Hernawan | Nurkalina Pratiwi Suganda
Matsuyama Ryuji (Netflix)
Nurkalina Pratiwi Suganda

Sebagai salah satu wajah baru dalam serial Jepang Alice in Borderland, tokoh Matsuyama Ryuji cukup banyak menuai kritikan dari penonton dan penggemar setia atas debutnya pada Season 3.

Diperankan oleh Kento Kaku, tokoh Ryuji merupakan seorang asisten profesor di Universitas Shushikan, Departemen Psikiatri. Secara eksplisit, ia ditunjukkan memiliki ketertarikan kuat atas dunia setelah kematian (alam baka).

Minatnya pada dunia setelah kematian membuat Ryuji giat melakukan penelitian, bahkan turut serta mewawancarai penyintas tragedi jatuhnya meteorit di Shibuya, Tokyo. Kenapa? Para penyintas diduga mengalami kejadian serupa, yakni pengalaman hampir mati dan kesadaran kolektif (collective consciousness).

Kesadaran kolektif ini merujuk pada interkoneksi penyintas yang mengalami henti jantung, baik akibat tragedi jatuhnya meteorit maupun penyebab lainnya di waktu yang sama. Mereka secara bersamaan berada di Borderland, sebuah keadaan antara hidup dan mati.

Bukan sekadar teori saja, respons penyintas ketika diwawancara pun menarik perhatian Ryuji. Mereka, secara kolektif, menyatakan seolah berada di tempah yang jauh dan wajib bermain "game" untuk bertahan hidup. Meskipun demikian, tidak sedikit juga penyintas yang kehilangan ingatan, membuat pencarian dan penelitian Ryuji buntu.

Kompleksitas Tokoh Fiksi

Penilaian kompleksitas tokoh fiksi umumnya didasari oleh informasi, pengetahuan, serta interpretasi pribadi, begitu juga pada tokoh Ryuji.

Banyak penonton yang setuju bahwa ia adalah salah satu tokoh yang kompleks dalam Alice in Borderland Season 3. Namun, tidak sedikit juga penonton yang menentang itu. Mereka berkomentar bahwa tokoh Ryuji sama sekali tidak kompleks—cenderung dangkal. Ia ada hanya sebagai penghasut dan perusak rumah tangga orang.

Nyatanya, Matsuyama Ryuji bisa diibaratkan sebagai salah satu meme yang viral digunakan, the tip of the iceberg. Penonton hanya melihat yang ada pada permukaan, menganggap motivasi perbuatannya dangkal, remeh, dan sekilas tanpa pendalaman lebih jauh.

Jika ingin memahami sekaligus mengintip karakterisasi yang tersembunyi, penonton harus menelaah tanpa ada keberpihakan.

Obsesi Seorang Peneliti

Salah Satu Scene yang Menunjukkan Dedikasi Ryuji (Netflix)

Ryuji adalah asisten profesor di Departemen Psikiatri. Dalam serial, baik secara implisit maupun eksplisit, ia menunjukkan potret peneliti yang ambisius.

Ambisius mungkin terdengar kurang sesuai karena perkembangan karakter Ryuji dalam Season 3 ini justru mengarah ke obsesif. Ia kukuh meneliti dunia setelah kematian, meskipun tidak ada yang membaca proses risetnya. Kolega dan profesor di universitas pun memandangnya rendah.

Sampai suatu hari, seorang mahasiswi yang hadir di kelasnya menghampiri. Ia menyampaikan ketertarikan terhadap penelitian Ryuji, bahkan mengajukan diri untuk jadi subjek penelitian dalam eksperimen. Tentu saja, awalnya Ryuji menolak, tetapi kegigihan mahasiswinya justru meluluhkan hati.

Hasil eksperimennyaGagal total.

Percobaan dalam "pengalaman hampir mati" demi membuktikan dunia setelah kematian itu konyol, apalagi persyaratannya adalah menyuntikkan obat henti jantung. Orang awam pun tahu apa yang terjadi setelahnya.

