Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Sapta Stori
Ilustrasi orang tua dan anak (unsplash.com/sofatutor)

Mendampingi anak belajar menjadi salah satu upaya orang tua melaksanakan tanggung jawabnya dalam membimbing dan mendidik anak.

Tentunya, akan sangat baik apabila orang tua tidak serta-merta menyerahkan pendidikan akademis anak-anaknya pada sekolah, tapi juga turut menyokong mereka saat belajar di rumah.

Namun, seringkali kegiatan mendampingi anak belajar tidak berjalan dengan mulus, tapi justru malah membuat orang tua dan anak bersitegang. Ada beberapa alasan yang menyebabkan hal ini terjadi, di antaranya adalah:

1. Perbedaan cara

Ilmu pengetahuan merupakan hal yang terus berkembang. Dalam beberapa mata pelajaran, cara yang guru ajarkan kepada kita berbeda dengan cara yang orang tua dapatkan dari guru mereka dahulu. Perbedaan inilah yang pada akhirnya kerap menimbulkan perdebatan antara orang tua dan anak, sehingga keduanya bersitegang.

Misalnya saja, ketika anak mendapatkan tugas matematika dan orang tua membimbingnya ketika mengerjakan tugas tersebut. Tak jarang, cara yang orang tua ketahui dan kemudian diajarkan kepada anak tidak persis sama dengan cara yang anak dapatkan dari gurunya, meski sebetulnya cara dan hasil keduanya sama-sama benar.

Hal inilah yang dapat membuat kegiatan belajar berujung perdebatan atau perselisihan antara anak yang merasa cemas dan takut salah mengerjakan tugasnya dengan orang tua yang juga bersikeras bahwa apa yang diajarkan kepada anak sudah benar, meskipun berbeda dari cara yang diajarkan guru sang anak.

2. Kesulitan untuk memahami

Setiap anak tentunya memiliki daya tangkap yang berbeda-beda. Kemampuan anak untuk memahami suatu pelajaran juga tidaklah sama. Beberapa orang tua membutuhkan kesabaran yang ekstra dalam mendampingi anak belajar, terutama ketika anak kesulitan memahami pelajaran atau enggan belajar.

Anak yang dirasa sulit memahami pelajaran kerap kali membuat orang tua kehilangan kesabaran, hingga akhirnya marah dan bersitegang dengan anak, bahkan membuat keduanya menjadi stres. Walau tidak mudah, tapi jika orang tua mampu menemukan metode belajar yang tepat bagi anak, potensi untuk bersitegang dengan anak pastilah dapat diminimalisir.

Demikian dua alasan anak bersitegang dengan orang tua saat mendampinginya belajar. Semoga para ayah dan bunda senantiasa diberi kemudahan dalam membimbing anak-anak tercinta.

Sapta Stori