Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Muhammad Alkamillah
Ilustrasi memetik cherry (pexels/berffilm)

Di era media sosial dan internet, kita sering disuguhi dengan berbagai informasi dari segala arah. Tapi, tahukah kamu bahwa tidak semua informasi itu seimbang? Ada fenomena yang namanya cherry picking.

Di tengah lautan informasi yang tak terbatas di dunia digital, praktik cherry picking (memilih fakta atau data yang mendukung pandangan tertentu dengan mengabaikan prespektif yang lain) menjadi semakin umum. Melansir dari warstek, cherry picking dapat dianalogiakan  layaknya memilih buah cherry terbaik di antara sekumpulan buah cherry di kebun sebagai bukti bahwa hasil panennya bagus.

Dalam hal ini, seseorang akan cenderung mengambil dan menyoroti informasi yang sesuai dengan apa yang dapat mendukung kepercayaannya atau kepentingannya tanpa mempertimbangkan prespektif secara keseluruhan. Misalnya, ketika seseorang hanya mengutip bagian dari sebuah studi atau fakta yang mendukung argumennya, tapi mengabaikan bagian lain yang mungkin lebih kompleks atau bahkan bertentangan dengan tujuannya.

Fenomena ini tidak hanya terbatas pada diskusi ilmiah atau politik, tetapi juga merajalela di platform media sosial, blog, dan forum online. Dalam konteks digital misalnya, mereka sering kali mengutip data secara selektif untuk memperkuat suatu argumen atau narasi.

Misalnya, dalam mempromosikan suatu produk kesehatan, seseorang mungkin hanya memilih untuk menyebutkan studi yang mendukung manfaat dari suatu produk atau suatu metode, sementara mengabaikan riset yang menunjukkan potensi efek samping atau kelemahannya.

Dalam era informasi saat ini, di mana setiap orang dapat dengan mudah mengakses dan menyebarkan informasi, kemampuan untuk mengidentifikasi keakuratan suatu narasi sangat penting. Hal ini memungkinkan kita untuk memahami konteks informasi yang diberikan, dan untuk membuat keputusan yang lebih terinformasi dan berdasarkan bukti.

Bagaimana kita dapat menghindari jebakan cherry picking di dunia digital? Pertama, kita perlu mengembangkan sikap skeptis yang sehat terhadap informasi yang kita temui. Jangan langsung percaya pada klaim atau statistik yang disajikan tanpa melakukan pengecekan atau verifikasi lebih lanjut.

Kedua, mencari sumber informasi yang terpercaya dan terkemuka dapat membantu memastikan bahwa kita mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan akurat tentang suatu topik.

Selain itu, menjadi kritis terhadap konten yang kita konsumsi dan bagikan juga merupakan langkah yang penting. Sebelum membagikan informasi ke teman atau pengikut kita, luangkan waktu untuk memeriksa kebenaran dan relevansi informasi tersebut. Dengan cara ini, kita dapat berkontribusi untuk meminimalkan penyebaran cherry picking dan mempromosikan diskusi yang lebih seimbang dan berdasarkan fakta di dunia digital yang terus berkembang.

Dalam menghadapi fenomena ini, kesadaran terhadap cherry picking adalah kunci untuk mengembangkan literasi digital yang kuat dan untuk berpartisipasi dalam dialog publik dengan cara yang lebih bermakna dan efektif. Dengan begitu, kita dapat memastikan bahwa apa yang kita sampaikan atau kita terima di dunia digital tidak hanya memperkuat pandangan kita sendiri, tetapi juga memperkaya pemahaman bersama atas kompleksitas dunia di sekitar kita.

Muhammad Alkamillah