Setiap pagi, suara lonceng kecil atau panggilan khas terdengar di gang-gang sempit dan jalanan perumahan. Bukan berita besar, bukan juga pengumuman penting, melainkan tanda bahwa tukang sayur keliling telah tiba. Sosok sederhana ini sering kali terabaikan, tetapi perannya sangat berarti dalam roda kehidupan masyarakat, terkhusus Ibu-ibu.
Mereka adalah penyedia kesegaran bagi dapur-dapur warga setempat. Dari tomat merah, bayam segar, hingga ikan yang masih layak santap, semuanya ada di gerobak sederhana yang mereka dorong atau sepeda motor yang mereka bawa. Tanpa mereka, ibu-ibu rumah tangga, pekerja rumahan, hingga lansia yang sulit bepergian akan kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pernahkah kita berpikir tentang usaha yang mereka lakukan setiap hari? Pagi-pagi buta mereka sudah pergi ke pasar untuk mengambil dagangan, lalu menempuh jarak jauh di bawah terik matahari atau hujan deras. Mereka berjalan dari rumah ke rumah, melayani pelanggan yang kadang hanya membeli satu atau dua jenis barang. Meski keuntungannya tipis, semangat mereka untuk menyediakan kebutuhan masyarakat tak pernah surut.
Namun, jasa besar mereka sering terlupakan. Di era modern ini, ketika aplikasi belanja online dan supermarket besar semakin populer, tukang sayur keliling seperti perlahan kehilangan tempat. Padahal, mereka adalah simbol ekonomi kerakyatan yang penuh dengan nilai-nilai lokal. Mereka menjual sayur, tetapi juga membawa keramahan dan kehangatan yang sulit kita temukan di aplikasi.
Tukang sayur keliling juga membantu menggerakkan ekonomi lokal. Banyak dari mereka mengambil barang dagangan langsung dari petani atau pasar tradisional, yang artinya setiap transaksi kecil yang kita lakukan turut mendukung rantai pasokan yang lebih luas. Dengan membeli dari mereka, kita bukan hanya mendapatkan bahan makanan segar, tetapi juga ikut menjaga keberlangsungan pekerjaan mereka.
Sayangnya, apresiasi terhadap tukang sayur sering kali tidak sebanding dengan jerih payah mereka. Harga yang mereka tetapkan kerap ditawar hingga sangat rendah, tanpa memikirkan bahwa margin keuntungan mereka sudah sangat tipis. Mungkin inilah saatnya kita memandang mereka dengan lebih manusiawi. Membeli tanpa menawar terlalu keras, membayar tepat waktu, atau sekadar menyapa dengan ramah bisa menjadi cara sederhana untuk menunjukkan penghargaan.
Tukang sayur keliling adalah pahlawan kecil di kehidupan kita. Mereka bukan hanya pedagang, tetapi juga bagian dari komunitas yang menghidupkan lingkungan tempat kita tinggal. Tanpa mereka, mungkin dapur kita tak sehangat biasanya. Jadi, mari belajar menghargai kehadiran mereka, karena apa yang mereka bawa lebih dari sekadar sayur-mayur, mereka membawa kehidupan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Stop Barter Kuno! Permen Bukan Mata Uang Wahai Para Tukang Fotokopi
-
Kesejahteraan atau Keterasingan? Gen Z dan Paradoks di Tengah Badai Digital
-
Dua Sisi Mata Uang Asmara Kampus: Antara Support System dan Pembatal Mimpi
-
Kalau Nggak Upload Instagram, Liburannya Nggak Sah?
-
Gen Z Lebih Pilih Sehat Mental Dibanding IPK Cumlaude, Salahkah?
Artikel Terkait
-
OJK Dorong Perusahaan Pembiayaan Kolaborasi dengan SMF-BP Tapera Bangun 3 Juta Rumah, DPR Wanti-wanti Hal Ini
-
1,77 Juta Keluarga Jakarta Belum Punya Rumah Layak Huni
-
Daftar Komponen Motor yang Wajib Diperiksa Usai Lakukan Perjalanan Jarak Jauh
-
Gus Iqdam Berkendara Sembari Merokok, Netizen Ramai Menceramahinya
-
150 Ribu Hektar Sawah Alih Fungsi Jadi Perumahan Setiap Tahun
Kolom
-
Pendidikan di Era Global: Belajar dari Dunia, tapi Tetap Jadi Diri Sendiri
-
Digital Detox: Cara Sehat Menjaga Keseimbangan Hidup di Era Online
-
Remaja, Mental Health, dan Agama: Saat Dunia Bising, Iman Tempat Kembali
-
Misteri Kematian Yu Menglong dan Bayang-Bayang Seram Museum 798 Tiongkok
-
Pacaran: Topik yang Tak Pernah Lolos di Ruang Tamu
Terkini
-
Gaya Macho ala Bae Nara: Sontek 4 Ide Clean OOTD yang Simpel Ini!
-
Empat Tokoh Mengkaji Oase Gelap Terang Indonesia di Reuni FAA PPMI
-
Bukan Kaleng-Kaleng! 5 Laptop 7-10 Jutaan Paling Worth It Tahun Ini
-
Scarlett Johansson Buka Suara Soal Rumor Perannya di Tangled Live-Action
-
BRI Liga 1: Nermin Haljeta Harap PSIM Yogyakarta Bisa Jaga Tren Positif