Mahasiswi itu mati dan Ryuji mengalami kecelakaan sehingga mobilitasnya jadi terbatas, harus menggunakan kursi roda.

Obsesi Ryuji terhadap penelitiannya persis seperti representasi mad scientist yang rela melakukan apa saja demi membuktikan teori dan hipotesis. Lagi pula, jika dipikirkan baik-baik menggunakan logika, dunia setelah kematian itu mustahil untuk dibuktikan, sekalipun tidak memercayai Tuhan.

Penonton menganggap perilaku Ryuji ini konyol, memang benar. Kecerdasannya terasa sia-sia untuk membuktikan hal yang sebenarnya bisa-bisa saja untuk "dibuktikan", tetapi siapa yang akan menulis laporan hasil penelitiannya nanti?

Walaupun demikian, rasa ingin tahu Ryuji itu berdasar. Ia tidak pernah "melihat" dunia setelah kematian, tidak pernah "mengalami" mati suri juga. Dugaan interkoneksi kesadaran kolektif pada para penyintas justru jadi semacam pengobar bara keingintahuan.

Candaan Berujung Ableisme

Timpaan Meme Anime Heidi, Girl of the Alps (X/@naavviiee)

Hal-hal yang dilakukan tokoh Ryuji mengundang emosi penonton. Kesal, marah, benci, semuanya teraduk jadi satu.

Dalam platform media sosial X (Twitter), penggemar serial Alice in Borderland aktif menyuarakan isi pikiran mereka, termasuk kebencian pada tokoh Ryuji.

Siapa yang menduga bahwa keterbatasannya dalam mobilitas justru menjadi candaan yang dilanggengkan? Sebuah guyonan, berakar dari kecelakaan yang membuat Ryuji lumpuh dan harus menggunakan kursi roda, jadi hal umum di sana.

Tidak sedikit penonton yang mengekspresikan kekesalannya dengan meme Heidi mendorong Clara (yang menggunakan kursi roda) ke tebing. Seolah memperkuat statement ketidaksukaan, ada juga yang mengedit meme anime Heidi, Girl of the Alps itu dengan menambahkan foto tokoh Ryuji.

Concern-nya adalah apakah etis?

Pertanyaan itu bagai ujian moral. Semua orang tahu betul, Ryuji adalah tokoh fiksi: tidak nyata, tidak hidup, tidak ada, tidak bisa membela diri. Ia juga tidak akan serta-merta keluar dari layar untuk memaki orang yang mencelanya ataupun berterima kasih atas pembelaan dari sebagian orang lainnya.

Akan tetapi, tidak dapat dimungkiri bahwa candaan yang merujuk pada keterbatasan mobilitas seseorang (fiksi ataupun realitas) memang merupakan perwujudan ableisme.

Perilaku tokoh Ryuji itu salah, benar, bahkan melanggar norma dan moral sosial. Namun, apakah membalas ataupun melampiaskan dengan candaan ableisme itu tepat? Masing-masing dari kita sudah tahu apa jawabannya.

Hal yang paling penting untuk dipahami adalah jangan sampai celaan terhadap tokoh fiksi—dalam hal ini, Ryuji—itu terbawa-bawa ke dunia nyata.

Secara keseluruhan, kompleksitas tokoh Ryuji dalam serial Alice in Borderland Season 3 tidak bisa dinilai sebelah mata. Terlebih lagi, ada banyak opini berbeda dari tiap penonton. Tentu saja interpretasinya akan beragam.

Dua poin di atas sudah cukup jelas menunjukkan potret karakterisasi tokoh Ryuji. Sisanya kembali pada kepercayaan masing-masing pihak.

Kalau menurutmu gimana? Apakah ada aspek lain mengenai tokoh Ryuji yang menarik untuk diulik lebih dalam?