Bukber adalah salah satu tradisi saat Ramadhan di Indonesia. Bahkan ada yang menyusun berbagai acara bukber sejak sebelum Ramadhan. Mulai dari kumpul bersama teman sekolah, teman kuliah, teman komunitas, teman kerja, hingga keluarga.
Padat sekali.
Momen berkumpulnya teman dan saudara saat buka puasa ini juga disebut sebagai ajang silaturahmi. Terlebih bila sudah sekian lama tidak bertemu, bukber dianggap sebagai momen yang pas untuk reuni dan bertukar kabar.
Namun seiring berjalannya waktu, makna bukber sebagai ajang silaturahmi ini mulai bergeser bagi sebagian orang. Memang betul momen ini juga bisa sekaligus dijadikan ajang silaturahmi. Namun alih-alih bertukar kabar, orang-orang ini justru lebih terkesan adu nasib bahkan hingga pamer.
Sehingga ada beberapa orang yang hadir di situ merasa tidak nyaman. Karena seperti yang kita tahu, meski seangkatan dan seumuran, tapi masing-masing orang punya nasib dan rejekinya sendiri.
Tidak semu orang sukses di waktu yang bersamaan, baik dalam pendidikan, karir, maupun jodoh. Sehingga 'adu nasib' saat bukber ini sedikit banyak bisa membuat seseorang merasa minder.
Belum lagi kalau dibarengi dengan pamer. Sehingga sampai ada seseorang yang berbohong soal pekerjaannya, ponsel miliknya, hingga pakaian yang ia kenakan agar tidak terlalu merasa minder dan malu.
Padahal, esensi puasa adalah tidak boleh berbohong, kan?
Sehingga energi saat bukber ini tidak lagi positif tapi justru menambah beban mental bagi sebagian orang. Belum lagi kalau ditambah dengan bergosip.
Jelang waktu magrib yang seharusnya diisi dengan kegiatan bermafaat tapi malah diisi dengan obrolan pamer, adu nasib, dan gosip, yang jelas dilarang dalam agama.
Meski begitu, masih banyak orang yang sulit untuk menghindar dari tradisi tahunan ini. Karena masih banyak orang yang takut tidak diakui di komunitasnya, takut tidak punya teman, dan ketinggalan up date.
Sehingga walau tersiksa, mereka mau tidak mau tetap bergabung dengan lingkungan yang toksik bahkan sampai rela berbohong.
Tidak ada salahnya dengan bukber yang sudah menjadi tradisi Ramadhan tahunan di Indonesia. Selama tidak mengurangi nilai puasa dan diisi dengan hal bermanfaat, tetaplah menyambung tali silaturahmi melalui momen ini.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Tak Hanya Sesama Teman, Saat Guru dan Dosen Juga Jadi Pelaku Bully
-
Kisah Relawan Kebersihan di Pesisir Pantai Lombok
-
Viral Tumbler KAI: Bahaya Curhat di Medsos Bagi Karier Diri dan Orang Lain
-
Ricuh Suporter Bola hingga War Kpopers, Saat Hobi Tak Lagi Terasa Nyaman
-
Budaya Titip Absen: PR Besar Guru Bagi Pendidikan Bangsa
Artikel Terkait
-
30+ Ide Poster Ramadhan Lucu: Bikin Acara Bukber Makin Meriah
-
Bukber Zaman Sekarang, Ajang Silaturahmi atau Adu Pencapaian?
-
4 Rekomendasi Tempat Bukber Hits di Madiun: Rasa Autentik, Suasana Asyik!
-
Paskal 219 Bandung, Resto dengan Hidangan Terlengkap Cocok untuk Bukber
-
Riau 20, Rekomendasi Tempat Bukber dengan Suasana Cozy di Bandung
Kolom
-
Menunggu Hari Perempuan Bisa Benar-Benar Aman dan Nyaman di Konser Musik
-
Dirut ANTAM dari Eks Tim Mawar, Negara Tutup Mata soal Rekam Jejak HAM
-
Algoritma Menggoda: Saat Konten Bullying Dijadikan Hiburan Publik dan Viral
-
Hak yang Dinamai Bantuan: Cara Halus Menghapus Tanggung Jawab Negara
-
Lebih dari Sekadar Boikot: Bagaimana Cancel Culture Membentuk Iklim Sosial
Terkini
-
Ulasan Drama Love in the Clouds: Takdir yang Tidak Pernah Melepaskan
-
First Look Film The Wrecking Crew Rilis, Ada Dave Bautista dan Jason Momoa!
-
Ade Tya Disebut Kegeeran, Pengacara Beberkan Alasan Ari Lasso Putus
-
Kemenangan Dianulir FIFA, Status Kelolosan Malaysia ke Piala Asia 2027 di Ujung Tanduk!
-
Tempo oleh Minho SHINee: Mengejar Cinta Sesuai Alur dan Kecepatan Pasangan