Hidup minimalis di kota besar mungkin terdengar seperti sebuah kontradiksi. Di tengah gemerlap, kesibukan, dan godaan konsumtif yang terus mengintai, banyak orang merasa sulit untuk menjalani gaya hidup ini. Namun, bagi saya, minimalisme justru sangat mungkin diterapkan di kota besar, bahkan lebih diperlukan untuk menjaga keseimbangan hidup di tengah tekanan urban yang sering kali membuat kita merasa terbebani.
Salah satu langkah awal yang saya lakukan adalah memilah barang-barang di rumah. Di tempat tinggal yang tidak terlalu besar, saya mulai mengurangi barang-barang yang jarang digunakan. Ternyata, memiliki lebih sedikit barang justru membuat rumah terasa lebih nyaman dan rapi. Saya pun lebih mudah menemukan barang yang diperlukan tanpa harus berurusan dengan kekacauan. Minimalisme tidak hanya soal barang fisik, tetapi juga bagaimana kita mengelola lingkungan sekitar kita agar lebih mendukung ketenangan dan produktivitas.
Kota besar selalu penuh dengan godaan—diskon besar, pusat perbelanjaan yang selalu ramai, dan tren fashion yang terus berganti. Awalnya, saya sering merasa tergoda untuk mengikuti arus tersebut, tetapi saya mulai menyadari bahwa kebanyakan barang yang saya beli hanyalah hasil dari dorongan sesaat. Sekarang, saya lebih selektif dan hanya membeli sesuatu jika benar-benar dibutuhkan atau jika barang tersebut memberikan nilai jangka panjang.
Selain itu, saya juga mulai mengutamakan pengalaman daripada barang. Di kota besar, banyak pilihan hiburan dan kegiatan menarik yang bisa kita ikuti. Alih-alih menghabiskan uang untuk membeli benda, saya memilih untuk menginvestasikan waktu dan uang saya untuk hal-hal yang bisa memberi makna lebih, seperti mengikuti workshop, berolahraga di taman, atau sekadar berkumpul dengan teman di tempat yang sederhana tapi penuh makna.
Saya juga mulai lebih selektif dalam mengatur waktu. Dulu, saya merasa harus selalu hadir di setiap acara atau pertemuan sosial. Namun, kini saya lebih memilih untuk hanya menghadiri acara yang benar-benar berarti bagi saya. Mengurangi komitmen sosial yang tidak penting memberi saya lebih banyak waktu untuk diri sendiri, sehingga bisa fokus pada hal-hal yang benar-benar penting.
Hidup minimalis di kota besar bukanlah tentang menghindari semua yang kota tawarkan, tetapi tentang memilih dengan bijak apa yang benar-benar kita butuhkan dan memberikan nilai lebih bagi hidup kita. Dengan sedikit usaha dan perubahan pola pikir, minimalisme dapat memberikan ruang bagi kehidupan yang lebih tenang dan teratur, bahkan di tengah gemerlapnya kehidupan kota besar.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Ketika Keberanian Berbicara Menciptakan Ruang untuk Perubahan
-
Kehidupan Tanpa FOMO: Bagaimana Melepaskan Diri dari Tekanan Tren?
-
Self-Care Bukan Sekadar Tren: Mengapa Merawat Diri Penting di Era Modern?
-
5 Karakter Heroin Anime yang Paling Dibenci oleh Penggemar
-
Inilah Hal yang Aku Pelajari dari Menunda-Nunda Pekerjaan
Artikel Terkait
-
Terpikat Barat: Mengapa Generasi Muda Lebih Suka Gaya Hidup Kebarat-baratan?
-
3 Gaya Outfit Kasual Minimalis Ala Maudy Ayunda yang Mudah Ditiru
-
Makna dan Lirik Lagu Untungnya Hidup Harus Tetap Berjalan oleh Bernadya, Diputar 66,8 Juta Kali di Spotify!
-
4 Rekomendasi OOTD Minimalis ala Choi Yena, Ide Tampil Modis Tanpa Ribet!
-
4 Look OOTD Minimalis ala Choi Yena, Ide Tampil Modis tanpa Ribet Lagi!
Lifestyle
-
Infinix Hot 60i Resmi Rilis, HP Rp 1 Jutaan Bawa Memori Lega dan Chipset Helio G81 Ultimate
-
4 Sunscreen Mugwort Ampuh untuk Menenangkan Kulit Kemerahan Akibat Sinar UV
-
Barbeque on the Height: BBQ View 360 di INNSiDE by Melia Yogyakarta
-
Redmi Pad 2 Rilis di Indonesia, Tablet Murah Terbaru dari Xiaomi Dibanderol Rp 2 Jutaan
-
Honor Magic V5 Resmi Meluncur, HP Lipat Paling Tipis dan Ringan dengan Sistem Android 15
Terkini
-
Indonesia Sudah Otomatis, Bagaimana Perhitungan Rasio Kelolosan Tim-Tim ASEAN ke AFC U-17?
-
Dihuni 15 Pemain Kaliber Timnas Senior, Gerald Vanenburg Wajib Bawa Kembali Piala AFF U-23
-
7 Karakter Utama Squid Game 3, Punya Peran yang Plot Twist!
-
Prestige Behind Futsal: Ketika Skill Bertemu Style, Wajah Lapangan Berubah
-
Beyond The Court: Futsal Gen Z sebagai Ajang Prestasi