Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Muhammad Khaerul Umam
Gunung Merbabu, Jateng (dok pribadi/Arif Nugroho)

Sebagai pecinta alam yang selalu haus akan petualangan, saya memutuskan untuk melakukan pendakian ke Gunung Merbabu, sebuah gunung yang terkenal dengan pemandangannya yang memukau dan jalurnya yang menantang. Setelah sekian lama berencana, akhirnya kesempatan itu datang pada akhir pekan ini.

Perjalanan dimulai pada hari Sabtu, saat saya dan beberapa teman berangkat dari kota menuju basecamp pendakian Selo, Boyolali. Kami tiba di basecamp pada pukul 03.00 dini hari, saat udara masih sangat dingin dan gelap. Setelah mempersiapkan peralatan dan perlengkapan, kami memulai pendakian sekitar pukul 04.00 pagi, dengan harapan bisa mencapai puncak sebelum matahari terbit.

Jalur pendakian awalnya terasa cukup mudah, dengan jalanan yang masih landai dan terbuka. Namun, seiring dengan meningkatnya ketinggian, jalur semakin menanjak dan medan pun semakin sulit. Rasa lelah mulai terasa, tetapi pemandangan alam yang menakjubkan di sepanjang jalan seakan menjadi penyemangat. Setiap langkah yang kami ambil membawa kami lebih dekat ke puncak, sementara di kejauhan, cahaya fajar mulai menyingsing, memberi harapan baru.

Setelah beberapa jam berjalan, kami tiba di pos terakhir sebelum puncak. Di sini, kami berhenti sejenak untuk beristirahat, memulihkan tenaga, dan menikmati pemandangan di sekitar yang tak tertandingi. Gunung Merbabu dengan vegetasi alaminya yang masih terjaga, kabut yang tipis menyelimuti lereng, serta pemandangan gunung-gunung lain yang tampak dari kejauhan, semuanya memberikan pengalaman yang begitu menakjubkan.

Tepat saat matahari mulai terbit, kami melanjutkan perjalanan menuju puncak. Cahaya matahari yang muncul di balik horizon menciptakan siluet indah yang membuat pendakian terasa lebih ringan. Akhirnya, setelah perjuangan yang melelahkan, kami sampai di puncak Gunung Merbabu. Pemandangan dari puncak benar-benar membayar semua rasa lelah. Awan yang bergerak pelan di bawah kaki kami, deretan pegunungan di kejauhan, serta sinar matahari pagi yang menghangatkan tubuh, semuanya membuat momen itu begitu magis.

Di puncak, kami menghabiskan waktu dengan bersantai, mengambil foto, dan menikmati bekal yang kami bawa. Rasanya luar biasa bisa mencapai puncak setelah melewati berbagai tantangan. Keheningan di atas sana membuat saya merenungkan banyak hal, terutama tentang bagaimana pendakian ini adalah metafora dari kehidupan: penuh tantangan, namun dengan ketekunan, kita bisa mencapai puncak dan menikmati hasil dari setiap usaha yang kita lakukan.

Setelah beberapa jam di puncak, kami memutuskan untuk turun sebelum siang hari, karena jalur pendakian akan semakin terjal jika dilalui ketika panas terik. Turun gunung terasa lebih cepat, meskipun tetap memerlukan kewaspadaan agar tidak tergelincir. Sepanjang perjalanan turun, kami kembali disuguhi pemandangan indah yang tak henti-hentinya membuat kami berdecak kagum.

Pengalaman mendaki Gunung Merbabu ini bukan hanya tentang menaklukkan ketinggian, tetapi juga tentang menyatu dengan alam, menghadapi tantangan, dan menemukan kedamaian dalam keheningan. Setiap langkah yang kami ambil di jalur pendakian ini adalah pelajaran berharga tentang ketekunan dan kerja keras.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Muhammad Khaerul Umam