Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Aqil Husein Almanuri
Ilustrasi mahasiswa.(Pexcels/Anastasia Gepp)

Skripsi memang menjadi suatu hal yang bisa dikatakan sakral bagi mahasiswa semester akhir. Sebab, kerja keras mereka menempuh berbagai tingkatan semester tidak cukup untuk mendapatkan ijazah sarjana. Skripsi menjadi penentu akhir, entah husnul khatimah (akhir yang baik) atau malah sebaliknya.

Sebelum menulis skripsi, sebagaimana prosedur yang dilakoni pada umumnya, mahasiswa akan menyetorkan judul. Tentu, judul yang diajukan tidak sembarangan. Biasanya mahasiswa yang sampai pada tahap ini mengalami semacam tekanan psikis. Meski beberapa dari mereka ada yang memang bernasib baik dan mudah keluar dari persoalan itu.

Sebagaimana melamar wanita, mahasiswa semester akhir ini akan datang mengunjungi ruang dosen terkait, biasanya Kepala Prodi (Kaprodi). Mereka akan membawa judul yang disiapkan sebelumnya dan berharap diterima. Namun, yang namanya lamaran tetap ada konsekuensinya, antara diterima atau malah sebaliknya. Nah, sejauh pengamatan saya, ada beberapa alasan yang mungkin menyebabkan judulmu tak kunjung mendapatkan respon baik.

1. Kurang aktual

Setiap penelitian dalam skripsi harus memiliki karakter masing-masing untuk menjadi beda. Hal ini agar penelitian yang sudah diulas tidak diulas lagi dengan porsi penjelasan yang sama. Sehingga, ke depannya ada pembaruan pembahasan dan tidak stagnan pada satu objek kajian.

Untuk keluar dari persamaan tersebut, mahasiswa biasanya mengangkat isu aktual (terkini) dalam penelitiannya. Tentunya, agar penelitiannya tersebut tidak banyak diangkat oleh akademisi lain. Sekalipun ada, pasti sedikit. 

Penelitian dengan menggunakan isu aktual saya rasa menjadi salah satu alasan prioritas Kaprodi (sebagai eliminator judul) dalam menerima judul yang diajukan. Maka jika judulmu mengangkat isu yang sudah banyak peneliti angkat atau bahkan mengangkat pembahasan yang basi, jangan harap judulmu diterima.

2. Pendekatan Teori yang Kurang Tepat

Sebagai pisau analisis, teori yang digunakan dalam penelitian merupakan unsur urgen.  Teori harus selalu padu dengan masalah yang sedang dibahas. Keduanya harus memiliki keterikatan dan sinkron. Selain itu, teori yang digunakan juga menjadi alat untuk mengasah perspektifmu (sudut pandang) agar berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

Pendekatan teori ini biasanya disamakan dengan kacamata. Lagi-lagi yang harus diperhatikan, penelitian harus memiliki corak berbeda antara satu sama lain. Maka, pendekatan teori ini menjadi salah satu solusinya. Meskipun kamu mengangkat masalah yang sama dengan peneliti lain namun dengan teori yang berbeda, maka penelitianmu akan berbeda juga. Karena kacamata yang dipakai dalam melihat masalah itu juga beda.

3. Seni Bicara 

Seni berbicara dalam mengajukan judul, diakui atau tidak, sangat memengaruhi terhadap keputusan dosen atau Kaprodi. Judulmu diterima atau tidak juga tergantung kepada seberapa cerdas kamu bisa meyakinkan seseorang bahwa judulmu layak dengan struktur bahasa dan cara bicaramu.

Analoginya seperti kamu ingin melamar seseorang. Tapi, di depan orang tuanya, bahasamu kurang dipahami, blepotan, dan gak jelas. Kemungkinan besarnya tidak akan diterima. Begitu juga dengan judul, orang akan yakin dengan judulmu melalui bahasa lisan yang kamu utarakan, melalui retorika yang kamu gunakan. Sekian..

Aqil Husein Almanuri