Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Mutami Matul Istiqomah
Ilustrasi pasangan suami istri (Pexels.com/migs reyes)

Apakah kamu pernah merasa ingin pasanganmu menjadi sesuai dengan apa yang kamu mau? Mungkin, beberapa sikapnya ada yang membuat kamu merasa tidak nyaman. Atau bagaimana fisiknya sekarang sering kali membuatmu enggan memandang. Lalu, munculah ide dalam pikiranmu tentang bayangan pasanganmu menjadi versi yang lain. 

Hal itu bukanlah hal yang baik. Mencintai pasangan tidaklah sesempit itu. Lantas, bagaimana cara menyikapi rasa ingin menuntut pasangan untuk menjadi orang yang bukan dirinya?

1. Sadar diri 

Yang pertama, kamu harus sadar diri mengenai bagaimana dirimu diterima oleh pasangan. Kamu juga harus memahami, tanpa sadar, banyak pula yang berubah dalam dirimu sendiri. Umur yang kian bertambah, tentu tidak bisa membohongi, bukan?

Namun, lihatlah pasanganmu yang tetap setia berada di sisimu. Menerima dirimu apa adanya, bahkan terus menjadikanmu kebanggaannya. Dari sekian kekurangan yang kamu miliki, tidak pernah dia mengeluhkan dan menuntutmu untuk berubah.

Dari sekian banyak kamu berbuat salah, hatinya tetap memiliki kelapangan untuk memaafkan dan memberimu kesempatan. 

2. Adaptasi

Kamu perlu menyesuaikan diri dengan pasangan secara lebih dekat. Terlepas dari berbagai kesamaan yang ada di antara kamu dan pasangan, sekompak apa pun kalian, tetap ada ruang di mana kamu dan pasangan menjadi seseorang yang berbeda.

Kamu dan pasangan harus bekerja sama dan berkompromi untuk menjadikan perbedaan itu sebagai sebuah warna yang saling memberi kekuatan. 

Pasangan tentu memiliki sisi yang baik dan buruk. Begitu juga kamu dan pasangan. Kamu tidak boleh hanya fokus kepada sisi yang buruk saja, tapi lihatlah sisi baiknya. Karena setiap manusia memang terlahir dengan sedemikian rupa. 

Kalau menuruti ego, bukankah tidak akan ada selesainya? Berusaha untuk mengubah pasangan menjadi orang lain tidak akan membuat keinginanmu berhenti. Makanya, hanya dirimu sendirilah yang bisa mengontrolnya. 

3. Toleransi 

Banyak perbedaan antara suami dan istri, di antaranya adalah pemikiran, pandangan mengenai suatu hal, kebiasaan, kegemaran, dan lain sebagainya.

Contoh sederhana adalah jika kamu memiliki seorang suami perokok, lalu kamu benci dengan asap rokok. Apakah rumah tangga tetap bisa berjalan? Apakah kamu akan terus menuntutnya berhenti merokok dan akan bertengkar setiap hari hanya untuk perkara rokok?

Jawabannya adalah tentu saja rumah tangga tetap bisa berjalan. Caranya adalah dengan membangun sebuah kesepakatan bersama.

Misalnya, merokok harus di luar rumah. Hal itu artinya pasangan menghargai dirimu yang tidak suka dengan asap rokok, dan kamu menghargai pasangan dengan rokok kesukaannya.

Kalau mau menuntut pasangan untuk berhenti merokok, bukankah tidak semudah itu? Tentu membutuhkan waktu dan proses, bukan? Sementara, rumah tangga akan terus berjalan dan tidak bisa menunggu. Maka, yang perlu difokuskan adalah bagaimana solusi dari semua itu. 

Kita harus memberikan toleransi kepada pasangan untuk melakukan apa yang dia suka, meskipun kita sendiri tidak menyukainya. Hal tersebut selain bisa membuat rumah tangga menjadi lebih harmonis, juga bisa untuk meningkatkan rasa saling menghormati satu sama lain. 

Itu dia 3 cara menyikapi rasa ingin menuntut pasangan dalam hubungan rumah tangga. 

Mutami Matul Istiqomah