Pernahkah Anda mendengar ungkapan, "Gampang kalau cuma teori"? Ungkapan ini seringkali menjadi sindiran halus bagi mereka yang pandai berteori namun kesulitan ketika dihadapkan pada situasi nyata. Fenomena ini semakin terasa relevan di kalangan mahasiswa, ketika banyak yang mampu menghafal rumus, konsep, dan teori, tetapi kesulitan menerapkannya dalam praktik. Kesenjangan antara teori dan praktik ini menjadi sebuah dilema yang perlu dikaji lebih dalam.
Bahkan jika bicara soal kenyataan yang ada, tidak jarang ditemukan segelintir mahasiswa yang lupa akan teori yang ada dan hanya bergantung pada skema pembelajaran statis atau sekadar tahu tanpa ada pendalaman lebih jauh. Hal ini tentu merugikan karena setelah selesai pembelajaran, mereka akan melupakan apa yang telah mereka dapatkan.
Teori muncul dari pola-pola yang khusus dalam suatu praktik yang digunakan untuk memahami cara kerja. Teori merupakan fondasi penting dalam setiap bidang ilmu. Teori memberikan kerangka berpikir yang sistematis dan membantu kita memahami fenomena di sekitar. Namun, teori semata tidak cukup. Praktik adalah jembatan yang menghubungkan teori dengan dunia nyata. Melalui praktik, kita dapat menguji kebenaran teori, menemukan solusi atas masalah, dan mengembangkan keterampilan yang relevan.
Lantas ada beberapa alasan yang menjawab mengapa muncul kesenjangan antara teori dan praktik di kalangan mahasiswa ini. Pertama, banyak kurikulum perkuliahan yang masih terlalu terpusat pada teori, sehingga mahasiswa kurang memiliki kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu yang mereka pelajari. Terkadang, materi kuliah yang diajarkan juga tidak relevan dengan permasalahan dunia nyata yang dihadapi mahasiswa.
Kedua, beberapa mahasiswa merasa bahwa praktik tidak seberguna teori dalam mencapai tujuan akademis sehingga mereka kurang termotivasi untuk terlibat dalam kegiatan praktik. Ketakutan untuk membuat kesalahan juga sering kali menghalangi mahasiswa untuk mencoba hal-hal baru dan mengembangkan keterampilan praktis.
Kesenjangan antara teori dan praktik dapat menimbulkan sejumlah dampak negatif, baik bagi individu maupun bagi masyarakat secara luas. Biasanya, lulusan yang hanya menguasai teori akan kesulitan untuk beradaptasi dengan tuntutan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan praktis. Tanpa pengalaman praktik, mahasiswa akan sulit untuk menghasilkan ide-ide kreatif dan inovatif.
Mahasiswa perlu mengubah mindset mereka tentang pentingnya praktik. Mereka harus menyadari bahwa teori dan praktik saling melengkapi dan sama-sama penting untuk mencapai kesuksesan. Dengan kegiatan ekstrakurikuler, seperti organisasi mahasiswa, komunitas minat, dan lomba-lomba dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan praktis dan soft skills.
Kerja sama dengan industri dapat memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar langsung dari praktisi dan menerapkan ilmu yang mereka pelajari dalam konteks dunia kerja. Mahasiswa sekarang dapat mengikuti kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, seperti MSIB alias Magang dan Studi Independen Bersertifikat di posisi tertentu yang relevan dengan jurusan dan potensi mereka, mengajar di sekolah, pertukaran mahasiswa, riset, wirausaha, KKN, atau kegiatan sosial kemanusiaan.
Ibarat sebuah mesin, teori adalah bahan bakar yang memberikan tenaga. Namun, tanpa praktik, mesin itu tidak akan pernah bergerak. Mahasiswa harus menjadi insinyur yang tidak hanya memahami desain mesin, tetapi juga mampu mengoperasikannya dengan baik. Dengan mengasah keterampilan praktik, mahasiswa akan menjadi lulusan yang siap menghadapi tantangan dunia kerja yang dinamis dan terus berkembang.
Mahasiswa sebagai agen perubahan dapat mengambil inisiatif untuk mencari pengalaman praktik, bergabung dalam proyek-proyek nyata, atau bahkan menciptakan inovasi baru. Dengan semangat belajar mandiri dan kreativitas yang tinggi, mahasiswa tidak hanya akan memperkaya diri, tetapi juga berkontribusi dalam memajukan bangsa.
Baca Juga
-
Wapres Minta Sistem Zonasi Dihapuskan, Apa Tanggapan Masyarakat?
-
Mapel Coding dan AI untuk SD, Kebijakan FOMO atau Kebutuhan Pendidikan?
-
Imabsi Gelar Kelas Karya Batrasia ke-6, Bahas Repetisi dalam Puisi
-
Magang untuk Cari Pengalaman, tapi Dituntut Punya Pengalaman?
-
Jejak Kolonialisme dalam Tindakan Penjarahan: Jajah Bangsa Sendiri?
Artikel Terkait
-
Pendidikan Prilly Latuconsina vs Amanda Manopo, Beda Pandangan Soal Wanita Independen
-
Jenis Pekerjaan yang Aman dari Ancaman di Masa Depan
-
Pendidikan Mentereng Hasto Kristiyanto: Berani Bongkar Skenario Jokowi Jegal Anies
-
Pendidikan Adik Irish Bella Sean Ivan Ria de Beule, Diduga Bikin Konten Flexing Mobil Mewah Kakak Ipar
-
4 Rekomendasi Jurusan Kuliah untuk Kamu yang Punya IQ Tinggi, Mau Coba?
Kolom
-
Kenali Pengaruh Marketing Automation Terhadap Peningkatan Efisiensi Bisnis
-
Kolaborasi Tim Peserta Pilkada Polewali Mandar 2024 Melalui Gerakan Pre-Emtif dalam Pencegahan Politik Uang
-
Generasi Alpha dan Revolusi Parenting: Antara Teknologi dan Nilai Tradisional
-
Seni Menyampaikan Kehangatan yang Sering Diabaikan Lewat Budaya Titip Salam
-
Indonesia ke Piala Dunia: Mimpi Besar yang Layak Diperjuangkan
Terkini
-
4 Rekomendasi OOTD Rora BABYMONSTER yang Wajib Kamu Sontek untuk Gaya Kekinian
-
Dituntut Selalu Sempurna, Rose BLACKPINK Ungkap Sulitnya Jadi Idol K-Pop
-
Ulasan Film The French Dispact: Menyelami Dunia Jurnalisme dengan Gaya Unik
-
Ulasan Buku Bertajuk Selamat Datang Bulan, Kumpulan Puisi Ringan dengan Makna Mendalam
-
Review Film The Burial, Kisah Nyata Pengacara yang Menemukan Sahabat Sejati