Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Christina Natalia Setyawati
Ilustrasi kendaraan di jalan (Pexels/Markus Winkler)

Setiap hari, kita berjibaku dengan kemacetan lalu lintas. Klakson kendaraan bermotor berbunyi nyaring, saling menyalip dengan kecepatan tinggi, dan berbagai pelanggaran lalu lintas lainnya menjadi pemandangan yang sudah biasa.

Perilaku pengendara yang buruk ini bukan hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga mengancam keselamatan diri sendiri dan orang lain. Lantas, apa yang sebenarnya menyebabkan jalanan kita menjadi begitu kacau?

Jalan raya seharusnya menjadi ruang publik yang nyaman bagi semua pengguna jalan. Namun, sering kali kenyamanan ini terusik oleh perilaku sejumlah pengendara yang mengabaikan aturan lalu lintas dan norma kesopanan.

Kebiasaan buruk berkendara ini tidak hanya mengganggu lalu lintas, tetapi juga mengancam keselamatan diri sendiri dan orang lain.

Salah satu kebiasaan menyebalkan adalah melanggar rambu lalu lintas. Menyeberang lampu merah, menerobos jalur busway, atau parkir sembarangan adalah contoh pelanggaran yang sering ditemui. Tindakan ini menunjukkan ketidakpedulian terhadap aturan dan hak pengguna jalan lainnya.

Selain itu, pengendara sering kali mengabaikan batas kecepatan, tidak menyalakan sein ketika akan belok, ugal-ugalan di jalan, dan menggunakan ponsel saat berkendara.

Masalah klasik yang sering ditemukan lain adalah pengendara yang meludah sembarangan di jalan, pengendara yang nekat lawan arah, dan pengendara yang berkendara sambil merokok hingga abu rokoknya bisa terbang dan mengenai pengendara lain di belakangnya.

Perilaku menyebalkan lain adalah pengendara yang mengobrol di jalan sehingga menyebabkan kemacetan atau lalu lintas yang terhambat.

Kebisingan yang mengusik masyarakat dan pengguna jalan lain diakibatkan oleh modifikasi knalpot juga turut menjadi alasan untuk bad mood di jalan.

Kurangnya kesadaran untuk berbagi jalan juga menjadi masalah serius. Pengendara motor seringkali melawan arus, tidak mau mengalah, dan memaksa masuk ke sela-sela kendaraan lain.

Sementara itu, pengendara mobil seringkali memarkir kendaraannya di bahu jalan atau menghalangi jalur pedestrian. Perilaku seperti ini menciptakan kemacetan dan potensi terjadinya kecelakaan.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya kebiasaan buruk berkendara, seperti kurangnya pendidikan lalu lintas, penegakan hukum yang lemah, dan minimnya fasilitas transportasi publik. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak.

Pemerintah perlu meningkatkan kualitas pendidikan lalu lintas, memperketat penegakan hukum, dan menyediakan fasilitas transportasi publik yang memadai. Sementara itu, masyarakat juga harus meningkatkan kesadaran akan pentingnya tertib berlalu lintas.

Sangat disayangkan, seringkali upaya baik untuk mengingatkan pengendara akan kesalahan mereka justru berbuah amarah. Sikap defensif ini seolah menjadi tameng yang melindungi ego mereka.

Alih-alih menerima masukan dengan lapang dada, mereka malah balik menyerang, menyalahkan orang lain, atau bahkan mengancam. Perilaku ini tidak hanya memperburuk situasi, tetapi juga mencerminkan kurangnya kesadaran akan pentingnya keselamatan bersama di jalan raya.

Kebiasaan buruk berkendara bukan hanya masalah individu, tetapi juga masalah sosial yang berdampak pada kualitas hidup masyarakat.

Dengan mengubah perilaku kita di jalan, kita dapat menciptakan lingkungan berkendara yang lebih aman dan nyaman bagi semua. Mari bersama-sama berkomitmen untuk menjadi pengguna jalan yang baik dan bertanggung jawab.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Christina Natalia Setyawati