Friendzone mungkin sedikit banyak di takuti pekerja yang memiliki aturan larangan memiliki hubungan dengan partner kerja. Apa yang sebaiknya kita lakukan jika kita sendiri yang terperangkap dalam posisi friendzone. Berikut 5 hal yang bisa kita lakukan jika kita sendiri yang terperangkap,
1. Meminimalisir pertemuan
Cara yang paling gampang adalah meminimalisir pertemuan dengan lawan friendzone. Seringnya bertemu akan memupuk lebih lagi kenyamanan. Jika sebelumnya makan siang selalu bersama atau bahkan berapa hari sekali hang out, lupakan itu semua! Ingat semakin sering bertemu, semakin rasa itu bertumbuh. Bagaimana jika satu divisi? Ini memang sedikit lebih rumit karena sudah di pastikan bakal sering bertemu dan bahkan berinteraksi.
2. Berusaha profesional
Jika intensitas pertemuan tidak bisa di kurangi karena satu divisi, berusahalah untuk menjadi diri kita sendiri. Tekan ego dengan segala pekerjaan seprofesional mungkin. Ini memang sulit dilakukan, tapi tetap bisa dilakukan meskipun terkadang terasa kikuk bagi orang yang sudah dekat dengan kita. Berinteraksilah sesuai porsi pekerjaan. Tidak lebih!
3. Pindah divisi atau pekerjaan
Bisa dibilang untuk beberapa orang, ini adalah ide yang sedikit kekanakan. Tapi apa boleh buat, jika ternyata perusahaan tidak mendukung suasana tersebut. Jika kita sudah terlanjur jalan lebih dalam dengan teman kerja, maka salah satu dari kita musti ada yang pindah divisi atau bahkan mundur dari pekerjaan. Ada beberapa perusahaan yang memiliki aturan seperti itu, karena takut mengganggu profesionalitas saat bekerja.
4. Cuek
Bagi kaum cuek, mungkin ini adalah jalan yang cukup cocok. Apalagi jika perusahaan mendukung, dan kita termasuk orang yang cuek dengan apa omongan rekan kerja. Jika perusahaan tidak mendukung, maka kita harus tahu konsekuensi yang bakal kita hadapi, sampai yang terjelek sekalipun.
5. Ingat komitmen awal
Sedari awal bekerja memiliki komitmen tidak akan terjadi friendzone dengan teman sekerja, meskipun bisa saja ingkar. Tapi kembali lagi pada tujuan awal kita bekerja. Jika tujuan bekerja adalah untuk jenjang karir, ingatlah prestasi yang akan kalian cetak. Jika tujuan awal bekerja untuk mendapatkan jaringan yang lebih banyak, maka berkenalanlah dengan segala macam bentuk partner kerja yang ada. Lain halnya jika kalian bekerja untuk mendapatkan pasangan. Lupakan semua itu dan tidak usah berpikir yang lain. Kalian sudah tahu konsekuensi yang harus diterima bukan?
Baca Juga
Artikel Terkait
Lifestyle
-
4 Toner Korea Calendula, Penyelamat Buat Kulit Sensitif dan Redakan Redness
-
Padel: Olahraga Viral yang Lebih Seru dari Tenis? Ini Alasan Gen Z Langsung Ketagihan!
-
Mulai 4 Jutaan! 4 Rekomendasi HP Flip Canggih Harga Termurah 2025
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
-
OTW Hollywood! 5 Fakta Kenapa Film Sore: Istri dari Masa Depan Bisa Jadi Jagoan Kita di Oscar
Terkini
-
Maaf Coach Gerald, Timnas Indonesia U-23 Masih Butuh Pemain Sekaliber Marceng dan Ivar Jenner!
-
Bangun Personal Branding Lewat Main Futsal
-
Review Film Mama: Pesan dari Neraka, Horor Digital yang Bikin Parno!
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgup Jakarta?
-
Kualifikasi AFC U-23 dan Akhir dari Gendongan Rafael Struick di Timnas Garuda Muda