Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | idra Fania
Illustrasi Belajar di Kelas. (Freepik/Odua Images)

Kebijakan Merdeka Belajar yang dicanangkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi banyak mendapat perhatian dan perdebatan. Inisiatif ini menjanjikan revolusi pendidikan di Indonesia dengan memberikan kebebasan kepada siswa, guru, dan sekolah untuk menyesuaikan proses pembelajaran mereka. Namun, apakah Merdeka Belajar mampu menjawab tantangan pendidikan yang dihadapi Indonesia secara efektif?

Melihat Realitas Pendidikan Indonesia

Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam kerangka pendidikannya. Hal ini mencakup disparitas kualitas pendidikan antara kota besar dan daerah terpencil, kurangnya fasilitas yang memadai, serta rendahnya angka melek huruf dan numerasi. Selain itu, sistem pendidikan yang terpusat sering kali menimbulkan hambatan terhadap inovasi, karena guru dan sekolah dibatasi oleh peraturan yang kaku, dan siswa dibebani dengan tuntutan kurikulum yang tidak memberikan banyak fleksibilitas.

Melihat situasi saat ini, Merdeka Belajar menawarkan janji peningkatan kebebasan. Kebijakan ini memperkenalkan pendekatan baru yang lebih inklusif, mudah beradaptasi, dan disesuaikan dengan konteks lokal. Misalnya saja Ujian Nasional (UN) yang dulunya menjadi sumber stres bagi siswa, kini digantikan oleh Asesmen Nasional (AN) yang fokus menilai kemampuan siswa secara lebih komprehensif.

Potensi Transformasi dengan Merdeka Belajar

Secara konseptual, Merdeka Belajar menghadirkan berbagai manfaat. Kebebasan yang diberikan kepada sekolah dan pendidik memungkinkan terciptanya pengalaman belajar yang lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat setempat. Guru dapat berinovasi dengan metode pengajarannya, dan siswa diberi lebih banyak kesempatan untuk mengeksplorasi potensi individunya.

Salah satu aspek yang menarik adalah penguatan pembelajaran berbasis proyek. Pendekatan ini tidak hanya menekankan prestasi akademis tetapi juga pertumbuhan keterampilan penting abad ke-21 seperti pemecahan masalah, berpikir kritis, dan kolaborasi. Dalam menghadapi lanskap kerja yang semakin kompleks, keterampilan ini jauh lebih dapat diterapkan dibandingkan sekadar menghafal informasi.

Di sisi lain, potensi tersebut hanya bisa terbuka apabila infrastruktur pendidikan sudah kondusif. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan tersebut perlu fokus pada pelatihan guru, penciptaan kurikulum yang fleksibel, dan penyediaan dukungan teknologi. Tanpa komponen-komponen tersebut, kebebasan yang dijanjikan hanya akan menjadi gagasan kosong tanpa implementasi praktis.

Tantangan di Lapangan

Meski Merdeka Belajar memiliki konsep yang menarik, namun implementasinya bukannya tanpa tantangan. Permasalahan utamanya adalah kesiapan sumber daya manusia khususnya guru. Banyak guru yang masih beradaptasi dengan pendekatan yang fleksibel dan inovatif, karena mereka telah dilatih dalam sistem yang seragam sejak lama.

Selain itu, tantangan geografis dan ekonomi juga menimbulkan hambatan besar. Di daerah terpencil, terbatasnya ketersediaan internet dan infrastruktur pendidikan mengakibatkan tidak konsistennya peluncuran inisiatif Merdeka Belajar. Terlebih lagi, di sekolah dengan sumber daya yang minim, kebebasan ini berisiko memperlebar kesenjangan antara sekolah bergengsi dan institusi reguler.

Penting juga untuk mengenali bagaimana pendidikan dipandang dalam masyarakat. Di banyak keluarga, pendidikan sering kali hanya dilihat dari sudut pandang nilai dan keberhasilan akademis, yang dapat mengakibatkan kurangnya apresiasi terhadap kebijakan yang memberikan fleksibilitas.

Menjawab Tantangan dengan Kolaborasi

Keberhasilan Merdeka Belajar bergantung pada kolaborasi antara pemerintah, sekolah, pendidik, orang tua, dan masyarakat. Penting bagi pemerintah untuk memberikan pelatihan yang memadai bagi para guru dan memastikan bahwa fasilitas pendidikan didistribusikan secara adil. Sekolah, pada gilirannya, harus mendorong siswa dan orang tua untuk berpartisipasi aktif dalam mendorong pengalaman belajar yang lebih mandiri.

Selain itu, penting untuk mengadvokasi perubahan budaya dalam cara kita memandang pendidikan. Kita perlu mengalihkan perhatian kita dari sekedar kesuksesan akademis ke pengembangan keterampilan hidup. Mendidik orang tua dan masyarakat tentang manfaat perspektif ini akan membantu mereka mendukung kebijakan ini.

Masa Depan Pendidikan Indonesia

Program Merdeka Belajar menandai langkah awal yang berani dalam mereformasi sistem pendidikan Indonesia. Meski menghadapi berbagai tantangan, konsep ini mempunyai potensi besar untuk menyelaraskan pendidikan di Indonesia dengan kebutuhan dunia modern. Efektivitas inisiatif ini akan bergantung pada seberapa baik kebijakan tersebut diterapkan dan sejauh mana komitmen dari semua pihak yang terlibat.

Ke depan, penting untuk memahami Merdeka Belajar sebagai pendekatan pendidikan yang visioner, bukan sekedar kebijakan. Pendekatan ini membayangkan suatu lanskap di mana setiap siswa mempunyai kebebasan untuk berkembang sesuai dengan potensi mereka, di mana pendidik dapat berinovasi dengan bebas, dan di mana pendidikan berfokus pada penciptaan tidak hanya lulusan tetapi juga individu berkemampuan yang siap untuk terlibat dengan dunia dengan penuh percaya diri. Jika visi tersebut dapat kita wujudkan, Merdeka Belajar akan menjadi tonggak penting dalam evolusi pendidikan di Indonesia.

idra Fania