Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Muhammad Nur Fajri
Gambar Ilustrasi Anak-anak Bermain Layang-layang (Pixel/Quang Nguyen Vinh)

Sobat, pernahkah kamu bermain permainan tradisional saat kecil? Permainan seperti congklak atau petak umpet mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita.

Sayangnya, seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, permainan tradisional semakin tergeser oleh permainan digital. Padahal, permainan ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang harus dilestarikan.

Di artikel ini, kita akan membahas 7 permainan tradisional Indonesia yang mulai terlupakan, tetapi tetap menyimpan kenangan dan nilai-nilai yang berharga. Yuk, simak lebih lanjut!

1. Engklek

Permainan engklek, atau yang juga dikenal sebagai taplak gunung di beberapa daerah, adalah salah satu permainan tradisional yang cukup sederhana namun menantang. Engklek dimainkan dengan cara melompat-lompat menggunakan satu kaki di atas gambar kotak-kotak yang digambar di tanah. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan, tetapi tidak jarang anak laki-laki pun ikut bermain.

Dahulu, engklek sangat populer di kalangan anak-anak, terutama di lingkungan perumahan atau sekolah. Selain menyenangkan, permainan ini juga melatih keseimbangan dan ketangkasan tubuh. Anak-anak sering menghabiskan waktu berjam-jam bermain engklek bersama teman-teman, dan keceriaan selalu terlihat di wajah mereka.

Namun, sayangnya, seiring dengan semakin sedikitnya ruang terbuka di perkotaan dan dominasi gadget, permainan ini mulai jarang dimainkan. Banyak anak-anak yang lebih memilih bermain game di ponsel daripada berlari dan melompat di luar rumah. Akibatnya, engklek pun perlahan-lahan mulai terlupakan.

Meski begitu, sobat, kita masih bisa memperkenalkan permainan ini kepada anak-anak di sekitar kita. Mungkin dengan mengajak mereka bermain di taman atau di halaman rumah, kita bisa kembali menghidupkan engklek dan mengenalkan keseruannya kepada generasi muda.

2. Gasing

Gasing adalah permainan tradisional yang memiliki banyak variasi di seluruh Indonesia. Dari Sumatra hingga Sulawesi, gasing dimainkan dengan cara memutar alat berbentuk kerucut menggunakan tali yang dililitkan. Setiap daerah memiliki gaya dan bentuk gasing yang berbeda, dan ini menunjukkan kekayaan budaya permainan ini.

Permainan gasing sebenarnya bukan hanya tentang siapa yang bisa membuat gasing berputar paling lama. Dalam beberapa tradisi, gasing juga menjadi bagian dari upacara adat atau perlombaan antar kampung. Gasing yang berputar lama dianggap sebagai lambang keberuntungan dan ketangguhan.

Sayangnya, dengan perkembangan zaman, permainan gasing mulai tergeser oleh permainan modern. Anak-anak lebih tertarik pada mainan elektronik yang lebih canggih dan interaktif. Akibatnya, banyak pengrajin gasing yang harus gulung tikar karena minimnya permintaan.

Namun, jika kita mau melestarikan permainan ini, sobat, kita bisa mengajak anak-anak untuk mencoba bermain gasing. Selain menyenangkan, gasing juga melatih keterampilan motorik dan koordinasi mata-tangan. Siapa tahu, dengan sedikit usaha, permainan ini bisa kembali populer!

3. Congklak

Siapa yang tidak kenal congklak? Permainan ini mungkin salah satu yang paling terkenal di Indonesia. Bermain congklak membutuhkan papan dengan lubang-lubang kecil dan biji-biji congklak yang biasanya terbuat dari kerang atau batu kecil. Permainan ini membutuhkan strategi dan perhitungan yang cermat.

Congklak sering dimainkan oleh anak-anak perempuan, meskipun tidak jarang anak laki-laki pun ikut serta. Permainan ini mengajarkan strategi dan logika, karena pemain harus berpikir beberapa langkah ke depan untuk bisa menang. Congklak juga sering dimainkan di rumah atau di halaman, menjadikannya permainan yang mudah diakses oleh semua kalangan.

Namun, seperti permainan tradisional lainnya, congklak mulai tergeser oleh permainan digital. Padahal, permainan ini bisa menjadi alternatif yang menyenangkan dan edukatif bagi anak-anak. Di beberapa daerah, congklak masih dimainkan, tetapi frekuensinya semakin berkurang.

Untuk melestarikan congklak, sobat, kita bisa menjadikan permainan ini sebagai bagian dari kegiatan keluarga. Ajak anak-anak bermain congklak dan ceritakan sejarahnya. Dengan begitu, kita bisa menjaga agar permainan ini tidak hilang ditelan zaman.

4. Layangan

Bermain layangan adalah salah satu kenangan indah masa kecil bagi banyak orang. Dari kota hingga desa, layangan selalu menjadi permainan favorit ketika angin bertiup kencang. Layangan bukan hanya sekadar alat bermain, tetapi juga sebuah karya seni yang memadukan kreativitas dan keterampilan.

