Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | 🌸🌸Lily 🌸🌸
Ilustrasi pasangan (Freepik/senivpetro)

Memiliki jalinan cinta dengan komitmen ke arah yang lebih serius tentu menjadi harapan semua orang. Sayangnya, terkadang cinta yang dirasakan saja gak cukup untuk membawa kebersamaan dalam prinsip hubungan yang sehat. Seringkali hubungan yang dilandasi tanpa prinsip jelas justru mendatangkan perilaku toksik.

Kalau gak mau kisah asmaramu berakhir toksik, jangan abaikan tiga prinsip hidup ini saat menjalani hubungan percintaan, ya. Bisa jadi panduan "sah" sebagai benteng tangguh dalam hubungan, nih.

Baca Juga: 7 Pertanyaan untuk Menjalani Hidup Bisa Lebih Bermakna, Cek Sekarang!

1. Semua kesalahan bisa dimaafkan, kecuali perselingkuhan

ilustrasi pasangan (Unsplash.com/Anton Shakirov)

Melakukan kesalahan seolah sudah jadi hal manusiawi yang bisa dilakukan siapa pun, termasuk pasangan. Memahami situasi dan memaafkan seringkali jadi bentuk toleransi yang bijak demi mempertahankan hubungan tetap langgeng serta langgeng. Namun, ada kalanya memaafkan juga harus ada batasannya.

Sekalipun kamu tipe pemaaf, tetap ada kesalahan yang pantang diberi kelonggaran, seperti perselingkuhan. Apa pun kesalahan si dia, asal bukan selingkuh boleh tetap kamu maafkan dan beri kesempatan kedua.

Prinsip ini bukan ego, justru bentuk penyelamatan harga diri yang wajib kamu pertahankan. Kalau dia gak bisa setia, buat apa terus berkomitmen bersama?

2. Bucin boleh, bodoh jangan

ilustrasi pasangan (Unsplash.com/Andres Molina)

Cinta terkadang memang gak kenal logika. Semua hal tentang pasangan, apalagi saat masih dimabuk asmara, terasa indah dan membahagiakan.

Gak heran kalau banyak orang seakan tersihir dan siap sedia jadi budak cinta alias bucin. Sebenarnya gak masalah jadi bucin, asal si dia yang kamu cintai sepenuh jiwa raga memberikan hal serupa.

Sayangnya, jadi bucin kerap menghilangkan logika yang cenderung parah. Semua salah serba dimaafkan, bahkan dilukai sampai tidak dihargai, tetap tulus mencinta. Ingat, hubungan itu bukan kisah sepihak dan butuh sikap saling.

Kalau tidak, salah satu akan diratukan dan lainnya hanya akan menderita dalam hubungan ini. Bucin boleh, tapi jangan jadi bodoh, ya.

Baca Juga: 4 Cara Mudah Mengatasi Warna Kulit Wajah Tidak Merata, Bye-Bye Belang

3. Jangan pernah merasa mampu mengubah si dia

ilustrasi pasangan (Unsplash.com/Milan Popovic)

Menyatukan dua karakter berbeda dalam hubungan bukanlah hal yang mudah. Seringkali butuh perdebatan panjang dan daftar tuntutan untuk mengubah sifat demi sebuah penyatuan. Bahkan terkadang muncul obsesi untuk mengubah pasangan agar sesuai dengan harapan dan keinginan pribadi. 

Sayangnya, hal semacam ini justru tampak gak realistis. Ingat, jauh sebelum mengenalmu, dia sudah punya karakter yang terbentuk selama belasan atau bahkan puluhan tahun dalam lingkungan tempat dia tumbuh dan berkembang.

Tidak akan mungkin dia bisa berubah kalau bukan berasal dari keinginannya sendiri atau mengalami titik balik dalam hidup.

Jadi, jangan pernah merasa mampu mengubah siapapun sebab perubahan diri sejatinya adalah tanggung jawab pribadi masing-masing.

🌸🌸Lily 🌸🌸