratis dari Menulis
-
Buku Festival Layang-Layang: Belajar Menghargai Karya Orang Lain dengan Bijak
-
Ulasan Buku 'The Dignity of Writing', Makna Kehidupan Lewat Sebuah Tulisan
Kolom
-
Seni Menyampaikan Kehangatan yang Sering Diabaikan Lewat Budaya Titip Salam
-
Indonesia ke Piala Dunia: Mimpi Besar yang Layak Diperjuangkan
-
Wapres Minta Sistem Zonasi Dihapuskan, Apa Tanggapan Masyarakat?
-
Ilusi Uang Cepat: Judi Online dan Realitas yang Menghancurkan
-
Dukungan Jokowi dalam Pilkada Jakarta: Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Terkini
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua
-
Ulasan Novel Binding 13, Kisah Cinta yang Perlahan Terungkap
-
Shin Tae-yong Panggil Trio Belanda ke AFF Cup 2024, Akankah Klub Pemain Berikan Izin?
-
Sinopsis Film Death Whisperer 2, Aksi Nadech Kugimiya Memburu Roh Jahat
-
Maarten Paes Absen di Piala AFF 2024, Saatnya Cahya Supriadi Unjuk Gigi?