Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | sari rachmah
ilustrasi sukses (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Diantara banyaknya tolak ukur kesuksesan seseorang, seperti kebahagiaan, banyak orang yang mencintai, berapa banyak menolong orang yang membutuhkan, memiliki anak-anak yang berbakti dan lain sebagainya, tak bisa dipungkiri pencapaian karir yang ditekuni juga sering dijadikan tolak ukur kesuksesan. 

Banyak orang yang termotivasi melihat kesuksesan seseorang dalam karirnya sebab sukses dalam karir berarti kematangan finansial. Orang dapat memiliki apapun yang diinginkan jika sudah matang secara finansial bahkan lebih dari apa yang dibutuhkannya. Menggiurkan bukan ? 

Memang betul, seseorang yang sukses di karirnya tidak lepas dari upayanya yang keras serta kegigihannya dalam belajar. Tetapi, Dibalik karakternya yang gigih dalam belajar, keras dalam berusaha ternyata ada faktor-faktor lainnya yang secara tidak disadari banyak orang berperan penting membentuk kesuksesan individu. 

Faktor apa sajakah itu ? Yuk, kita jelajahi satu per satu!!

1. Orang dengan kepribadian koleris sering punya mimpi dan gigih mengejarnya

ilustrasi orang dengan kepribadian koleris (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Koleris merupakan salah satu jenis kepribadian diantara tiga kepribadian lainnya seperti plegmatis, melankolis dan sanguinis. Manusia yang terlahir dengan jenis kepribadian koleris secara alami memiliki sifat-sifat kepemimpinan. 

Sifat-sifat kepemimpinan ini diantaranya memiliki visi dan misi dalam hidupnya serta berambisi besar disertai upaya sungguh-sungguh mencapai cita-citanya. Dengan kelebihan yang dimilikinya ini, jelaslah manusia koleris cenderung hampir pasti sukses dalam profesi yang diminatinya. 

Namun, ini tidak berarti manusia dengan jenis kepribadian lainnya gagal dalam karirnya dan koleris selalu sukses dalam karirnya. Karena masih banyak faktor lainnya yang mempengaruhi kesuksesan. Juga, keberhasilan bukanlah milik sekelompok orang, tetapi milik orang yang sungguh-sungguh mengejar cita-citanya. 

2.Orang dengan kecerdasan emosi yang baik akan menjadi pemenangnya

kecerdasan emosi mempengaruhi kesuksesan seseorang (pexels.com/fauxels)

Menurut penelitian, kesuksesan seseorang 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi. Sehingga, secerdas apapun seseorang jika tak memiliki kecerdasan emosi yang baik maka sulit untuk berhasil. Dengan kecerdasan emosi yang baik, seseorang mudah berinteraksi dengan lingkungan/orang lain.

Menurut Hana Yasmira, MSi., Parenting Communication Specialist, dilansir Intisari Online, kecerdasan emosi berperan penting dalam memaksimalkan bakat bawaan. Di Dalam kecerdasan emosi meliputi dimensi-dimensi empati, kegigihan, keikhlasan, kepedulian, ketekunan, dan lain-lain yang kesemuanya menunjang bakat individu dan kecerdasan intelektual untuk mencapai kesuksesan karir. 

Kecerdasan intelektual dan bakat bawaan akan menjadi sia-sia jika individu tidak memiliki kecerdasan emosi yang tinggi. Sebaliknya, individu yang tidak punya kecerdasan intelektual yang tinggi tetapi memiliki kecerdasan emosi yang tinggi hampir pasti sukses dalam karirnya. 

Sebagaimana Albert Einstein katakan bahwa The measure of intelligence is ability to change. Artinya, tolak ukur kecerdasan adalah kemampuan untuk berubah. Ubahlah kemalasan menjadi kegigihan, ubahlah kebodohan melalui belajar, ubahlah perasaan minder menjadi rasa percaya diri yang positif dan perubahan-perubahan lainnya yang akan menuntun individu menuju kesuksesan. 

