Ki Hajar Dewantara, tokoh besar dalam sejarah pendidikan Indonesia, tidak hanya dikenal sebagai pendidik, tetapi juga sebagai pejuang yang membela kemerdekaan bangsa melalui jalur pendidikan.
Dalam perjalanannya, Ki Hajar Dewantara tidak hanya memberikan sumbangsih pemikiran dalam dunia pendidikan, tetapi juga berperan aktif dalam politik Indonesia.
Pemikirannya yang kritis terhadap penjajahan, serta keyakinannya akan pentingnya pendidikan dalam membangun karakter bangsa, menempatkan dirinya sebagai tokoh yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan cara yang lebih elegan namun penuh makna.
Jalan politik yang ditempuh Ki Hajar Dewantara tidak hanya terbatas pada aspek pendidikan, namun juga mengarah pada upaya pergerakan bangsa yang lebih luas.
Sebagai pendiri Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara memberikan landasan yang kokoh dalam pendidikan nasional Indonesia. Namun, di balik pendidikan yang dibangun dengan visi nasionalis tersebut, terdapat dimensi politik yang begitu erat kaitannya dengan perjuangan kemerdekaan.
Dewantara melihat bahwa pendidikan adalah alat untuk mencerdaskan bangsa, serta sebagai sarana yang sangat penting dalam membentuk karakter bangsa yang merdeka dari belenggu penjajahan.
Melalui sistem pendidikan yang inklusif dan berbasis pada kebudayaan lokal, Ki Hajar Dewantara mengajarkan bahwa pendidikan haruslah mampu menumbuhkan rasa kebangsaan yang kuat, bukan hanya mengikuti pola pendidikan Barat yang lebih menekankan pada penyeragaman.
Lebih jauh, konsep politik Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan juga memperkenalkan pemahaman bahwa kebebasan dalam berpikir dan berkreasi harus dijaga. Pemikiran ini menjadi sangat penting dalam konteks perjuangan melawan kolonialisme yang mengekang kebebasan intelektual masyarakat Indonesia.
Dewantara menentang sistem pendidikan yang dijalankan oleh penjajah yang lebih menekankan pada pendidikan yang hanya memproduksi buruh dan pegawai rendahan. Sebaliknya, pendidikan yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara bertujuan untuk membangkitkan kecerdasan bangsa yang mandiri dan mampu berdiri sejajar dengan bangsa lain (Purwanto, 2021).
Tidak hanya itu, pendidikan yang ditawarkan oleh Taman Siswa juga memberi ruang bagi kebudayaan lokal untuk berkembang, sebuah langkah politis yang jelas untuk menggantikan pengaruh budaya Barat yang dominan. Taman Siswa tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga sebagai wadah perlawanan terhadap hegemoni budaya asing.
Dalam hal ini, Ki Hajar Dewantara meletakkan pendidikan sebagai instrumen politik untuk mempertahankan identitas bangsa, yang pada saat itu sedang terancam oleh kebudayaan kolonial. Pendidikan menjadi medan pertempuran yang tak kalah penting dalam perjuangan fisik melawan penjajahan.
Dewantara juga menerapkan prinsip-prinsip demokrasi dalam pengelolaan pendidikan. Pendidikan yang dilaksanakan di Taman Siswa menekankan pada partisipasi aktif dari siswa, yang tentunya mencerminkan prinsip-prinsip demokrasi yang sedang diperjuangkan oleh bangsa Indonesia pada waktu itu.
Melalui konsep ini, Ki Hajar Dewantara menyadari bahwa untuk membangun bangsa yang merdeka dan adil, demokrasi harus diintegrasikan dalam setiap aspek kehidupan, terutama dalam pendidikan yang harus mencerminkan hak-hak setiap individu untuk belajar tanpa diskriminasi (Zuriatin et al., 2021).
Dalam konteks ini, Ki Hajar Dewantara menyarankan agar politik pendidikan tidak hanya berbicara tentang kurikulum, namun juga tentang bagaimana pendidikan tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Lebih dari itu, Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam proses pendidikan. Di sinilah politik pendidikan Ki Hajar Dewantara menjadi relevan dengan konteks zaman kini.
