Bukannya memandang remeh trauma, tapi kadang tanpa sengaja kita menggunakan trauma sebagai alasan supaya kita tidak perlu menghadapi ketakutan atau kemalasan kita. Kita juga tidak bisa terus menerus menggunakan trauma untuk “membenarkan” perbuatan kita. Seolah-olah trauma sudah menjadi bagian dari hidup tanpa bisa kita lepas atau kurangi porsinya.
“Kenapa tidak mau berenang?”
“Oh, aku trauma karena dulu pernah tenggelam waktu kecil.”
Padahal jika kita mau berusaha lebih keras dan konsisten menjalaninya, trauma itu pasti pelan-pelan bisa sembuh kok. Dalam buku Better Me karya Anna Silvia, disebutkan bahwa ada beberapa cara untuk menyembuhkan trauma. Simak informasinya berikut ini.
1. Talk with your monsters
Teknik ini adalah teknik yang digunakan dalam neuro linguistic programming untuk memprogram ulang otak, hingga dapat mengubah alam bawah sadar kita. Teknik ini juga bisa digunakan untuk mengenali diri kita sendiri, dengan cara kita akan berbicara dengan bagian-bagian dari diri kita sendiri yang hidup di bawah alam bawah sadar.
Caranya adalah:
- Bayangkan kita masuk ke dalam sebuah gua yang sunyi untuk bertemu bagian diri kita yang belum pernah kita temui sebelumnya.
- Saat memasuki gua tersebut, bayangkan kita bertemu dengan monster trauma kita. Bayangkan sedetail mungkin, bagaimana bentuknya? sebesar apa?.
- Ajak kenalan, dan minta maaf karena sudah hidup sekian lama tapi baru kali ini kita berkenalan dengan diri kita sendiri.
- Kemudian cobalah mulai mengobrol. Di tahap ini akan ada banyak hal baru yang akan kita pelajari tentang diri kita sendiri.
Coba ceritakan, bagaimana trauma sudah mempengaruhi hidup kita. Tanyakan pada si monster, kenapa dia harus ada dalam diri kita? Apa yang sebenarnya dia takutkan? dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang ingin kita ketahui dari si monster tersebut. Jangan lupa, berterima kasihlah juga pada si monster. Sampaikan harapan dan keinginan kita untuk sembuh.
2. Write letters to yourself
Tulislah sebuah surat yang seolah-olah surat itu datang dari orang yang membuat kita trauma. Posisikan diri sebagai dia, dan katakan apa yang ingin dikatakan melalui surat tersebut. Seandainya kita adalah orang yang menulis surat tersebut, apa alasan dia untuk membuat diri kita harus merasakan trauma?.
Surat-surat tersebut akan memberi kita cara pandang baru, yang berbeda dan juga memberi kita kesimpulan yang akan menyembuhkan trauma.
3. Healing meditation
Caranya hampir sama dengan meditasi biasa, namun ada sedikit penyesuaian. Temukan posisi yang nyaman, lalu fokus pada napas. Bayangkan ada satu sinar yang menyinari kita, bayangkan pula warna sinar tersebut sedetail mungkin.
Atur napas, dan rasakan sensasi ketika menghembuskannya. Setiap kita menghirup nafas yang panjang, di situlah kita menghirup healing light. Di setiap kita menghembuskan napas pajang, di situlah kita membuang trauma, dan rasa sakit yang kita tahu itu tidak baik untuk diri kita.
Buang semua perasaan itu perlahan-lahan melalui napas sampai merasa tubuh kita benar-benar bersih dan dipenuhi oleh healing light.
4. Teknik ice cream
Jadi, setiap kita teringat kenangan buruk di masa lalu, kita harus mengganti kenangan tersebut dengan hal-hal indah yang ingin kita wujudkan dalam hidup. Silahkan tulis apa saja kenangan buruk yang sering mengganggu pikiran kita, kemudian tulis juga hal-hal bahagia yang kita inginkan dalam hidup kita.
Misal, ketika kenangan buruk tentang luka masa lalu muncul, kita harus langsung menggantinya dengan mengingat kejadian atau harapan indah yang kita inginkan. Ingat, jangan melarang diri sendiri untuk mengingat trauma, karena semakin dilarang akan kita akan semakin mengingatnya. Teknik ini akan benar-benar berhasil jika kita melatihnya terus-menerus.
5. Talk with your inner child
Biasanya apa yang ada di alam bawah sadar kita itu terbentuk sejak kita masih kecil, karena disaat itu vibrasi kita ada di frekuensi yang rendah. Coba lihat diri sendiri di cermin dan panggil sosok diri kita sewaktu kecil dulu. Kemudian katakan semua hal yang kita ingin katakan kepada diri kita pada belasan atau puluhan tahun yang lalu.
Sebenarnya kebanyakan orang akan menerima luka kita, jika kita menyampaikannya dengan baik. Sayangnya justru seringkali kita tanpa sadar menyakiti lebih dulu orang-orang di sekitar kita karena kita takut terluka lagi. Maka, cobalah lakukan yang terbaik untuk healing. Agar kita dapat lebih maksimal dalam menyayangi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita.
Baca Juga
-
4 Bank yang Menawarkan Keuntungan dengan Produk Paylater
-
7 Pelajaran Berharga untuk Hindari Jeratan Pinjol, Belajar dari Kasus Bedu
-
8 Cara Menghindari Penghapusan Akun Gmail oleh Google
-
Ulasan Buku Effortless, Karena Tak Semua Harus Sesulit Itu: Tetap Produktif Tanpa Stres
-
Trik Jitu Mahasiswa: Kuasai Statistik dengan 6 Metode Efektif!
Artikel Terkait
-
Kepulauan Seribu: Dulu Tempat Healing Anak Kost, Kini Jadi Surga Wisata Mewah
-
Dampak Psikologis di Balik Teror Terhadap Tempo: Trauma yang Tak Selalu Langsung Terlihat
-
Berkaca dari Sikap Orang Tua Arra, Ini Efek Buruk Jahili Anak sampai Nangis
-
Apa Itu Religious Trauma? Diduga Dialami Gitasav Sampai Nyaris Bunuh Diri
-
Gitasav Nyaris Bunuh Diri dan Lakukan 'Mental Gymnastic', Apa Itu?
Lifestyle
-
Gaya Chic hingga Edgy, 4 Ide Outfit ala Seulgi RED VELVET yang Wajib Dicoba
-
Youthful dan Energik! Ini 4 Padu Padan Outfit ala Ryu Sarang izna
-
Anggun dan Stylish dengan 4 OOTD Sweet Feminine ala Sakura LE SSERAFIM
-
4 Gaya Kasual ala Seohyun SNSD, Nyaman tapi Tetap Fashionable!
-
Keren dan Minimalis, 4 Daily Outfit ala Lee Sun-bin yang Mudah Ditiru!
Terkini
-
Ulasan Film Hereditary, Kisah Keluarga Diteror Perjanjian Nenek Moyang
-
BAC 2025: Tiga Ganda Campuran Indonesia Amankan Tiket Babak Kedua
-
Kritik terhadap Sistem Feodalisme, Ulasan Novel Gadis Pantai
-
Blunder Fatal Yaman Antar Timnas Indonesia U-17 Pesta Gol: Ini Analisis Lengkapnya!
-
Nova Arianto Capai Tonggak Sejarah Baru, Bukti Nyata Talenta Pelatih Lokal?