Tradisi bermain layangan seringkali menjadi ajang kompetisi, di mana anak-anak saling adu keterampilan dalam mengendalikan layangan mereka. Di beberapa daerah, bahkan ada festival layangan yang menjadi atraksi wisata. Sayangnya, di era digital ini, permainan layangan mulai kehilangan pamornya.

Di kota-kota besar, semakin sulit menemukan tempat yang luas dan aman untuk bermain layangan. Anak-anak lebih tertarik pada gadget dan permainan virtual yang menawarkan hiburan instan. Padahal, bermain layangan mengajarkan banyak hal, seperti kesabaran, keterampilan, dan kerja keras.

Sobat, jika kita ingin melestarikan tradisi bermain layangan, mari ajak anak-anak untuk mencoba membuat dan menerbangkan layangan. Dengan begitu, kita bisa menjaga agar permainan ini tetap hidup dan tidak terlupakan oleh generasi mendatang.

5. Benteng-Bentengan

Benteng-bentengan adalah permainan yang melibatkan dua tim yang saling berusaha menyerang dan mempertahankan benteng mereka. Permainan ini membutuhkan strategi, kecepatan, dan kerjasama tim. Benteng-bentengan biasanya dimainkan di lapangan terbuka dengan batasan area yang disepakati oleh pemain.

Permainan ini sangat populer di kalangan anak-anak pada masanya. Selain menyenangkan, benteng-bentengan juga melatih keterampilan fisik dan sosial, karena pemain harus bekerja sama dengan tim mereka untuk mencapai kemenangan. Namun, seiring dengan perubahan gaya hidup dan keterbatasan ruang, permainan ini semakin jarang dimainkan.

Anak-anak zaman sekarang lebih sering bermain di dalam ruangan dengan permainan digital yang tidak membutuhkan aktivitas fisik. Akibatnya, benteng-bentengan perlahan mulai dilupakan. Padahal, permainan ini bisa menjadi alternatif yang sehat dan menyenangkan untuk mengisi waktu luang.

Jika kamu ingin memperkenalkan benteng-bentengan kepada generasi muda, cobalah untuk mengajak mereka bermain di taman atau halaman rumah. Dengan sedikit dorongan, mereka mungkin akan menemukan keseruan dalam permainan ini dan membawa kenangan masa kecil yang indah.

6. Egrang

Permainan egrang adalah salah satu permainan tradisional yang membutuhkan keterampilan khusus. Egrang dibuat dari bambu panjang yang dipasang pijakan di bagian bawahnya, dan pemain harus berjalan dengan menyeimbangkan diri di atasnya. Egrang sering dimainkan di acara-acara tertentu atau festival budaya.

Permainan ini tidak hanya menguji keseimbangan, tetapi juga keberanian. Anak-anak yang bermain egrang harus belajar untuk tidak takut jatuh dan terus mencoba hingga mereka bisa berjalan dengan lancar. Dahulu, permainan ini sangat populer di kalangan anak-anak dan remaja.

Namun, seiring dengan berkurangnya ruang terbuka dan dominasi teknologi, egrang mulai terlupakan. Anak-anak lebih memilih permainan yang lebih mudah dan tidak memerlukan keterampilan fisik yang tinggi. Akibatnya, egrang pun semakin jarang ditemukan.

Untuk melestarikan permainan egrang, kita bisa mencoba membuat egrang bersama anak-anak dan mengajarkan cara memainkannya. Dengan begitu, permainan ini tidak hanya menjadi bagian dari kenangan masa lalu, tetapi juga tetap hidup dalam kehidupan sehari-hari.

7. Petak Umpet

Petak umpet adalah permainan yang sangat sederhana, namun selalu menyenangkan untuk dimainkan. Dalam permainan ini, satu orang akan menjadi "penjaga" yang harus mencari teman-temannya yang bersembunyi. Permainan ini mengandalkan kecerdikan dan kecepatan dalam mencari dan bersembunyi.

Dahulu, petak umpet sering dimainkan di halaman rumah, taman, atau bahkan di dalam rumah. Permainan ini melibatkan banyak anak-anak dan sering menjadi ajang berkumpulnya teman-teman. Namun, dengan semakin canggihnya teknologi, petak umpet mulai tergantikan oleh permainan digital yang lebih modern.

Padahal, petak umpet memiliki banyak manfaat, seperti melatih kreativitas, kerjasama, dan keberanian. Anak-anak yang bermain petak umpet juga belajar untuk berpikir strategis dan mengambil keputusan dengan cepat. Sayangnya, permainan ini semakin jarang dimainkan di era digital.

Sobat, jika kamu ingin melestarikan permainan ini, ajak anak-anak untuk bermain petak umpet di waktu luang. Dengan sedikit usaha, kita bisa menjaga agar permainan ini tetap menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan tidak hilang ditelan perkembangan zaman.

Sobat, itulah 7 permainan tradisional Indonesia yang mulai terlupakan. Setiap permainan memiliki nilai-nilai budaya dan edukatif yang tidak bisa digantikan oleh permainan modern. Dengan melestarikan permainan tradisional, kita tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga memberikan alternatif hiburan yang sehat dan mendidik bagi generasi muda.

BACA BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE

Muhammad Nur Fajri

Baca Juga