Orang tua menjadi dasar pertama terbentuknya kepribadian anak dan membentuk baik buruknya anak. Setiap orang tua punya pola asuh yang mereka pilih masing-masing. Pola asuh yang orang tua terapkan di dalam keluarga memiliki pengaruh terhadap kompetensi anak ketika berhadapan dengan dunia luar.
Ada berbagai macam pola asuh. Salah satunya adalah pola asuh helikopter. Pola asuh ini mengacu pada orang tua yang terlalu terlibat dan protektif. Orang tua secara terus-menerus berkomunikasi dengan anak-anak mereka, serta campur tangan dalam urusan anak-anak mereka (Odenwaller, Butterfield dan Weber, 2014). Orang tua helikopter sering kali terlibat secara intens dengan kehidupan remaja dengan tujuan untuk melindungi mereka dari kemungkinan menghadapi hasil negatif dan demi menjamin kesuksesan anak mereka (C. Bradley-Geist & Olson-Buchanan, 2014).
5 Aspek terkait helicopter parenting menurut Odenweller, Butterfield, dan Weber (2014):
- Komunikasi secara konstan dengan anak,
- Turut campur dalam urusan pribadi anak,
- Terlibat dengan tujuan anak secara pribadi,
- Membuat keputusan untuk anak, serta
- Menyingkirkan rintangan yang dihadapi anak.
Setelah mengulas pengertian dan aspeknya, selanjutnya ada tanda-tanda dari helicopter parenting.
Odenwaller, Butterfield dan Weber (2014) mengemukakan bahwa pola asuh helikopter ditandai dengan:
1. Pemberian saran yang berlebihan dari orang tua kepada anak.
2. Orang tua memiliki keterlibatan berlebihan terhadap kehidupan anak yang berdampak pada kurangnya penyesuaian terhadap kebutuhan anak akan otonomi.
3. Menciptakan kontrol yang tinggi terhadap anak sejalan dengan intervensi yang diberikan.
Tipe pengasuhan ini akan menjadikan anak-anak sangat bergantung sampai dewasa, yang membuat anak tidak siap menangani turun naiknya kehidupan yang akan mereka alami. Pada akhirnya, helicopter parenting menghalangi anak-anak mereka dari belajar akuntabilitas, tanggung jawab, dan kemandirian.
Helicopter parenting dinilai lebih responsif terhadap kebutuhan anak mereka dan biasanya hal tersebut dilakukan demi memberikan dukungan kepada anak atau didasari niat yang baik, tetapi melebihi batas kewajaran.
Nah, setiap tipe pola asuh ada dampak yang ditimbulkan, ada baiknya orang tua sangat mempertimbangkan ketika hendak menerapkan pola asuh pada anak mereka.
Baca Juga
-
Inilah 6 Rekomendasi Snack di Minimarket yang Murah Meriah, Rasanya Bikin Nagih!
-
Selain Original, 5 Varian Mie Instan dari Berbagai Merek yang Wajib Dicoba
-
3 Bisnis Kuliner Milik Komedian dan Komika Indonesia, Rasanya Selegit Jokesnya?
-
3 Bisnis Coffee Shop Milik Influencer, Mana Favoritmu?
-
Sering Dikira dari Luar Negeri, 3 Brand Fashion Ini Ternyata Asli Indonesia!
Artikel Terkait
-
Dinas Pariwisata Bantul Jadikan Goa Selarong Sebagai Destinasi Wisata Ramah Anak
-
Pakai Baju Lusuh dan Robek, Rekaman Bapak Anak di KRL Ini Jadi Sorotan
-
Potret Remaja 14 Tahun yang Dikabarkan Menjadi Pacar Kriss Hatta, Netizen: Kaya Umur 20 Tahun
-
5 Sopan Santun yang Perlu Diajarkan pada Anak saat Sedang Makan
-
Bunda, Yuk Tumbuhkan Cara Berpikir Pada Anak Sejak Usia Dini
Lifestyle
-
4 Ide Gaya OOTD Kasual ala Choi Yena yang Gemesin dan Catchy untuk Ditiru!
-
Simpel tapi Trendi, Ini 4 Inspirasi Gaya Kasual Nyaman ala Lisa BLACKPINK
-
4 Sunscreen Lokal Panthenol untuk Lindungi Kulit dan Perkuat Skin Barrier
-
12 Rekomendasi HP dengan Kamera Kece, Cocok Buat Liburan
-
4 Calming Spray Solusi Praktis untuk Atasi Breakout dan Kulit Kemerahan
Terkini
-
Mauricio Souza Tekankan Pentingnya Penguasaan Bola bagi Persija Jakarta
-
Totalitas! Sydney Sweeney Rela Naikkan Berat Badan hingga 13 Kg Demi Peran
-
Alami Insiden dengan Kimi Antonelli, Max Verstappen: Dia Tak Sengaja
-
BE:FIRST 'Grit': Saat Ketidakadilan Dihadapi dengan Gigih dan Berani
-
Eksperimental Abis, NCT Dream Usung Beragam Genre di Lagu Terbaru 'Chiller'