Tere Liye memang dikenal sebagai penulis yang produktif dan menulis buku dalam beberapa variasi genre. Mulai dari romansa, science fiction, fantasy, sejarah, hingga religi. Namun secara umum, novel Tere Liye tak jauh dari isu lingkungan, politik, dan keluarga.
Di novel berjudul Sesuk ini, Tere Liye menerbitkan cerita bergenre horor. Ia menegaskan bahwa cerita horor kali ini akan sangat berbeda dari novel-novel horor yang beredar. Dimana letak bedanya? Mari baca dan temukan.
Identitas Buku
- Judul: Sesuk
- Pengarang: Tere Liye
- Penerbit: PT Sabak Grip Nusantara
- Tanggal Terbit: 24 Agustus 2022
- Tebal Halaman: 327 halaman
- Genre: Horor
Novel Sesuk karya Tere Liye berhasil menarik perhatian pembaca sejak sampulnya yang mencekam. Namun, setelah dibaca, ternyata cerita ini tidak sepenuhnya horor—lebih tepat disebut campuran antara horor, fantasi, dan sedikit sentuhan sci-fi. Menariknya, penulis sendiri tetap menggolongkan buku ini sebagai novel horor, meski eksekusinya terasa nanggung untuk dua-duanya.
Tentang Keluarga: Hubungan Sederhana dengan Perasaan yang Rumit
Bahasa yang digunakan Tere Liye dalam Sesuk juga terasa berbeda dari gaya khasnya. Narasi yang ringan dan sederhana terasa mendominasi di awal, mirip gaya penulisan buku harian anak-anak. Namun, menjelang akhir cerita, ciri khas Tere Liye muncul kembali melalui pembahasan teknologi, logika ilmiah, dan petuah yang mengena.
Salah satu kutipan yang cukup menegaskan arah cerita adalah:
“Tidak ada, anak-anak, itu hanya cerita lama untuk menakut-nakuti kalian. Hari ini, orangtua kalian bahkan punya telepon genggam, internet, teknologi canggih, tidak ada hantu di zaman modern. Semua bisa dijelaskan dengan ilmu pengetahuan, sepanjang kalian mau belajar setinggi mungkin.”
— Sesuk, Halaman 109
Novel ini mengikuti kisah Gadis, anak perempuan berusia 12 tahun yang tinggal bersama kedua orang tua dan dua adiknya, Bagus dan Ragil. Hidup mereka awalnya berjalan normal, meski orang tua Gadis sering kali sibuk dengan pekerjaan dan gawai mereka.
Semuanya berubah ketika Ragil mengalami kecelakaan jatuh dari balkon lantai dua—insiden yang seharusnya bisa dicegah jika orang tua tidak lengah. Setelah kejadian itu, keluarga Gadis pindah ke rumah besar tua di lereng bukit. Kehidupan mereka terlihat membaik, tetapi berbagai kejadian aneh mulai terjadi: suasana rumah yang mencekam, sosok bocah misterius, hingga hilangnya Bagus secara tiba-tiba.
Novel Sesuk: Horor atau Sci-Fi?
Secara atmosfer, Sesuk memang menyuguhkan elemen horor—rumah tua, sosok misterius, dan kejadian-kejadian yang membuat bulu kuduk merinding. Namun, menjelang klimaks, cerita berbelok ke arah sci-fi dengan konsep dunia paralel, perjalanan waktu, dan teori ilmiah yang dijadikan alasan di balik kejadian-kejadian aneh.
Sayangnya, baik unsur horor maupun sci-fi terasa kurang maksimal. Horornya tidak sepenuhnya menakutkan, sedangkan sisi sci-fi terlihat agak dipaksakan di bagian akhir. Konsep reset waktu dan logika dunia paralel juga meninggalkan pertanyaan soal konsistensi alur, bahkan menimbulkan kesan bahwa twist dihadirkan mendadak untuk menutup cerita.
Build Karakter & Pesan Moral
Meski begitu, karakterisasi Gadis menjadi salah satu kekuatan novel ini. Di usia yang masih belia, ia digambarkan tangguh, mandiri, penuh kasih sayang, sekaligus mampu mengurus dua adiknya di tengah situasi yang sulit. Novel ini juga memuat kritik sosial terhadap orang tua modern yang sering mengabaikan anak-anak karena sibuk bekerja atau terlalu fokus pada dunia maya.
Pesan moralnya jelas: kehadiran orang tua tidak tergantikan oleh apa pun, termasuk teknologi. Anak-anak memerlukan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman yang tidak bisa dibeli dengan uang atau diwakilkan kepada gawai.
Sesuk adalah eksperimen Tere Liye dalam mengeksplorasi genre baru. Meski tidak sepenuhnya berhasil memadukan horor dan sci-fi secara mulus, novel ini tetap menghadirkan kisah yang menyentuh, penuh pesan moral, dan memiliki karakter utama yang kuat. Cocok bagi pembaca yang mencari cerita keluarga dengan bumbu misteri, tapi jangan berharap pada kengerian horor murni atau kompleksitas sci-fi yang matang.
Baca Juga
-
Ulasan Novel Pulang Pergi: Sisi Gelap dan Mematikan Shadow Economy!
-
Ulasan Novel SagaraS: Sosok Orang Tua Kandung Ali Terungkap!
-
Ulasan Buku Melukis Pelangi: Menghapus Kata Takut dan Menyerah dalam Hidup
-
Ulasan Novel Rumah Tanpa Jendela: Tidak Ada Mimpi yang Terlalu Kecil
-
Kampanye Digital: Dari Layar Kecil, Suara Alam Bisa Menggema
Artikel Terkait
-
Belajar dari Malaysia: Voucher Buku sebagai Investasi Masa Depan Literasi
-
Ulasan Novel Pulang Pergi: Sisi Gelap dan Mematikan Shadow Economy!
-
Ulasan Novel SagaraS: Sosok Orang Tua Kandung Ali Terungkap!
-
Ulasan Buku Melukis Pelangi: Menghapus Kata Takut dan Menyerah dalam Hidup
-
Ulasan Novel Friends That Break Us: Ketika Persahabatan Lama Menjadi Luka
Ulasan
-
Ulasan Novel Pulang Pergi: Sisi Gelap dan Mematikan Shadow Economy!
-
Ulasan Novel SagaraS: Sosok Orang Tua Kandung Ali Terungkap!
-
Ulasan Buku Melukis Pelangi: Menghapus Kata Takut dan Menyerah dalam Hidup
-
Ulasan Novel Friends That Break Us: Ketika Persahabatan Lama Menjadi Luka
-
Review Film Pretty Crazy: Romansa Unik Bercampur Tawa dan Misteri Seru!
Terkini
-
Self-care di Era Kapitalisme: Healing atau Konsumerisme Terselubung?
-
Bumi Tak Perlu Berteriak: Saatnya Kita Lawan Krisis Air dari Sekarang
-
4 Daily OOTD ala Kazuha LE SSERAFIM, Anti-Ribet Tetap Fashionable!
-
Belajar dari Malaysia: Voucher Buku sebagai Investasi Masa Depan Literasi
-
Proker KKN Membuat Ganci dari Kain Perca: Edukasi Cinta Bumi Sejak Dini