Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Ridho Hardisk
Ilustrasi culture shock. (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ketika kamu berpindah tempat tinggal ke suatu daerah yang memiliki budaya yang berbeda dengan daerah asalmu, kamu pasti akan merasa terkejut dan bingung. Sebab, kamu baru pertama kali melihat dan merasakannya. Seperti yang sudah saya pernah alami di saat pertama kali datang ke Kota Bandung. Sedangkan saya berasal dari Kota Jambi yang berada di Pulau Sumatra. Tentu saja awalnya saya merasa bingung dan terkejut melihat budaya di sana yang begitu berbeda dengan tempat asal saya.

Mulai dari bahasa, attitude, kebiasaan masyarakat sehari-hari dan masih banyak lagi. Butuh waktu cukup lama bagi otak saya untuk mencerna hal baru yang datang di waktu yang hampir sama. Namun, saya sudah melewati dengan 3 cara yang memudahkan saya melewati perasaan tersebut. Perasaan ini disebut culture shock yang di mana seseorang akan merasa terkejut dengan budaya baru yang pertama kali dilihatnya.

Culture shock bisa diredakan dengan perlahan dengan 3 cara ini. Mari simak pembahasannya.

1. Mencari kerabat atau teman yang bisa memandumu

Ilustrasi memandu seseorang. (freepik.com/gpoinstudio)

Saat saya baru tinggal di Bandung, saya memiliki sepupu dari ayah saya yang sudah cukup lama tinggal di Bandung. Jadi, saya hanya perlu meminta waktu luangnya untuk memandu saya beraktivitas di luar yang harus berhadapan dengan warga Bandung. Bagi kamu yang ingin merantau untuk kuliah, cobalah cari teman atau kerabat yang bisa memandumu selama proses culture shock.

Teman atau kerabat yang sudah berpengalaman di daerah tempat kamu baru tinggali bisa mengajari beberapa hal saat sedang culture shock. Misalnya, etika saat melewati sekumpulan orang yang lebih tua di gang sempit harus mengucap "punten". Selain itu, nada berbicara masyarakat juga mesti dipahami oleh kamu. Tentu saja, teman atau kerabat kamu akan menyaring beberapa ciri logat dalam cara berbicara masyarakat pribumi untuk kamu pahami.

2. Mencoba untuk menghilangkan kebiasaan lama

Ilustrasi memikirkan kebiasaan lama. (pexels.com/Andrew Neel)

Saat saya masih di Kota Jambi, saya kurang suka minum kopi. Namun, sejak kuliah di Bandung, saya lebih sering minum kopi. Alasannya adalah masyarakat Bandung hampir rata-rata semuanya suka kopi untuk menghangatkan tubuh mereka melihat suhu di sana cukup rendah. Jika saya tetap bertahan pada kebiasaan lama, yaitu tidak suka minum kopi, masyarakat di sana akan menilai saya tidak bisa berbaur dalam kebiasaan harian masyarakat di sana.

Untuk itu, kamu harus bisa meninggalkan kebiasaan lama dan mulai kebiasaan baru untuk menyesuaikan kondisi budaya di tempat yang baru kamu tinggali. Sebab, masyarakat akan cepat menilai kamu bisa menerima budaya atau tidak.

3. Jangan sering berada di rumah

Ilustrasi menetap di rumah. (pexels.com/cottonbro)

Ketika kamu sedang mengalami culture shock, hal yang satu ini paling dianjurkan untuk dihindari. Jika kamu sering menutup diri di rumah baru di daerah yang baru kamu tinggali, itu berarti kamu menolak untuk mempelajari hal baru di lingkungan sekitar. Akibatnya, culture shock kamu akan lebih lama lagi membuat diri kamu menderita. Memperbanyak waktu luang untuk beraktivitas di luar yang langsung berhadapan dengan sosial di lingkungan baru akan mengasah pengalaman awalmu. Mungkin awalnya kamu merasa kurang nyaman, tapi ketika sudah biasa, kamu akan merasakan sendiri hasilnya.

Itulah 3 tips bagi kamu yang sedang mengalami culture shock saat berpindah ke lingkungan yang baru. Merealisasikan 3 tips ini harus dibantu keinginan kuat juga, ya. Semoga bermanfaat.

Ridho Hardisk