3.Anak pertama cenderung lebih sukses daripada adik-adiknya

ilustrasi kakak adik (pexels.com/Marta Wave)

Menurut penelitian anak pertama cenderung lebih baik secara akademik daripada adik-adiknya. Anak pertama cenderung lebih serius dalam mengejar cita-citanya. Anak pertama cenderung lebih disiplin dan mandiri daripada adik-adiknya. Dengan semua kualitas yang dimiliki anak pertama, tidak heran anak pertama cenderung lebih sukses daripada adik-adiknya.

Menurut para peneliti, cara orangtua memperlakukan anak pertama, anak kedua, ketiga dan seterusnya akan berbeda. Apalagi saat memiliki anak pertama, orang tua masih terbilang dalam usia muda yang produktif, belum terlalu sibuk mengurus banyak anak, sehingga masih memiliki banyak energi dan waktu memaksimalkan potensi anak, mengajari pelajaran di sekolah, dan mendisiplinkan anak dengan lebih serius.

Terlebih setelah memiliki anak kedua, ketiga dan seterusnya, anak pertama cenderung dijadikan model yang baik untuk adik-adiknya dan diberi lebih banyak tanggung jawab daripada adik-adiknya. 

Saat memiliki anak kedua dan seterusnya, usia orang tua tidak lagi muda, kesibukan mulai bertambah sehingga perhatian orang tua akan prestasi belajar anak di sekolah, kedisiplinan-kedisiplinan yang dulu diterapkan pada anak pertama mulai longgar. 

Dengan kedua situasi yang berbeda ini, sudah jelas anak pertama mendapat porsi lebih dalam hal perhatian orang tua akan nilai akademik sekolah, kedisiplinan,kemandirian yang akan membentuk kebiasaan-kebiasaan positif yang harus dimiliki seseorang yang sukses dalam karirnya. 

4.Orang sukses memprioritaskan tidur

orang sukses memperhatikan jam tidur (pexels.com/pixabay)

Kebiasaan orang sukses yang perlu dicontoh adalah prioritas tidur. Bagi orang sukses, tidur adalah investasi. Sebab dengan menjaga pola tidur, fisik lebih sehat serta otak lebih konsentrasi dalam berpikir dan pengambilan keputusan. Terlepas dari kontradiksi para ahli mengenai jam tidur selama 8 jam atau kurang dari 8 jam, para orang-orang sukses bervariasi dalam hal berapa lama mereka tidur. Beberapa diantara mereka ada yang tidur 8 jam dan ada yang kurang dari 8 jam. 

Beberapa orang sukses tidur kurang dari 8 jam diantaranya, Donald trump tidur 4-5 jam. Barack obama tidur selama 6 jam. Presiden Yahoo Marissa Mayer tidur 4 jam. Habibie tidur 4 jam. Sandiaga Uno tidur 5 hingga 6,5 jam. 

5.Orang sukses umumnya memiliki ayah yang hangat

ayah yang hangat mempengaruhi kesuksesan seseorang (pexels.com/PNW Production)

Iya, menurut para ahli anak yang memiliki kedekatan emosi dengan ayah cenderung sukses dalam karirnya. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab kedekatan emosi dengan ayah berdampak pada mental positif anak yang kemudian akan menggiring anak menuju kesuksesan dalam berkarir. 

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, kecerdasan emosi berperan sebanyak 80 persen terhadap kesuksesan seseorang. Anak yang dekat dengan ayah cenderung memiliki kecerdasan emosi yang tinggi. 

Ayah yang hangat dapat menjadi sahabat anak, teman bermain, penasehat, guru dan panutan bagi anak sehingga ia akan tampil di mata anak sebagai pahlawannya. Secara psikologi hal ini akan membantu meningkatkan beberapa kecerdasan emosi pada pribadi anak, seperti rasa percaya diri, berani, pengendalian emosi yang baik, mengenal potensi diri, memiliki tujuan hidup, sungguh-sungguh dalam mengejar cita-cita dan lain sebagainya. 

Sekarang kita jadi tahu bahwa kesuksesan seseorang dalam karir ternyata tidak 100 persen berasal dari diri sendiri. Ada banyak hal lainnya di luar itu yang membentuk diri kita yang sekarang. Namun, pilihan ada di tanganmu,  jika ingin sukses jadilah dirimu yang lebih baik dari kemarin!

sari rachmah