Apa yang Anda lakukan saat pikiran terasa berat dan emosi sulit terkontrol? Banyak orang mungkin memilih untuk mengobrol dengan teman, berolahraga, atau sekadar mencari hiburan.
Namun, ada satu cara sederhana yang sering kali dilupakan yaitu journaling. Aktivitas yang tampak seperti "menulis buku harian" ini ternyata punya manfaat besar untuk kesehatan mental. Tidak percaya? Mari kita bahas lebih jauh.
Dalam dunia psikologi, journaling dikenal sebagai salah satu bentuk terapi ekspresif. Menurut penelitian dari Journal of Writing Research (Pennebaker, 2018), menuliskan emosi dan pengalaman pribadi dapat membantu mengurangi stres, meningkatkan suasana hati, bahkan memperbaiki kesehatan fisik.
Dengan menulis, Anda memberikan ruang bagi otak untuk memproses apa yang sedang Anda rasakan. Seperti ventilasi udara di ruangan panas, journaling membantu melepaskan emosi negatif yang sering kali menumpuk tanpa disadari.
Tidak hanya untuk meluapkan perasaan, journaling juga bisa menjadi alat untuk memahami diri sendiri. Ketika menulis, Anda cenderung merenungkan peristiwa, pola pikir, dan emosi yang mungkin sulit Anda pahami sebelumnya.
Dalam buku The Artist's Way karya Julia Cameron (1992), penulis merekomendasikan teknik "morning pages," yaitu menulis tiga halaman bebas setiap pagi untuk membersihkan pikiran. Teknik ini membantu seseorang melihat pola dalam kehidupannya yang mungkin sebelumnya tak disadari.
Lalu, bagaimana journaling dapat membantu kesehatan mental secara langsung? Salah satunya adalah dengan mengurangi kecemasan. Dengan menuangkan kekhawatiran ke atas kertas, Anda menciptakan jarak emosional antara diri Anda dan masalah yang dihadapi.
Sebuah studi dari Psychological Science (Smyth, 1998) menemukan bahwa journaling dapat menurunkan tekanan darah dan meningkatkan daya tahan tubuh. Jadi, manfaatnya tidak hanya mental, tetapi juga fisik.
Menariknya, journaling juga efektif dalam membantu orang yang mengalami trauma. Pennebaker, dalam penelitiannya, menemukan bahwa menulis tentang pengalaman traumatis dapat mempercepat proses pemulihan.
Hal ini terjadi karena menulis membantu otak mengorganisasi ulang kenangan yang membingungkan dan memberikan arti pada pengalaman tersebut. Seiring waktu, trauma yang terasa mengganjal di pikiran menjadi lebih mudah diterima dan dikelola.
Namun, bagaimana cara memulai journaling? Tidak perlu rumit. Anda bisa memulai dengan menulis tiga hal yang Anda syukuri setiap hari, atau sekadar menuliskan apa yang Anda rasakan saat ini. Tidak ada aturan baku, karena journaling adalah tentang ekspresi diri.
Anda juga bisa mencoba teknik "prompt journaling," di mana Anda menjawab pertanyaan seperti, "Apa yang membuat saya bahagia hari ini?" atau "Apa tantangan terbesar saya saat ini, dan bagaimana saya menghadapinya?"
Di era digital seperti sekarang, banyak orang mungkin lebih memilih mengetik di ponsel atau laptop. Namun, para ahli menyarankan menggunakan pena dan kertas karena kegiatan ini melibatkan lebih banyak fungsi otak, sehingga efeknya lebih mendalam. Dalam buku Journaling for Mindfulness (Ruth Williams, 2017), disebutkan bahwa proses menulis tangan membantu menciptakan momen mindfulness dan fokus.
Journaling bukan sekadar menulis harian, tapi juga cara untuk mengenali emosi, menyelesaikan konflik batin, dan menjaga kesehatan mental.
Jadi, apakah Anda siap untuk mulai menulis? Jangan ragu untuk mengambil pena dan mulai menciptakan ruang bagi diri Anda sendiri. Karena, pada akhirnya, tulisan Anda bukan hanya tentang kata-kata, tetapi juga tentang perjalanan menemukan kedamaian batin.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Politika Ki Hajar Dewantara dalam Membangun Pendidikan dan Bangsa Indonesia
-
Lebaran Lebih Berwarna dengan Arisan Keluarga, Ada yang Setuju?
-
Menghadapi Mental Down setelah Lebaran, Mengapa Itu Bisa Terjadi?
-
Menyusun Kembali Peta Kehidup setelah Lebaran sebagai Refleksi Diri
-
Warisan Politik Bapak Pendidikan Indonesia dalam Menjawab Tantangan Zaman
Artikel Terkait
-
Duka yang Diabaikan: Remaja Kehilangan Orang Tua, Siapa Peduli?
-
Dituding NPD, Baim Wong Jalani Tes Kesehatan Mental Sampai HIV
-
Dukungan Sosial atau Ilusi Sosial? Realita Psikologis Ibu Baru
-
Kembali Produktif Usai Libur Lebaran: Tips Psikolog agar Semangat Kerja Pulih Tanpa Stres
-
Jadi Penulis Itu Pilihan, Bukan Pelarian
Lifestyle
-
Joyful Vibes! Ini 4 Ide Gaya OOTD Mai IZNA yang Bakal Bikin Kamu Makin Pede
-
Peringati Hari Kartini: Lagu Kunto Aji dan Nadin Amizah Jadi Nyawa Musikal Untuk Perempuan
-
Stop Salah Shade! Ini 4 Foundation Terbaik untuk Pemilik Neutral Undertone
-
Gaya Makin Kekinian dan Stylish, Intip 4 Gaya OOTD Lee Min-jae Ini!
-
Tampil Minimalis dengan 4 Inspirasi Gaya OOTD Maskulin ala Shin Seung-ho
Terkini
-
Adu Strategi dan Kata, 4 Drama Korea Bertema Negosiasi yang Wajib Ditonton
-
Tutup Usia 78 Tahun: Apa yang Gen Z Pelajari dari Bangkrutnya Tupperware?
-
Ulasan Novel Cheat Day: Ketika Ambisi Mengaburkan Batas Kesetiaan
-
Pecahkan Rekor Pribadi! NCT Wish Catat 1,2 Juta Pre-order Album 'Poppop'
-
Tajam di Tengah, Tumpul di Depan? PR Besar Timnas Indonesia U-17 Jelang Piala Asia U-17 2025!