Kita sering kali memiliki pemikiran negatif terhadap suatu hal. Hal ini berkaitan dengan cara kerja otak kita yang sering membuat kesimpulan berdasarkan pengalaman yang kita alami dan juga apa yang kita pelajari di masa kecil, kemudian langsung masuk ke alam bawah sadar kita. Nah, kesimpulan itulah yang membentuk pola pikir kita.
Pola pikir ini tidak akurat, biasanya malah cenderung bias. Dimana, sebab dan akibat bahkan tidak berhubungan sama sekali. Itulah yang membuat pola pikir kita bisa cacat dan terkadang tidak rasional. Alur pola pikir ini, dalam Cognitive Behavioral Therapy, disebut dengan Distorsi Kognitif, atau Error Thinking.
Distorsi Kognitif dapat mempengaruhi kesehatan mental. Yang membuatnya berbahaya adalah jika seseorang semakin larut dalam pola pikir seperti ini, maka besar kemungkinan orang tersebut dapat mengalami stress, gangguan kecemasan, dan bahkan depresi yang mengarah pada keinginan untuk bunuh diri.
Ada 10 jenis Error Thinking yang bisa kita kenali, simak sampai habis ya!
1. Mind Reading
Seseorang berasumsi bahwa dia mengetahui apa yang dipikirkan orang lain, tapi lebih mengarah ke curiga terhadap orang lain atau berprasangka buruk. Contohnya, ketika seseorang menganggap pemberian yang orang lain lakukan bukan atas dasar kepedulian, tapi karena ingin pamer atau dilihat orang lain.
2. Focusing on The Bad
Seseorang yang hanya fokus pada hal negatif, tidak melihat hal-hal positif. Misalnya, seseorang merasa dirinya bodoh ketika telah melakukan 1 kesalahan saat mengisi soal ujian, walaupun 9 jawaban dari soal lainnya adalah benar. Tanpa sadar orang tersebut hanya fokus melihat hal negatif tanpa menyadari pencapaiannya.
3. Catastrophizing
Cara berpikir tidak rasional yang selalu berpikir tentang kemungkinan terburuk dari situasi yang dihadapinya, padahal belum tentu terjadi. Misalnya, ketika seorang istri sedang menunggu kabar dari suaminya yang belum menghubunginya sejak kemarin, kemudian dia berasumsi telah terjadi sesuatu yang buruk terhadap suaminya dan dia akan hidup tanpa suaminya.
4. All or Nothing
Orang dengan pola pikir seperti ini cenderung menilai diri sendiri dan orang lain dengan cara yang ekstrem. Berfokus pada jahat dan baik, pintar dan bodoh, berhasil atau gagal. Dengan kata lain dia tidak bisa melihat sisi abu-abu diantara hitam dan putih.
Misalnya, ada seorang teman lama yang selalu berbuat baik namun suatu ketika ia tanpa sengaja melakukan kesalahan dan kita langsung beranggapan bahwa dia orang yang jahat.
5. Blaming
Ini adalah pola pikir yang selalu menilai buruk diri sendiri maupun orang lain berdasarkan satu kejadian. Misalnya, Saat kita bertemu dengan seorang public figure, dan merasa dia mengacuhkanmu. Meskipun kejadian ini baru pertama kali terjadi, dengan mudahnya kita langsung berasumsi bahwa public figure tersebut adalah orang yang sombong dan tidak punya sopan santun.
6. Over Generations
Pola pikir yang menilai sesuatu hanya berdasarkan satu hal saja, dan cenderung melakukan penilaian berdasarkan emosi pribadi. Misal, seorang wanita yang berpikir bahwa semua laki-laki pasti tukang selingkuh, hanya karena dia pernah menjadi korban perselingkuhan.
7. Should and Must
Pola pikir yang cenderung menekankan hal-hal yang seharusnya dilakukan atau hal yang seharusnya terjadi. Memiliki standart tersendiri tentang bagaimana harusnya bersikap atau bagaimana dunia ini bekerja. Hal ini bisa menyebabkan seseorang mengalami kecemasan berlebih, apalagi jika kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan yang direncanakan.
Misalnya, seseorang yang terus mengatakan "Seharusnya aku melakukan dengan benar" atau "Andai aku tidak seperti itu", dan sebagainya ketika hal yang di rencanakan tidak sesuai dengan kenyataan.
8. Emotional Reasoning
Pola pikir yang menilai dirinya sendiri dan lingkungannya sebagai sesuatu yang tidak berharga. Orang yang memiliki pola pikir seperti cenderung menilai sesuatu berdasarkan emosinya saja.
Contoh, seseorang yang merasa dirinya bodoh, "Aku merasa diriku bodoh, dan aku pasti bodoh".
9. Comparison
Pola pikir yang selalu membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain. Seperti saat kita merasa diri kita payah saat teman-teman kita yang lain sudah meraih mimpinya.
10. Double Standart
Orang yang memiliki pola pikir seperti ini biasanya memliki standart yang berbeda terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
Misal, ketika kita gagal dalam ujian, kita menyalahkan diri kita sendiri. Tetapi saat orang lain yang gagal, kita malah mengatakan "Tidak masalah, gagal itu hal yang wajar. Kamu bisa mencobanya kembali lain kali".
Demikianlah 10 jenis Error Thinking yang mungkin pernah kita temukan ciri-cirinya dalam keseharian kita. Atau mungkin tanpa sadar kita mengalaminya sendiri. Itulah sebabnya, penting untuk selalu menyanyakan ke diri sendiri, apakah yang kita pikirkan itu benar atau hanya error thinking?.
Jangan ragu untuk meminta bantuan kepada tenaga profesional jika kita mengalami salah satu kondisi di atas ya.
Tag
Baca Juga
-
Hari Buruh Internasional: Seruan Perubahan untuk Dunia Kerja
-
Buka Kembali Kenangan Lama Lewat Google Maps dan Earth
-
Belajar Jadi Seru: 7 Cara Pilih Aplikasi AI yang Cocok untuk Anak
-
Chatbot vs Agen AI: Kenali Perbedaannya sebelum Memilih
-
Tren Masa Depan AI Action Figure: Mainan dengan Kecerdasan Buatan
Artikel Terkait
Lifestyle
-
4 Ide OOTD Stylish ala Shin Soo Hyun untuk Gaya Nyaman Saat City Trip!
-
Simpel! 4 Inspirasi Outfit Chic ala Kim Da Mi untuk Segala Momen
-
Xiaomi Civi 5 Pro, Ditenagai Chipset Snapdragon 8s Gen 4 dan Kamera Leica
-
4 Padu Padan OOTD Anak Muda ala Jeong Saebi izna, Gaya Jadi Lebih Standout!
-
Tak Cuma Cokelat! 5 Pilihan Warna Rambut yang Menawan di Kulit Sawo Matang
Terkini
-
Jennie BLACKPINK Tembus Daftar Album Terbaik Rolling Stone 2025
-
Daster Bukan Simbol Kemalasan: Membaca Ulang Makna Pakaian Perempuan
-
6 Drama China yang Dibintangi Pan Meiye, Beragam Peran
-
Novel Peniru dan Pembunuhan Tanpa Jasad: Uji Moral dan Permainan Psikologis
-
Tom Felton Perankan Draco Malfoy Lagi Lewat Harry Potter versi Broadway