Perkembangan teknologi membawa banyak hal baik dalam segala bidang, tak terkecuali dalam dunia literasi. Para penulis yang dulu kesulitan memublikasi karyanya, sekarang mendapat banyak wadah yang mudah dan cepat, baik karya fiksi maupun non fiksi, semua bisa terfasilitasi dengan baik agar menemukan pembacanya.
Tak heran yang dulu menyalurkan karya melalui pos, sekarang sudah dipermudah dengan e-mail dan berbagai platform online.
Tak hanya itu, kemajuan teknologi juga merombak sistem royalti yang diterima penulis. Selain sistem persenan yang ditetap penerbit konvensional, saat ini penulis juga bisa mendapat keuntungan dari koin, poin, atau views yang bisa dikonversi ke dalam rupiah.
Tentu hal tersebut menjadi angin segar di bidang ini, karena yang dulunya hanya segelintir orang yang bisa menjadi penulis. Namun saat ini setiap orang seolah mendapat kesempatan yang sama.
Namun sayangnya, di balik semua ini ternyata masih ada PR besar yang menjadi masalah dan kerap merugikan penulis. Bicara gaji memang terkadang tidak terasa adil bagi para penulis ini.
Sebab seperti yang diketahui, untuk membuat sebuah karya dibutuhkan usaha yang tidak sedikit. Mulai dari tenaga, waktu, dan terutama pikiran.
Padahal, kerja yang melibatkan ide dan pikiran seperti ini biasanya mendapat gaji yang lebih banyak. Namun itu semua tidak dirasakan oleh penulis. Bahkan tak jarang, mereka mengalami kerugian.
Dalam banyak kasus, ada klien yang kabur dan mengkhianati kesepakatan awal setelah memanfaatkan jasa penulis. Ada juga yang mungkin tidah separah itu tapi telat dalam pembayaran gajinya.
Lalu ada juga platform menulis yang mendadak merubah peraturan yang berhubungan dengan profit, dan lagi-lagi berimbas pada pengurangan gaji penulis itu sendiri.
Sehingga pekerjaan dengan waktu fleksibel yang sering menjadi dambaan banyak orang ini ternyata memiliki sisi gelap yang tidak banyak diketahui orang.
Belum lagi kalau ide yang sudah susah payah mereka tuang menjadi sebuah tulisan dicuri dengan diplagiasi. Sungguh miris sekali. Padahal royalti yang didapat juga tidak seberapa.
Meski tidak semua merasakan hal yang sama. Ada juga penulis yang sangat diuntungkan dengan sistem views, poin, atau koin ini. Namun dibanding yang untung, ada lebih banyak penulis yang merasakan sebaliknya.
BACA BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE
Baca Juga
-
Isu Diskriminatif di Balik Film Jepang 'Sweet Bean'
-
Bukan Sekadar Berpesta, Ini Kekonyolan Masa Muda di BIGBANG We Like 2 Party
-
Kontras dengan Judulnya, Ini Kisah Patah Hati di Lagu Key SHINee 'Easy'
-
Hampers Tidak Wajib, Tapi Jangan Ajak Orang Lain Stop Kirim Hadiah Lebaran
-
Lebaran Penuh Kepalsuan, saat Momen Suci Berubah Menjadi Tekanan Tahunan
Artikel Terkait
-
Diisukan Selingkuh, Segini Gaji Ridwan Kamil saat Jadi Gubernur Jawa Barat
-
Viral Arra Hina Buruh, Netizen Ungkap Gaji Besar Di Pabrik Bisa Capai 2 Digit!
-
Segini Gaji Kelas Menengah di Amerika Serikat, Minat Ganti Paspor?
-
Verrell Bramasta Bagi-Bagi THR ke Karyawan, Isi Amplopnya Bikin Salfok
-
Beda Gaji Rachel Zegler vs Gal Gadot di Film Snow White
Kolom
-
Lebaran Usai, Dompet Nangis? Waspada Jebakan Pinjol yang Mengintai!
-
Generasi Unggul: Warisan Ki Hajar Dewantara, Mimpi Indonesia Emas 2045?
-
Antara Doa dan Pintu yang Tertutup: Memahami Sajak Joko Pinurbo
-
Indonesia Krisis Inovasi: Mengapa Riset Selalu Jadi Korban?
-
AI Mengguncang Dunia Seni: Kreator Sejati atau Ilusi Kecerdasan?
Terkini
-
Bikin Gagal Move On! 3 Drama Medis Korea Ini Siap Bikin Kamu Pengen Jadi Dokter!
-
Reuni Lagi, Lee Do Hyun dan Go Min Si Bakal Bintangi Drama Baru Hong Sisters
-
Review Novel 'Entrok': Perjalanan Perempuan dalam Ketidakadilan Sosial
-
Mark NCT Wujudkan Mimpi Jadi Bintang di Teaser Terbaru Album The Firstfruit
-
Review Film All We Imagine as Light: Kesunyian di Tengah Hiruk-pikuk Mumbai