Ki Hadjar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) dikenal sebagai tokoh pedidikan, penyebar semangat kebangsaan dan kesadaran akan pentingnya pendidikan. Ki Hadjar Dewantara menyadari pentingnya persatuan dan kesadaran nasional sebagai langkah awal menuju kemerdekaan.
Bersama dengan Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo, Ki Hadjar Dewantara mendirikan Indische Partij yaitu partai politik pertama di Hindia Belanda yang secara terbuka menuntut kemerdekaan Indonesia. Ini adalah langkah politik yang radikal pada masanya dan menunjukkan komitmennya terhadap perjuangan kemerdekaan.
Ki Hadjar Dewantara mendalami ilmu pendidikan dan mengembangkan konsep-konsep pendidikan yang berorientasi pada kemerdekaan jiwa dan bangsa. Ki Hadjar Dewantara menyadari bahwa kemerdekaan politik harus diiringi dengan kemerdekaan pikiran dan jiwa melalui pendidikan.
Ki Hadjar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa sebagai langkah politik yang sangat strategis, karena ia menyadari bahwa untuk mencapai kemerdekaan yang sesungguhnya, bangsa Indonesia harus memiliki sistem pendidikan sendiri yang berakar pada budaya bangsa dan menumbuhkan jiwa merdeka.
Melalui Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara mengembangkan konsep pendidikan yang menekankan pada Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan memberi contoh), Ing Madyo Mangun Karso (di tengah membangun kemauan/semangat), dan Tut Wuri Handayani (dari belakang memberi dorongan). Filosofi ini tidak hanya menjadi dasar pendidikan di Taman Siswa tetapi juga sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan nasional di Indonesia. Baginya, pendidikan adalah jalan utama untuk mencapai kemerdekaan yang hakiki.
Jalan politik Ki Hadjar Dewantara tidak selalu berada di garis depan gerakan politik praktis setelah pendirian Taman Siswa. Namun, perjuangannya melalui pendidikan adalah bentuk perjuangan politik yang sangat mendasar dan strategis. Ki Hadjar Dewantara menyadari bahwa kemerdekaan politik tanpa kemerdekaan jiwa dan pikiran melalui pendidikan tidak akan sempurna.
Dengan mendirikan Taman Siswa dan mengembangkan filosofi pendidikan yang nasionalis dan humanis, Ki Hadjar Dewantara telah meletakkan fondasi yang kuat bagi pembangunan bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Pendidikan baginya adalah alat politik yang paling ampuh untuk mencapai kemerdekaan yang sesungguhnya.
Konsep-konsep pendidikan yang dikembangkan di Taman Siswa, terutama filosofi Tut Wuri Handayani, diadopsi menjadi salah satu semboyan resmi pendidikan nasional Indonesia. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dan praktek pendidikan di Taman Siswa menjadi landasan penting dalam merumuskan sistem pendidikan nasional setelah kemerdekaan.
Pendidikan yang diberikan di Taman Siswa menekankan pada kemandirian, kepemimpinan, dan tanggung jawab, secara tidak langsung mempersiapkan kader-kader pemimpin bangsa pada saat ini dan di masa depan.
Kesimpulan
Ki Hadjar Dewantara menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk membebaskan bangsa dari penjajahan. Saat ini, dalam konteks politik, pendidikan yang berkualitas dan merata adalah fondasi penting untuk membangun masyarakat yang cerdas, kritis, dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan yang baik memberdayakan masyarakat untuk tidak mudah termanipulasi dan mampu memperjuangkan hak-haknya.
Meskipun terlibat dalam gerakan politik seperti Indische Partij, perjuangan utama Ki Hadjar Dewantara adalah melalui pendidikan dan kebudayaan. Ini memberikan pelajaran bahwa perubahan sosial dan politik tidak selalu harus dicapai melalui konfrontasi langsung, tetapi juga melalui pemberdayaan masyarakat dan penanaman nilai-nilai luhur.
Perjuangan Ki Hadjar Dewantara dilandasi oleh semangat nasionalisme yang kuat, namun tetap menghargai keberagaman budaya bangsa. Dalam konteks politik saat ini, hal itu mengingatkan akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa yang menghargai perbedaan, bukan malah memecah belah.
Filosofi "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani" sangat relevan bagi para pemimpin politik saat ini. Pemimpin seharusnya memberikan teladan yang baik, mampu memotivasi dan menggerakkan masyarakat, serta memberikan dukungan dan arahan yang konstruktif.
Ki Hadjar Dewantara mendirikan Taman Siswa sebagai upaya untuk memberdayakan masyarakat pribumi melalui pendidikan. Dalam politik saat ini yang berfokus pada kebijakan yang memberdayakan masyarakat di berbagai bidang (ekonomi, sosial, budaya) adalah esensial untuk mencapai kemajuan bangsa yang berkelanjutan.
Melalui tulisan-tulisannya yang tajam namun halus, Ki Hadjar Dewantara berani mengkritik kebijakan kolonial. Ini memberikan contoh pentingnya menyampaikan kritik secara konstruktif demi perbaikan, bukan sekadar untuk kepentingan politik sesaat.
Secara keseluruhan, perjuangan Ki Hadjar Dewantara memberikan refleksi bahwa perjuangan politik untuk Indonesia saat ini yang memerlukan:
- Fokus pada pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui PENDIDIKAN.
- Menjunjung tinggi persatuan dalam keberagaman.
- Mengedepankan kepemimpinan yang melayani.
- Memberdayakan masyarakat.
- Menyampaikan kritik secara konstruktif demi mencapai cita-cita bangsa yang adil dan makmur.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Profil Hotma Sitompul: Kiprah dan Kontroversi Sang Pengacara Kondang
-
Ki Hadjar Dewantara dalam Revitalisasi Kurikulum yang Relevan
-
Menghidupkan Semangat Ki Hadjar Dewantara dalam Politik Pendidikan Era AI
-
Mahasiswa PPG FKIP Unila Asah Religiusitas Awardee YBM BRILiaN Lewat Puisi
-
Meneropong Kehidupan Pendidikan di Era AI dan Kehilangan Nilai Literasi
Kolom
-
Belajar Pendidikan dan Pembangunan Jati Diri Masyarakat dari Taman Siswa
-
Perantara Melalui Sang Dewantara: Akar Pendidikan dan Politik Bernama Adab
-
Benarkah 'Kerja Apa Aja yang Penting Halal' Tak Lagi Relevan?
-
Ngopi Sekarang Bukan Lagi Soal Rasa, Tapi Gaya?
-
Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Kebiasaan Pakai AI: Kemajuan atau Ancaman?
Terkini
-
3 Pertarungan Epik Anime Moonrise, Orisinal Netflix Penuh Aksi dan Emosi
-
Masalah Logistik, Konser Taeyeon di Tokyo Dibatalkan Mendadak
-
Bali United Kalah Tipis di Bandung, Stefano Cugurra Umumkan Perpisahan
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Novel The One and Only Ivan, Kisah Emosional Gorilla di Dalam Jeruji