Fenomena Generasi Z (Gen-Z) saat ini sangat menarik untuk diperbincangkan. Terutama saya sebagai seorang guru di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang seringkali bersinggungan secara langsung dengan mereka.
Gen Z ini merupakan generasi yang lahir pada rentang tahun 1995-2012 (ada yang menyebut mulai tahun 1997). Generasi ini juga dijuluki sebagai generasi internet (I generation) atau generasi strawberry. Hal ini dikarenakan Gen Z dianggap sebagai kelompok orang muda yang lemah, manja, serta mudah lemah saat mengalami tekanan.
Melihat hal itu, perlu adanya perubahan pola pikir sebagai guru dalam hal menghadapi Gen Z. Saya pernah mendengar keluhan dari sesama guru atau guru yang beda generasi, “Pak, Anak zaman sekarang kok susah diatur, ya? Beda banget dengan anak jaman kita dulu."
“Bu, anak sekarang kok sopan santunnya kurang ya? Beda dengan zaman kita dulu."
Masih banyak lagi keluhan-keluhan lainnya. Jika hal ini dibiarkan begitu saja saya tidak bisa membayangkan hal apa yang akan terjadi dengan pendidikan kita. Terutama tentang pola asuh terhadap suatu generasi.
Perlu dipahami, sebagai seorang guru sudah seharusnya mendalami pendidikan parenting karena hal itu akan membantu dalam proses kegiatan pembelajaran di sekolah. Gen Z merupakan sebuah generasi yang lahir di era teknologi yang berkembang begitu pesat. Generasi ini dalam proses hidupnya sudah dihadapkan dengan sebuah teknologi. Beda halnya dengan generasi X atau Generasi Y (milenial) yang lahir belum bisa menikmati perkembangan teknologi.
Untuk menyikapi hal tersebut, sebagai seorang guru, harus tahu cara dan bagaimana berkomunikasi dengan Gen Z. Ada sebuah hadits yang seringkali kita dengar di saat menghadiri seminar parenting yaitu tentang mendidik anak sesuai dengan perkembangan zamannya.
Rasulullah saw bersabda; Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedang kalian diciptakan untuk zaman kalian. (H.R Ali Bin Abi Thalib).
Sebagai guru harus dipahami bahwa generasi saat ini kebanyakan memilih cara berpikir serba instans. Maka dari itu ada beberapa pola yang bisa dilakukan untuk menghadapi Gen Z, antara lain:
1. Mengajarkan Gen Z untuk berpikir
Seringkali kita dengar bahwa generasi sekarang itu malas berpikir. Sedikit-sedikit mencari bantuan Google atau internet. Meski demikian, jangan sampai sebagai guru memberikan kelonggaran kepada mereka. Justru harus diberikan sebuah tantangan. Misal, dengan memberikan sebuah permasalahan ketika pembelajaran. Ajaklah mereka untuk berpikir kritis. Sehingga secara tidak langsung sebagai guru sudah menanamkan ke dalam diri mereka bahwa dengan berpikir mampu menentukan pilihan yang cerdas untuk menyelesaikan sebuah permasalahan.
2. Membiasakan Gen Z untuk bertanggung jawab
Menanamkan rasa tanggung jawab ke dalam diri mereka merupakan hal yang sangat penting. Perlu disadari dengan adanya arus informasi yang begitu cepat sedikit demi sedikit menyebabkan mereka kurang memiliki rasa tanggung jawab. Hal ini didasarkan pada pola komunikasi, khususnya dengan guru. Secara sikap masih sering kita rasakan jauh dari sebuah kesopanan.
3. Membiasakan Gen Z untuk Bersosisialisasi
Salah satu kekhasan Gen Z yang menonjol adalah sifat individualistik. Hal ini dikarenakan pola hidup mereka yang lebih banyak di dunia maya. Sehingga hal ini mempengaruhi pola pergaulan mereka di dunia nyata. Meski di dunia maya banyak followers-nya (teman maya), tetapi hal itu membuat egoisme di dalam diri mereka lebih menonjol. Maka, sebagai guru jangan lelah untuk mengajarkan mereka tentang bersosial di lingkungan sekolah.
4. Memuaskan rasa ingin tahu Gen Z
Perlu disadari Gen Z pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hal ini dikarenakan mereka suka mengoprek-oprek apa saja yang berkaitan dengan teknologi. Rasa ingin tahu inilah membuat mereka cepat menyerap segala informasi. Maka tidak ada salahnya selama hal itu positif sebagai guru perlu untuk mendampingi dan membimbing mereka sehingga bisa menjadi nilai yang positif untuk perkembangan diri mereka.
5. Mengajarkan Ketelatenan
Salah satu karakteristik Gen Z adalah kurang sabar dan kurang menghargai proses, maunya cepat dan instan. Hal ini jika dibiarkan maka akan berdampak buruk bagi diri mereka, misal cepat marah dan putus asa karena tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Maka dari itu sebagai guru harus telaten, pengertian serta sabar dalam proses mendampingi mereka. Misal dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang mampu melatih kesabaran; menggambar, mewarnai, atau menjahit dan masih banyak lagi kegiatan yang melatih kesabaran.
Setiap generasi memiliki kekhasannya masing-masing. Bahkan setiap orang dalam suatu generasi juga tidak bisa disamaratakan. Perlu adanya saling mengerti dan tidak saling menyalahkan hanya karena ada perbedaan.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Upaya Keluar dari Jerat Kebijakan Pendidikan yang Kontroversial
-
Tips agar Tak Tersesat Memilih Ustaz ala Felix Siauw, Jangan Sampai Keliru Cari Guru!
-
Gus Miftah Dulu Mondok di Pesantren Apa? Begini Jejak Pendidikannya sebelum Jadi Pendakwah
-
Kakak Fuji Resmi Lamaran, Sosok Calon Istrinya Punya Riwayat Pendidikan Mentereng
-
Link Download Kalender Pendidikan PDF Tahun Ajaran 2024/2025, Unduh di Sini
Kolom
-
Luka Psikologis yang Tak Terlihat di Balik Senyum Ibu Baru
-
Mindful Eating atau Makan Sambil Scroll? Dilema Makan Sehat dan Screen Time
-
Membangun Resiliensi Intelektual untuk Pendidikan Indonesia 2030
-
Refleksi Diri Mahasiswa di Balik Kritik, Jangan Terlalu Defensif!
-
Belajar Membaca Peristiwa Perusakan Makam dengan Jernih
Terkini
-
Gagal Juara Europa League, Tottenham Benar-Benar Berikan Musim Menyakitkan bagi Iblis Merah
-
Apa yang Membuat Film Final Destination - Bloodlines Sukses Besar?
-
Patrick Kluivert Kunjungi Bali United Training Center Demi Persiapan Timnas
-
Analisis Kekuatan Thomas Andre vs Sung Il Hwan di Anime Solo Leveling, Kuat Siapa?
-
6 Rekomendasi Desa Wisata di Jogja, Liburan Sekaligus Belajar Budaya Jawa