Tahun 2025 akan menjadi momen penting bagi upaya global dalam krisis menghadapi iklim. Negara-negara di seluruh dunia berlomba menuju net-zero, sebuah target besar untuk mengurangi emisi karbon hingga nol. Tapi, seberapa jauh teknologi green energy sudah berkembang? Dan, di manakah posisi Indonesia dalam langkah besar ini?
Teknologi energi hijau terus berkembang pesat. Dari panel surya yang lebih efisien hingga turbin angin generasi baru yang lebih ramah lingkungan, inovasi-inovasi ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada energi fosil, namun juga mulai menggantikan peranannya secara signifikan. Bahkan, ada tren baru seperti baterai penyimpanan energi yang semakin tahan lama dan jaringan listrik pintar untuk mendistribusikan energi lebih efisien. Namun, tantangan besar tetap ada, terutama untuk negara-negara berkembang yang membutuhkan dana dan teknologi untuk mencapai ketertinggalan.
Indonesia sendiri mempunyai potensi besar di sektor energi hijau, terutama energi matahari, angin, dan panas bumi. Dengan posisi geografis yang strategis, Indonesia sebenarnya bisa menjadi pemain utama di kawasan Asia. Namun sayangnya, realisasi ini masih terhambat oleh birokrasi, investasi yang kurang agresif, dan minimnya edukasi tentang pentingnya energi terbarukan.
Namun, ada titik terang. Pemerintah mulai mendorong pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) skala besar, dan berbagai startup lokal juga mulai menjajaki inovasi di sektor ini. Misalnya, pengembangan teknologi panel surya dengan bahan lokal atau kendaraan listrik yang terjangkau untuk pasar domestik. Ini langkah kecil yang jika konsisten, bisa membawa dampak besar.
Selain itu, kolaborasi global bisa jadi kunci. Dengan memanfaatkan dana investasi asing, transfer teknologi, dan kemitraan internasional, Indonesia memiliki peluang untuk mempercepat transisi energi hijau. Yang penting adalah komitmen bersama, bukan hanya dari pemerintah, tapi juga masyarakat dan sektor swasta.
Jadi, di tahun 2025 nanti, arah teknologi green energy semakin jelas yakni inovasi terus berjalan, peluang terbuka lebar, namun kerja sama dan komitmen adalah kuncinya. Saatnya kita nggak cuma jadi penonton, tapi ikut ambil bagian dalam revolusi energi hijau ini. Mengapa? Karena, masa depan bumi ada di tangan kita!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Belanja Cerdas dengan Cashback! Cara Belanja Hemat di Era Digital
-
Jurusan Kuliah Bukan Tongkat Sulap, Kenapa Harus Dibohongi?
-
Nilai Nomor Sekian! Yang Penting Tetap Waras dan Tugas Kelar, Setuju?
-
Transformasi Pola Komunikasi Keluarga dari Telepon Rumah ke Chat dan Video Call
-
Detak di Pergelangan! Bagaimana Smartwatch Merawat Jiwa Kita?
Artikel Terkait
-
Statistik Buruk Australia Saat Harry Souttar Absen, Peluang Timnas Indonesia Menang Terbuka
-
MCI Dorong Inovasi Digital Melalui Mandiri Innovation Hub 2024
-
Peringkat FIFA Timnas Indonesia Sepanjang 2024: Meroket lalu Turun
-
Timnas Indonesia Tak Cuma Target Piala Dunia dan Olimpiade, Erick Thohir: Tetangga Kita...
-
Eks Real Madrid: Masa Depan Timnas Indonesia Cerah
Kolom
-
Budaya Hustle Culture dan Burnout yang Disamarkan oleh Kecemasan
-
Bansos ke Meja Judi: Ketika Dana Rakyat Jadi Modal Main Slot
-
Kontrasepsi Jadi Beban Tunggal Perempuan, Ketimpangan Peran KB di Keluarga
-
Kelas yang Terjebak Masa Lalu, Saatnya Pendidikan Tinggi Menyesuaikan Diri
-
Menunda Mimpi demi Bertahan: Realita Sunyi Mahasiswa 'Sandwich Generation'
Terkini
-
Ulasan Buku Hello, Habits: Mejadi Versi Terbaik Diri Lewat Kebiasaan Kecil
-
4 Toner Diklaim Ampuh Melembapkan Kulit Kering dan Memperbaiki Skin Barrier
-
Baru 5 Hari, Jurassic World Rebirth Mengganas di Puncak Box Office
-
Review Buku You Don't Need to be Loved by Everyone: Bahagialah Tanpa Validasi Siapa pun
-
Anime Boku no Hero Academia Vigilantes Lanjut Season 2, Bakal Tayang 2026 Mendatang