Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Sapta Stori
Ilustrasi Media Sosial (Jeremy Bezanger/unsplash.com)

Semakin menarik suatu konten di mata masyarakat, maka konten tersebut juga akan memunculkan lebih banyak tanggapan. Namun, sayangnya, tidak semua peristiwa yang dimuat konten di media sosial, merupakan peristiwa asli yang berupa fakta. Tidak sedikit di antaranya yang ternyata adalah konten rekayasa.

Peredaran konten rekayasa atau lebih dikenal dengan konten settingan di media sosial kini sudah tidak bisa lagi dibendung. Berbagai cara dilakukan oleh para pembuat konten untuk memperlihatkan bahwa suatu peristiwa yang terjadi dan dibuat konten merupakan hal yang benar-benar terjadi. Tentunya, peredaran konten rekayasa ini menimbulkan berbagai dampak buruk di masyarakat, beberapa di antaranya ialah:

1. Menimbulkan krisis kepercayaan

Terlalu banyaknya konten rekayasa dapat menimbulkan krisis kepercayaan di kalangan masyarakat. Akibatnya, konten yang sungguh-sungguh menampilkan kebenaran pun banyak yang jadi turut dianggap rekayasa, karena masyarakat sudah ragu apakah konten yang beredar di media sosial benar-benar mencerminkan fakta atau tidak. Hal ini membuat orang-orang tak lagi percaya kepada sesamanya.

2. Merusak citra diri

Konten rekayasa dapat merusak citra diri pembuatnya, terlebih jika konten yang dibuat menjadi viral. Ia akan dianggap sebagai orang yang dapat menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, termasuk demi menjadi terkenal dan mendapatkan banyak tanggapan. Ia tak  peduli sekalipun tanggapan yang diterimanya merupakan komentar-komentar buruk, selama ia bisa populer. Citra diri yang sudah buruk di hadapan masyarakat ini dapat mengganggu kehidupan dirinya sendiri di masa mendatang.

3. Memperdaya orang lain

Di antara sekian banyak orang yang mampu memilah dan membedakan konten yang berisi fakta dan konten yang hanya berupa rekayasa, masih ada beberapa orang yang meyakini suatu konten sebagai kebenaran, meski kenyataannya hal itu hanyalah sandiwara belaka. Dengan membuat konten rekayasa, sang pelaku telah memperdaya orang lain dan tak ubahnya sebagai seorang penipu.

Demikian tiga dampak buruk maraknya konten rekayasa di media sosial. Jika kita merupakan seorang pembuat konten, tentunya bukan hanya orisinalitas konten kita yang harus dijaga, melainkan kita juga harus memastikan bahwa konten yang kita buat benar-benar merupakan fakta dan bukan konten settingan belaka.

Sapta Stori