Dalam pendidikan, Ki Hajar Dewantara mengajarkan bahwa keterlibatan masyarakat dalam pendidikan adalah hal yang esensial, tidak hanya untuk menciptakan individu yang berpendidikan, tetapi juga untuk membentuk masyarakat yang peduli terhadap kemajuan bangsanya.
Sistem yang dibangun oleh Taman Siswa menjadi contoh konkret bagaimana pendidikan seharusnya melibatkan seluruh elemen masyarakat dalam proses pembangunan bangsa.
Jalan politik yang ditempuh Ki Hajar Dewantara dalam membangun pendidikan nasional bukanlah hal yang mudah. Ia harus berhadapan dengan tantangan besar, baik dari penjajah maupun dari pihak-pihak yang merasa terancam oleh ide-idenya.
Namun, dengan kekuatan ideologi yang dimilikinya, Ki Hajar Dewantara berhasil menciptakan sebuah gerakan pendidikan yang bukan hanya relevan di zamannya, tetapi juga mampu memberi dampak besar pada pendidikan Indonesia hingga kini.
Ia membuktikan bahwa pendidikan dan politik tidak dapat dipisahkan, keduanya harus berjalan seiring untuk menciptakan perubahan yang sejati bagi bangsa.
Melihat relevansi pemikiran dan perjuangan Ki Hajar Dewantara, kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan dalam politik Ki Hajar Dewantara bukan hanya sekadar pembelajaran formal, melainkan sebagai gerakan perlawanan terhadap penjajahan budaya dan sebagai fondasi untuk pembangunan negara yang merdeka dan berdaulat.
Pendidikan yang digagasnya lebih dari sekadar proses transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai sarana untuk menciptakan masyarakat yang sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang merdeka.
Oleh karena itu, pemikiran politik Ki Hajar Dewantara harus dipahami sebagai bagian integral dari perjalanan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan dan pembentukan jati diri yang kokoh.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Lebaran Lebih Berwarna dengan Arisan Keluarga, Ada yang Setuju?
-
Menghadapi Mental Down setelah Lebaran, Mengapa Itu Bisa Terjadi?
-
Menyusun Kembali Peta Kehidup setelah Lebaran sebagai Refleksi Diri
-
Warisan Politik Bapak Pendidikan Indonesia dalam Menjawab Tantangan Zaman
-
Membedah Perjuangan Politik Ki Hadjar Dewantara dalam Pendidikan Bangsa
Artikel Terkait
-
Banyak Lulusan Gen Z Menganggur, Sistem Pendidikan Dipertanyakan
-
Tumbuhkan Jiwa Patriot lewat Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara
-
Lisa Mariana Lulusan Mana? Dulu Diklaim Temui Ridwan Kamil karena Masalah Bantuan Kuliah
-
Siti Zuhro: Stagnasi Bisa Ancam Kredibilitas Pemerintahan Prabowo
-
Riwayat Pendidikan dan Gelar Najwa Shihab, Trending usai Wawancara Prabowo
Kolom
-
Sekolah adalah Hak Asasi, Namun Masih Menjadi Impian bagi Banyak Anak
-
Quiet Quitting Karyawan sebagai Bentuk Protes Kepada Perusahaan
-
Ketika Algoritma Internet Jadi Orang Tua Anak
-
Aktivisme Ki Hadjar Dewantara dalam Peta Politik dan Pendidikan Bangsa
-
Di Bawah Bayang Taman Siswa, Politik Kini Tak Lagi Mendidik
Terkini
-
Daesung 'Universe,' Lagu Penyemangat untuk Menuju Kehidupan yang Lebih Baik
-
Gemes Banget! Romansa Sederhana Anak Sekolahan di Manga Futarijime Romantic
-
Sungai Tungkal Meluap Deras, Begini Nasib Pemudik Sumatra di Kemacetan
-
Timnas Indonesia U-17 ke Piala Dunia, STY Justru Singgung Nova Arianto
-
Sinopsis Queen's House, Drama Korea Terbaru Ham Eun Jung dan Seo Jun Young