Nongkrong sudah menjadi bagian dari kebiasaan masyarakat kita. Terutama bagi orang yang ekstrovert atau senang berinteraksi dengan orang lain. Dari kebiasaan nongkrong ini biasanya akan terbentuk lingkaran atau circle pertemanan yang biasa disebut dengan circle tongkrongan.
Teman tongkrongan biasanya memiliki kedekatan yang lebih dibanding dengan orang lain yang sekadar saling kenal saja. Oleh sebab itu, pengaruhnya terhadap diri kita juga lebih besar. Kita akan terpengaruh oleh kebiasaan yang ada di tongkrongan kita.
Masalahnya adalah tidak semua tongkrongan memiliki kebiasaan baik. Banyak tongkrongan toxic yang harus kita hindari karena bisa membawa pengaruh buruk pada diri kita.
Berikut ini adalah 5 ciri-ciri tongkrongan toxic yang wajib kita hindari.
1. Bullying Dianggap Normal
Tongkrongan harusnya menjadi tempat yang nyaman bagi semua orang. Bisa menjadi tempat saling bercerita, bergurau, maupun sekadar melepas penat. Namun ada tongkrongan yang justru membuat salah satu atau beberapa orang di dalamnya merasa tidak nyaman, salah satunya karena bullying yang sering dilakukan.
Hal ini membuat lingkungan tongkrongan menjadi tidak menyenangkan dan justru berdampak buruk terutama bagi korban bully tersebut.
2. Adanya Diskriminasi
Tongkrongan adalah lingkungan tidak formal yang seharusnya bersikap egaliter atau setara. Tidak ada orang yang lebih tinggi posisinya dibanding orang lain. Oleh sebab itu, hendaknya semua orang memperlakukan dan diperlakukan dengan perlakuan yang sama. Jangan ada diskriminasi dalam tongkrongan baik karena umur, fisik, ras, maupun sebab lainnya.
3. Bercanda Berlebihan
Bercanda sudah menjadi bagian yang tidak terlepaskan dari tongkrongan. Setiap tongkrongan memiliki kebiasaan bercanda sendiri-sendiri. Namun bila bercandanya sudah berlebihan, misalnya dengan menghina orang lain, maka tongkrongan tersebut sudah tidak sehat.
4. Memaksakan Sikap atau Pilihan Individu
Wajar bila orang-orang di tongkrongan memiliki kedekatan emosional. Namun bukan berarti tongkrongan bisa memaksakan orang-orang di dalamnya untuk melakukan sesuatu. Jika tongkrongan kita sudah memaksakan sikap atau pilihan kita, maka kita perlu mengambil sikap tegas karena kita yang bertanggung jawab atas perbuatan kita sendiri.
5. Menanamkan Permusuhan
Tidak jarang tongkrongan menjadi sebuah kelompok yang fanatis. Namun jika tongkrongan sudah mengajak kita untuk memusuhi orang atau tongkrongan lain, lebih baik kita tinggalkan tongkrongan tersebut karena sudah tidak baik lagi untuk diri kita.
Demikian 5 ciri-ciri tongkrongan toxic yang wajib kita hindari. Pernah menemuinya?
Baca Juga
-
Jarang Disadari, 4 Pengaruh Silent Treatment dalam Hubungan Rumah Tangga!
-
Yoursay dan Suara Semakin Melegenda, Selalu Menjadi Rumah untuk Penulisnya
-
4 Tips Tetap Rukun dengan Pasangan Meskipun Beda Pilihan Capres di Pemilu 2024
-
Taman Cerdas Soekarno Hatta Jebres, Multifungsi dan Favoritnya Semua Kalangan
-
Cantiknya Pantai Teluk Penyu Cilacap, Indahnya Bikin Betah
Artikel Terkait
-
Ogah Drama, Begini Prinsip Ivan Gunawan Jaga Pertemanan Sesama Artis
-
Ulasan Novel The Name of The Game: Membongkar Topeng Toxic Masculinity
-
MEOVV Terjebak dalam Hubungan 'Toxic' di Lagu Comeback Terbaru
-
Catat Tanggalnya! MEOVV Umumkan Comeback Single ke-2 Bertajuk TOXIC
-
Beda Sikap Circle Paula Verhoeven dan Baim Wong soal Perceraian, Ada yang Adabnya Disanjung-sanjung
Lifestyle
-
3 Sheet Mask yang Mengandung Ceramide, Ampuh Merawat Kesehatan Skin Barrier
-
3 Acne Spot Gel Ampuh Meredakan Jerawat Mendem dengan Cepat, Ada Favoritmu?
-
3 Varian Serum dari Hada Labo, Ampuh Hidrasi Kulit Kering dan Atasi Penuaan
-
3 Moisturizer Lokal yang Berbahan Buah Blueberry Ampuh Perkuat Skin Barrier
-
5 Manfaat Penting Pijat bagi Kesehatan, Sudah Tahu?
Terkini
-
Byeon Woo Seok Nyanyikan Sudden Shower di MAMA 2024, Ryu Sun Jae Jadi Nyata
-
Pep Guardiola Bertahan di Etihad, Pelatih Anyar Man United Merasa Terancam?
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua