Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, S.H., akan berencana memberlakukan kurikulum wajib militer di setiap sekolah sebagai langkah untuk memberi sanksi sekaligus hukuman untuk para pelajar yang terlibat dalam aksi kenakalan remaja, seperti tawuran, geng motor, dan lain sebagainya.
Jika membayangkan cara mengatasinya dengan penyebaran desain poster melalui media sosial yang berisi bahaya melakukan kenakalan remaja disertai juga dampak dan efeknya, sebenarnya hal ini tak cukup. Karena bagi mereka yang sudah terjerumus akan menjadi lebih sulit untuk berubah.
Menguatkan hubungan antara orang tua dengan anaknya dalam berkomunikasi terkadang bukan menjadi pilihan dan tindakan yang sangat tepat. Nyatanya, anak-anak yang melakukan kenakalan remaja secara sengaja tidak terlalu berpengaruh dengan hal itu.
Sebagai orang tua memiliki peran penting untuk terlebih dahulu mengidentifikasi dan memantau anak dalam berperilaku di dalam dan luar rumah. Minimnya pantauan yang dilakukan akan membuat anak merasa bebas dan melakukan apa saja yang dia inginkan.
Sebab keberhasilan itu salah satunya terdapat pada pendidikan pertama yaitu dari keluarga atau orang tua sehingga membuat anak memiliki pencerahan di masa mendatang. Oleh karena itu, penting untuk memberikan nasihat dan perkataan kepada anak terkait pentingnya masa depan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), antara tahun 2011 hingga 2016, jumlah kasus tawuran pelajar meningkat sebesar 20% hingga 25% setiap tahunnya. Hal ini dapat dinyatakan bahwa ternyata tahun ke tahun salah satu perilaku kenakalan remaja ini makin meningkat.
Dengan sanksi wajib militer ini merupakan salah satu langkah yang ampuh bagi para pelajar yang sudah keterlaluan terlewat batas dalam melakukan aksi kenakalan remaja dan juga tindakan kriminal serta sejenisnya.
Dikatakan ampuh karena tak cukup untuk dinasihati, tetapi perlu terkena imbasnya dan efek jera sehingga dapat mengubah diri untuk tak lagi melakukannya.
Setidaknya melalui pendidikan wajib militer, pelajar yang terlibat kenakalan remaja tetap memiliki masa depan yang lebih baik di kemudian hari dan tak terjerumus berulang kali dengan kepolisian dan kriminalitas. Selain itu, membuat para pelajar lebih berhati-hati dalam berperilaku.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Pejabat Asal Bicara: Apakah Tanda Krisis Retorika yang Tumpul?
-
CERPEN: Catatan Krisis Demokrasi Negeri Konoha di Meja Kantin
-
Kecurangan Pelaksanaan TKA 2025: Cermin Buram Rapuhnya Nilai Integritas?
-
Menimbang Kesiapan TKA 2025: Dari Gangguan Server hingga Suara Siswa
-
Dana Masyarakat: Antara Transparansi Pemerintah dan Tanggung Jawab Warga
Artikel Terkait
-
Bingung Pilih Sepatu Lebaran? 5 Model untuk Wanita dan Remaja Ini Wajib Kamu Cek!
-
Mengintip 116 Tanah Dedi Mulyadi: Gubernur Jabar yang Rencanakan SMA Wajib Militer
-
Gibran Bagi-Bagi Skincare di Sekolah, Ini 5 Rekomendasi Produk yang Cocok untuk Remaja
-
Dedi Mulyadi Bakal Masukan Wamil di Kurikulum SMA Jawa Barat, Ini Penjelasannya
-
Bebas dengan Jaminan, Darren Wang Akan Wamil pada 13 Maret 2025
Kolom
-
Raja Ampat Dijaga dari Wisatawan, Eksploitasi Masih Mengintai
-
Remaja, Keranjang Oranye, dan Ilusi Bahagia Bernama Checkout
-
Terperangkap Bayang-Bayang Patriarki, Laki-Laki Cenderung Lambat Dewasa
-
Marissa Anita dan Perfeksionisme: Tak Ada Ruang untuk Setengah-Setengah
-
Drone Dilarang, Tambang Bebas Jalan: Ada Apa dengan Konservasi Kita?
Terkini
-
5 Drama China Tayang Desember 2025, Ada Speed and Love yang Paling Dinanti
-
Laporan Harvard Sebut 5 Biang Kerok yang Menghambat Diet Sehat, Apa Saja?
-
ENHYPEN Gelar Fan Showcase Spesial, Siap Sambut Album THE SIN : VANISH
-
Timnas Futsal Putri Lolos ke Final, Kalahkan Thailand Lewat Adu Penalti
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Jin Seok Kyu di Tahun 2025, Layak Ditonton!