"You can ask the flowers, I sit for hours
Tellin' all the bluebirds, the bill and coo birds
Pretty little baby, I'm so in love with you"
Buat kamu yang sering nongkrong di media sosial, lirik lagu Pretty Little Baby di atas pastinya sudah tidak asing lagi di telinga. Lagu yang dinyanyikan oleh Connie Francis ini pertama kali rilis pada tahun 1962 mendadak viral setelah banyak digunakan sebagai latar suara konten di media sosial. Padahal sudah lebih dari enam dekade lagu ini diluncurkan, namun siapa sangka kalau lagu jadul ini kembali merebut perhatian generasi muda?
Fenomena viralnya lagu lawas sebenarnya bukan hal baru. Kalau mundur sedikit, beberapa waktu yang lalu lagu Forever Young milik Alphaville yang rilis pada tahun 1984 pernah berseliweran di media sosial. Selain itu, akhir-akhir ini juga ada lagu dari Phil Collins yang rilis tahun 1999 berjudul You'll Be in My Heart mendadak naik daun lagi setelah versi NIKI rilis di Spotify pada tahun 2022 juga viral. Bahkan berkat lagu ini pula NIKI berhasil memecahkan rekor sebagai lagu dengan peringkat Tertinggi oleh Artis Indonesia di Top Daily Song Spotify Global.
Tak hanya untuk lagu-lagu berbahasa Inggris saja. Di Indonesia sendiri, sejumlah lagu penyanyi solo dan band yang dirilis puluhan tahun silam kembali naik ke permukaan dan mendadak banyak digemari Gen Z bahkan Gen Alpha setelah banyak digunakan sebagai sound video viral di media sosia. Sebut saja lagu Bila Kau Tak Disampingku karya Sheila on 7 yang rilis tahun 2000 kembali meroket setelah dipakai sebagai lagu latar dalam tren dance Velocity yang tengah digandrungi netizen.
Lalu apa, sih yang membuat lagu-lagu lawas ini kembali melejit bahkan digandrungi anak muda?
FYP Membawa Musik Melintasi Zaman
Masifnya penggunaan media sosial telah mengubah perilaku penggunanya. Salah satu bukti perkembangan media sosial adalah tren video pendek yang dipopulerkan TikTok, kini telah diikuti oleh platform lain seperti Instagram Reels dan YouTube Shorts. Melalui format ini, pengguna berlomba-lomba menciptakan konten kreatif dengan iringan lagu sebagai latar suara.
Konten yang viral ini akan lewat di beranda pengguna lain atau bahasa lainnya disebut sebagai video FYP (For You Page). Selain itu, algoritma media sosial juga sangat berperan dalam penyebaran konten-konten yang populer. Bersamaan dengan naiknya popularitas suatu konten, maka lagu yang digunakan sebagai back sound juga akan semakin banyak digunakan dan digemari.
Penggunaan lagu, termasuk lagu-lagu lawas, sebagai latar musik dalam sebuah konten bisa menimbulkan efek domino. Ketika suatu konten yang menggunakan lagu tersebut menjadi viral, pengguna lain cenderung akan ikut menggunakan lagu yang sama. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau sejumlah lagu lawas kembali populer, terutama jika melodi dan liriknya relevan dengan suasana atau pesan dalam konten yang dibuat.
Nostalgia dan Estetika
Selain faktor media sosial, lagu-lagu lawas kembali digemari karena biasanya generasi muda ingin mengeksplorasi gaya musik lama. Di sisi lain, di kalangan anak muda juga berkembang tren menggemari hal yang terkesan vintage sehingga lagu lawas pun mendapatkan posisinya tersendiri. Oleh sebab itu, lagu lawas dianggap memiliki nilai estetika yang terkesan autentik dan antik.
Di sisi lain, lagu-lagu lawas memiliki kekuatan untuk membawa pendengarnya kembali ke masa lalu. Bagi orang dewasa, mendengarkan lagu yang pernah populer di masa muda mereka dapat membangkitkan rasa nostalgia yang hangat. Singkatnya, lagu lawas mampu membangkitkan emosi dan kenangan dari generasi sebelumnya.
Dengan demikian, kemunculan sejumlah lagu lawas yang kembali viral bukan hanya fenomena dan tren singkat di media sosial saja. Namun, lagu lawas bisa menjadi penghubung antara generasi tua dengan generasi muda. Di sisi lain, kebangkitan lagu lawas membuktikan bahwa musik adalah karya yang abadi dan akan selalu relate dengan kondisi zaman yang berubah-ubah.
Baca Juga
-
Ulasan Komik Nyai Anteh: Cerita Rakyat Bergaya Modern dan Sarat Pesan Moral
-
Ulasan Buku A Starry Journal: Catatan Harian agar Fokus Meraih Impian
-
Potret Isu Patriarki dan Bias Gender yang Diangkat dalam Drama China Reborn
-
Cerita Remaja dan Kuliner Khas Betawi Berpadu dalam Novel Delicious Lips
-
Buku Anak Jadi Solusi Segar ketika Reading Slump Menyerang
Artikel Terkait
-
Wapres Gibran Panen Kritikan Usai Tanam Padi Sambil Berjalan Maju, Padahal Ini Alasannya
-
Borobudur Bersolek Sambut Prabowo dan Macron: Rencana Pemasangan Eskalator Tuai Pro dan Kontra
-
Ari Lesmana Baru Jujur Nyanyi Lagu Roman Picisan Buat Lomba, Ahmad Dhani Minta Bayaran Royalti?
-
Heboh Pengantin Anak di Lombok Tengah, KPAI Desak Ortu Kedua Mempelai Dihukum: Harus Disanksi Tegas!
-
Mengarungi Taman Rahasia Lewat Lagu Oh My Girl Bertajuk Secret Garden
Kolom
-
BPJS Kesehatan Pangkas 21 Layanan: Efisiensi Anggaran atau Eliminasi Hak Rakyat?
-
Belajar Hidup dari Anak Kos, Tamat 1000 Pelajaran Hidup di Kota Orang
-
RJ untuk Penghinaan Presiden: Solusi Cerdas atau Bungkam Berkedok Damai?
-
Polisi Jadi Pahlawan Buruh? Kontroversi Penghargaan ITUC untuk Kapolri
-
Sekolah Jadi Formalitas, Anak Makin Bingung, Sistem Pendidikan Kita Mabuk!
Terkini
-
Ulasan Novel The Castle Karya Kafka: Potret Dingin Birokrasi yang Membungkam
-
Gaet Lucas Gama, Persik Kediri Komitmen Perbaiki Kesalahan di Musim Kemarin
-
Gak Perlu Cemas Lagi! 4 Rekomendasi Pelembap Aman untuk Skin Barrier Bumil dan Busui
-
Review Film Fox Hunt: Kisah Nyata Penipuan 17,4 Miliar yang Penuh Aksi!
-
5 Drachin Tayang Juli 2025, Ada Drama Reuni Zhao Jinmai dan Zhang Linghe