Menormalisasi perilaku nakal pada anak umumnya masih sering terjadi di sekitar kita. Mulai dari memaklumi kenakalan yang ringan hingga tak jarang yang di luar batas.
Meskipun anak kecil, namun, perilaku tidak baik seharusnya tetap ditindak. Minimal, diberitahu yang benar, bukan dimaklumi.
Lantas, apa sih dampak dari menormalisasi kenakalan pada anak kecil yang masih sering terjadi di sekitar kita? Yuk simak selengkapnya!
1. Anak akan tumbuh sesuai dengan perilaku masa kecilnya
Orang tua jaman dulu, percaya bahwa kenakalan pada anak akan berkurang bahkan menghilang sejalannya waktu, seiring ia tumbuh dewasa. Faktanya, pemahaman ini kurang tepat. Anak akan tumbuh mengikuti pola didik dan perilaku orang di sekitarnya termasuk polanya sendiri.
Jika kenakalan anak di masa kecilnya selalu dimaklumi dan tidak dikoreksi, maka, ia akan memganggap bahwa apa yang dilakukannya benar dan tidak merugikan orang lain. Membenahi perilaku anak sejak dini lebih baik ketimbang memakluminya.
2. Anak tidak belajar dari kesalahannya
Menormalisasi kenakalan pada anak juga akan membuat anak tidak belajar dari kesalahan tapi, justru akan ikut memakluminya. Ia akan menganggap bahwa apa yang dilakukannya itu baik dan menguntungkan. Jika ia berpikir seperti itu terus menerus tanpa ada koreksi dari orang tua, kemungkinan anak akan tumbuh mengikuti perilaku awalnya.
3. Anak akan merasa perbuatannya dibenarkan
Anak juga akan merasa kenakalannya itu bukan sesuatu yang salah. Ia akan merasa bahwa apa yang diperbuatnya benar. Anak kecil pada umumnya masih mencari pembenaran akan perilakunya, atau akan apa yang ia lakukan. Jika tidak diberitahu yang benar dan tetap memaklumi kesalahannya, maka anak akan menganggap bahwa dirinya benar.
4. Rawan tumbuh menjadi anak yang manja
Anak yang selalu dimaklumi kenakalannya tak jarang akan tumbuh menjadi sosok yang manja dan selalu mencari pembenaran serta perlindungan dari kesalahannya. Sebenarnya, perilaku ini akan terus terulang selama anak dibirkan bertingkah semaunya.
Kenakalan pada anak memang fase yang normal terjadi. Namun, sebagai orang tua, sudah seharusnya kita bertanggung jawab dan mengajarkan hal yang baik kepada anak, agar kelak ia tumbuh menjadi pribadi yang baik.
Tag
Baca Juga
-
4 Hal Ini Bisa Jadi Pemicu Pasangan untuk Berselingkuh, Segera Hindari!
-
4 Alasan Kenapa Kadang Memendam Perasaan Cinta Itu Lebih Baik daripada Diungkapkan
-
4 Alasan Kenapa Beberapa Orang Lebih Suka Menulis daripada Membaca
-
4 Alasan Kenapa Kita Harus Mulai Berhenti Beli Barang KW, Rugi!
-
4 Alasan Kenapa Sebaiknya Kita Tidak Mengisi Kuliah Hanya dengan Belajar
Artikel Terkait
-
Didit Prabowo Buka Toko Dadakan di Mal, Lengangnya Pengawalan Paspampres Dipertanyakan
-
Tren Media Sosial dan Fenomena Enggan Menikah di Kalangan Anak Muda
-
Heboh Susnya Lily Pakai Jilbab Branded, Memangnya Berapa Gaji Pengasuh Anak Raffi Ahmad?
-
Majelis Taklim Deklarasikan Gerakan Anti-Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
-
Catat! Janji Gandeng Anak Muda untuk Program di Jakarta, Pramono: Kalau Tak Dilibatkan, Saya Kira Kurang Bermanfaat
Lifestyle
-
3 Rekomendasi Toner Lokal Mengandung Calendula, Ampuh Redakan Kemerahan
-
Tampil Modis dengan 4 Gaya Simpel ala Kang Mi-na yang Wajib Kamu Coba!
-
3 Rekomendasi Serum yang Mengandung Tea Tree, Ampuh Hempaskan Jerawat
-
Tampil Feminin saat Hangout dengan 4 Padu Padan Outfit Rok ala Beby Tsabina
-
4 Rekomendasi Liquid Blush Warna Mauve, Tampil Cantik dan Natural!
Terkini
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Gong Yoo di Netflix, Terbaru Ada The Trunk
-
Erick Thohir Cek Kondisi Rumput GBK Jelang Laga Timnas Indonesia vs Jepang
-
Ulasan Novel Little White Lies: Kehidupan Debutante yang Penuh Rahasia
-
BABYMONSTER Billionaire: Ketika Percaya Diri Mampu Bungkam Komentar Negatif
-
4 Fakta Neo Hou, Pemeran Fangs of Fortune yang Ternyata Mantan Trainee SM