Jenjang karir atau kenaikan pangkat adalah salah satu hal yang menjadi pertimbangan saat memilih profesi. Setelah melewati masa kerja dengan pencapaian tertentu seseorang memang berhak mendapatkan jenjang karir yang lebih baik.
Namun sayangnya, meski telah mengabdikan diri dan berdedikasi dalam jangka waktu tertentu, para penulis tidak bisa mendapatkan hal ini.
Hal ini karena mayoritas penulis adalah mereka yang bekerja lepas atau freelance. Sehingga mereka pun mendapat bayaran sesuai projek atau kesepakatan dengan klien. Namun ada juga yang menerapkan sistem royalti dengan kontrak tertentu.
Apa pun itu, mereka tetaplah pekerja yang tidak memiliki jenjang karir yang jelas, walau telah bekerja sangat baik.
Ada yang menganggap ini ironi, tapi ada juga yang tidak masalah dengan hal ini.
Hal ini karena jenjang karir bukanlah sesuatu yang dicari oleh mereka yang memantapkan diri untuk menjadi penulis full time secara freelancer. Beragam alasan pun melatarbelakangi hal ini.
Seperti yang disebut di awal, mayoritas penulis bekerja dengan sistem freelance. Sehingga mereka cenderung memiliki waktu yang fleksibel dan tidak terikat.
Orang-orang seperti ini biasanya lebih mengutamakan 'kebebasan' dalam bekerja dibanding jenjang karir. Sehingga mereka bisa tetap bekerja sambil mengurus keluarga, kuliah, atau melakukan pekerjaan lain.
Mereka juga bisa bekerja dari mana saja tanpa harus ribet dengan urusan cuti dan jatah libur yang terbatas.
Ada juga yang memiliki keterbatasan kesehatan sehingga lebih nyaman dengan pekerjaan seperti ini. Sehingga mereka tidak cocok dengan sistem 'kantor' yang mengharuskan pegawainya ada di kantor sesuai jadwal.
Sementara saat menjadi penulis lepas, mereka bisa hanya menerima klien atau kontrak saat sehat saja. Sehingga mereka tidak perlu bekerja setiap hari.
Jenjang karir memang terlihat keren dan menjanjikan. Namun tidak semua kondisi memungkinkan mereka melakukan pekerjaan yang menawarkan hal ini.
Sehingga profesi di bidang literasi kerap menjadi pilihan banyak orang karena berbagai alasan seperti yang telah disebut di atas.
Namun di sisi lain, mereka memang dihadapkan pada banyak ketidakpastian dan sering tidak dihargai sesuai dengan jerih payahnya.
Bagaimana menurutmu?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Lovelyz "November": Kamu sebagai Tujuan Hidup yang Tidak Pernah Berubah
-
Drama Korea Virtuous Business: Ibu Polos yang Dobrak Moral demi Ekonomi Keluarga
-
Jawaban Pertanyaan Hidup di Buku Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan
-
Key SHINee 'Golden': Warna-warni Masa Muda yang Relevan dengan Banyak Orang
-
I Hate Love Me: Buku yang Memberimu Pelukan Virtual saat Sedang Insecure
Artikel Terkait
-
Rekam Jejak Melly Goeslaw, Penulis Lagu Hits yang Kini Banting Setir Jadi Politisi
-
Bangun Minat Menulis, SMA Negeri 1 Purwakarta Undang Penulis Novel
-
Libur itu Bukan Dosa, Freelancer dan Ketidakpastian Gaji Setiap Bulan
-
Terulang Lagi! Freelancer Ngaku Kehilangan Laptop di Bus, Warganet Serukan Boikot Rosalia Indah
-
3 Platform Lowongan Kerja Online Penulis Lepas, Bisa Kerja Dari Mana Saja!
Kolom
-
Standar Nikah Muda dan Mengapa Angka Perceraian Semakin Tinggi?
-
Indonesia vs Arab Saudi: Mencoba Memahami Makna di Balik Selebrasi Seorang Marselino Ferdinan
-
Matematika Dasar yang Terabaikan: Mengapa Banyak Anak SMA Gagap Menghitung?
-
Media Sosial TikTok: Ancaman atau Hiburan bagi Generasi Muda?
-
Viral Lomba Mirip Nicholas Saputra, Kok Bisa Kita Kembar dengan Orang Lain?
Terkini
-
Gaya Selebrasi Marselino Ferdinan Viral, Media Asing Soroti Rekam Jejaknya
-
3 Pelembab Panthenol untuk Redness dengan Harga Terjangkau, Cuma Rp48 Ribu
-
Kekurangan Suku Cadang untuk Diuji di Barcelona, Joan Mir Marah ke Honda
-
Marvels Spider-Man 2 Hadir di PC Januari 2025, Jangan Lewatkan!
-
Bikin Nagih, Sarapan Kaki Lima Mie Celor Nizam di Telanaipura Kota Jambi