Limbah kain perca adalah potongan sisa kain dari industri tekstil atau penjahit yang sudah tidak terpakai lagi. Limbah kain perca yang dibuang sembarangan dapat mencemari lingkungan karena sifatnya yang sulit terurai secara alami. Pembakaran kain perca dapat menghasilkan asap dan gas beracun, sementara pembuangan ke air dapat mencemari ekosistem akuatik dengan mikroplastik dari serat sintetis.
Kain perca dapat didaur ulang dan dimanfaatan menjadi produk baru bernilai ekonomi tinggi sehingga dapat untuk mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan. Pemanfaatan kain perca menjadi produk baru juga dapat membuka usaha baru, lapangan kerja, dan kesejahteraan masyarakat.
Mengedukasi siswa dengan kesadaran kemerdekaan lingkungan bukan lagi merupakan sebuah pilihan bagi seorang pendidik, melainkan kewajiban demi lestarinya bumi. Saat melaksanakan KKN di Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Magetan, kebetulan hampir semua proker saya berhubungan dengan siswa sekolah, baik SD maupun SMP sebagai sasaran.
Proker yang saya buat, saya rancang untuk lebih dari sekadar capaian akademik saja. Saya mencoba membangun karakter, kreativitas, dan tanggung jawab sosial para siswa sejak dini melalui proker yang saya jalankan.
Salah satu langkah kecil namun bermakna yang saya lakukan adalah melalui proker seni sederhana: membuat gantungan kunci burung hantu dari kain perca. Di momen ini, para siswa SMPN 2 Sidorejo belajar cara mengubah potongan kain perca menjadi karya kerajinan tangan yang bernilai, sambil memahami pentingnya menjaga kelestarian bumi.
Dari awal pertemuan ketika saya menunjukkan contoh ganci yang sudah jadi, mereka sangat antusias untuk segera memulai untuk membuat ganci tersebut. Mereka berseru mau yang warna ini atau itu. Saat itu saya juga merasa senang karena antusiasme yang besar dari para siswa.
Melalui proses membuat pola, menggunting, menjahit, mengisi dakron, menjahitnya kembali dengan tusuk veston, hingga memasang pengait, para siswa belajar banyak hal. Mereka bukan hanya belajar keterampilan seni dan motorik saja, tetapi juga belajar tentang bagaimana kreativitas dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah lingkungan. Para siswa dapat belajar, bahwa sisa-sisa kain yang tampaknya tidak berguna itu ternyata bisa diubah menjadi sesuatu yang mereka sukai, lucu, indah, dan bernilai.
Proker KKN yang saya lakukan ini bukan sekadar aktivitas, tapi adalah bagian dari komitmen untuk mengenalkan konsep sustainability awareness sejak dini pada para siswa. Tujuan dari proker iki adalah untuk mulai menumbuhkan empati terhadap lingkungan pada para siswa. Melalui sebuah cerita saya juga berusaha memberi pemahaman bahwa industri fashion di dunia ini berkontribusi terhadap 10% emisi karbon global.
Kontribusi ini disebabkan oleh proses produksi pakaian yang intensif energi, penggunaan serat sintetis dari bahan bakar fosil, serta transportasi dan pembuangan pakaian dalam jumlah besar, terutama dalam industri fast fashion. Sampah kain atau pakaian yang dibuang sembarangan dapat mencemari tanah, air, dan udara. Dari gambaran tersebut, diharapkan para siswa dapat mulai peduli terhadap lingkungan melalui hal yang sederhana.
Lepas dari semua itu, proses pembuatan ganci ini juga turut membangun rasa percaya diri para siswa. Terbukti saat acara peringatan kemerdekaan Indonesia, karya mereka dipamerkan bersama karya anak-anak dari proker KKN mahasiswa lainnya. Kegiatan ini memberi ruang apresiasi pada para siswa untuk bangga terhadap usaha dan kreativitas masing-masing. Sekali lagi ini bukanlah tentang hasil sempurna, tetapi tentang perjalanan belajar para siswa yang penuh makna.
Sebagai mahasiswa, saya meyakini bahwa pendidikan terbaik adalah pendidikan yang mengajar peserta didik untuk menjadi bagian dari solusi. Melalui proker sederhana seperti ini, saya bukan hanya mengajak para siswa untuk menjadi cerdas, tetapi juga mengajak mereka untuk lebih peduli pada bumi.
Perubahan besar selalu dimulai dari langkah-langkah kecil, dan tentunya upaya kelestarian terhadap bumi juga dapat dimulai para siswa dari kesadaran dan hal yang sederhana.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Suara Anak Muda untuk Bumi: Cinta Indonesia, Kok Masih Buang Sampah?
-
Frugal Living Bukan Sekadar Hemat, Tapi Upaya Sederhana untuk Menjaga Bumi
-
Dari Limbah Jadi Tinta: Kreativitas Anak Bangsa
-
Polusi di Kota Besar: Penjajahan Baru yang Membelenggu Kehidupan
-
7 Rekomendasi Motor Bekas untuk Mahasiwa Baru: Ngampus dengan Gesit dan Gaya
Rona
-
Dari Limbah Jadi Tinta: Kreativitas Anak Bangsa
-
Polusi di Kota Besar: Penjajahan Baru yang Membelenggu Kehidupan
-
Mulai dari Kita: Mengelola Sampah Rumah Tangga Demi Bumi Lestari
-
Ketika Nafsu Belanja Tak Terbendung, Bumi Menjerit Lewat Cuaca Ekstrem
-
Di Balik Secangkir Kopi, Ketahanan Pangan dan Peningkatan Ekonomi Petani Lokal Jadi Sorotan
Terkini
-
Ulasan Novel Pulang Pergi: Sisi Gelap dan Mematikan Shadow Economy!
-
Suara Anak Muda untuk Bumi: Cinta Indonesia, Kok Masih Buang Sampah?
-
4 Gaya Shin Si A yang Bisa Jadi Ide OOTD Nongkrong yang Keren Banget!
-
Tidak Sepopuler Sepak Bola, Ini Alasan Futsal Masih Awam di Masyarakat
-
The Last of Us Season 2 Dihujani Kritik, Bella Ramsey Angkat Bicara