Kurasi artikel di media online memang terkadang bisa berlangsung cukup lama. Meski ada juga yang cepat dalam hitungan jam bahkan menit, tapi kondisi semacam bisa saja tidak dialami semua penulis. Sayangnya, kurasi yang dianggap lama seringkali menimbulkan pertanyaan besar, terlebih untuk penulis baru.
Bahkan ada juga yang sampai berasumsi kalau tim editor pilih kasih. Padahal tidak melulu begitu, karena setiap media online memang memiliki aturan dan standarisasinya masing-masing soal kepenulisan di medianya. Alih-alih disebut pilih kasih, hal tersebut justru bagian dari sportivitas dan profesionalitas di dunia redaksi. Nah, Biar gak makin blunder, yuk, simak beberapa hal yang sangat mungkin membuat kurasi artikel terkesan lama.
1. Artikel yang masuk ke meja editor semakin banyak
Disadari atau tidak, jumlah penulis yang cenderung meningkat akan berpengaruh juga pada antrian artikel yang dikurasi para editor. Bayangkan jika satu penulis rutin mengirim dua artikel per hari atau lebih, berapa jumlah artikel yang harus dikurasi oleh para editor?
Sudah pasti meja editor bakal dipenuhi dengan antrian artikel untuk dikurasi sebelum dinyatakan layak terbit atau tidak. Jadi, wajar kalau proses kurasi terkesan lambat dan lama. Sabar, ya!
2. Ada kemungkinan jumlah editor terbatas
Meski jumlah penulis meningkat, bukan berarti hal serupa terjadi dengan jumlah editor. Ada kemungkinan editor yang mekurasi artikelmu terbatas atau jika bertambah pun tidak semasif jumlah penulis baru yang datang.
Jadi, rasanya wajar kalau antrian artikel pending makin mengular hingga ada kesan proses kurasi terasa lama. Mekurasi juga bukan hal yang mudah, lho. Editor harus bekerja ekstra untuk menilai kelayakan artikel hingga akhirnya memutuskan bisa terbit atau tidak.
3. Makin banyak artikel menarik dari penulia lain
Jumlah penulis yang makin banyak juga gak menutup kemungkinan membuat artikel baru dengan ide segar yang orisinil makin bertebaran. Gak heran kalau editor jadi makin tertarik dengan artikel tersebut seolah mulai berpaling dari penulis lama.
Padahal, setiap penulis hanya perlu terus mengirimkan artikel yang sama menariknya, baik dari sisi tema dan sudut pandang, hingga para editor makin happy dengan antrean artikel di meja redaksi mereka. Meski ada kesan kurasi makin lama, tapi fakta tadi juga melahirkan semangat persaingan sehat.
4. Terlalu fokus pada artikel pending
Sadar atau tidak, proses kurasi yang dianggap lama bisa saja datang dari pemikiran si penulis sendiri. Pasalnya, fokus terlanjur teralihkan pada barisan artikel yang masih terjebak di kolom pending. Padahal, kalau terus menulis, lama-lama juga nanti bakal ada yang terbit, kok.
Alihkan saja penantian artikel yang masih pending pada produktivitas menulis. Anggap kolom pending berisi "tabungan" artikel yang suatu saat bakal terbit tanpa diduga. Biarkan editor bekerja sesuai porsinya dan penulis dengan aktivitas menulis. Meski "penghuni" kolom pending bertambah, tapi setoran artikel yang di-submit wajib jalan terus.
5. Memang gak dilirik editor, duh!
Artikel pending dalam waktu yang lama memang ada kemungkinan gak dilirik editor. Entah terlewat oleh editor atau memang dianggurin karena gak tertarik, artikel pending yang terlalu lama seolah mendapat kepastian penolakan. Penulis boleh mengirim artikel tadi ke platform lain atau jika merasa bukan ditolak dan hanya terlewat, bisa submit ulang, kok.
Meski proses kurasi terkesan lama hingga artikel seolah jadi betah di kolom pending, tapi jangan sampai semangat menulis ikut-ikutan jalan di tempat, ya! Fokus menulis dan percayakan proses kurasi pada para editor. Yuk, semangat nulis lagi
Video yang Mungkin Anda Suka.
Tag
Baca Juga
-
Hobi Scroll Medsos tapi Tidak Posting, Ini 4 Alasan yang Melatarbelakangi
-
Rekap Laga Tim Indonesia di BWF World Junior Mixed Team Championships 2024
-
Skuad Indonesia di Arctic Open 2024, Tidak Ada Wakil di Sektor Ganda Putri
-
Instagramable Abis! 5 Tempat Wisata Hits di Malang yang Wajib Dikunjungi saat Liburan
-
Apriyani Rahayu Masih Dihantui Cedera, Siti Fadia Dapat Pasangan Baru!
Artikel Terkait
-
Australia Bikin RUU Larangan Media Sosial untuk Anak di Bawah 16 Tahun, Jika Dilanggar Dendanya Mencapai Rp500 Miliar
-
Gaya Selebrasi Marselino Ferdinan Viral, Media Asing Soroti Rekam Jejaknya
-
Media Vietnam Mulai Was-was Disalip Timnas Indonesia di Ranking FIFA
-
Sebut Timnas Indonesia 'Rasa Belanda', Media Asing akan Malu Jika Tahu Top Skor Garuda Saat Ini
-
Media Internasional Kritik Oxford United Belum Mainkan Marselino Ferdinan: Dia Bisa...
Lifestyle
-
3 Exfoliating Toner Mengandung Salicylic Acid, Ampuh Hempaskan Bruntusan
-
Prediksi Trend Fashion 2025: Angkat Isu Lingkungan, Gender hingga Teknologi
-
3 Pelembab Panthenol untuk Redness dengan Harga Terjangkau, Cuma Rp48 Ribu
-
Rentan Harapan Palsu, Mengapa Praktik Ghosting Marak di Aplikasi Kencan?
-
Tampil Elegan dan Chic, Yuk Sontek 4 Gaya Mid-Formal ala Honey Lee!
Terkini
-
Blossom in Darkness: Drama China Romantis Horor yang Dibintangi Li Hongyi dan Sun Zhenni
-
Netflix Umumkan Serial XO Kitty Season 2 yang Siap Tayang pada Januari 2025
-
Ulasan Komik Three Mas Getir, Tingkah Random Mahasiswa yang Bikin Ngakak
-
Rilis 2025, Ji Chang Wook dan Doh Kyung Soo Bintangi Drama The Manipulated
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental