Saat Ramadan, permintaan pasar meningkat pesat, terutama untuk produk makanan, fesyen, dan kebutuhan sehari-hari. Banyak UMKM berharap momen ini bisa menjadi peluang emas untuk meningkatkan omzet.
Sayangnya, tidak semua pelaku usaha mampu memanfaatkan momentum ini dengan baik. Alih-alih untung besar, beberapa justru mengalami penurunan pendapatan karena kesalahan yang tidak disadari.
Kesalahan dalam strategi bisnis bisa berdampak fatal, terutama di tengah persaingan yang ketat. Stok yang tidak dikelola dengan baik, promosi yang kurang efektif, hingga manajemen keuangan yang berantakan bisa membuat usaha malah merugi.
Agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama, yuk simak beberapa faktor yang sering membuat UMKM gagal memanfaatkan bulan Ramadan dengan optimal!
1. Stok barang tidak terencana dengan baik
Banyak UMKM yang terlalu optimis saat Ramadan dan menimbun stok dalam jumlah besar. Harapannya sih agar tidak kehabisan barang saat permintaan naik.
Tapi kalau ternyata penjualan tidak sesuai ekspektasi, stok yang menumpuk bisa menjadi masalah. Produk makanan bisa kedaluwarsa, barang fesyen bisa ketinggalan tren, dan akhirnya usaha malah rugi.
Sebaliknya, ada juga yang terlalu takut mengambil risiko dan justru kehabisan stok di tengah lonjakan permintaan. Saat pembeli datang dan barang habis, mereka kehilangan peluang buat jualan lebih banyak.
Solusinya, coba cek data penjualan tahun lalu, pelajari tren pasar, dan pastikan kerja sama dengan pemasok yang fleksibel. Jadi, kalau stok hampir habis, bisa cepat restock tanpa takut rugi.
2. Strategi promosi yang tidak tepat sasaran
Saat Ramadan, banyak UMKM berlomba-lomba menawarkan diskon besar untuk menarik pelanggan. Namun, strategi promosi yang tidak terencana dengan baik justru bisa merugikan bisnis.
Misalnya, memberikan potongan harga yang terlalu besar tanpa memperhitungkan margin keuntungan. Akibatnya, meskipun penjualan meningkat, keuntungan yang diperoleh tetap kecil atau bahkan merugi.
Kesalahan lainnya adalah mengabaikan pemasaran digital. Di era sekarang, banyak konsumen lebih memilih berbelanja secara online, terutama untuk produk makanan dan pakaian.
UMKM yang masih mengandalkan promosi offline saja bisa kalah saing dengan kompetitor yang lebih aktif di media sosial dan marketplace.
Oleh karena itu, pelaku usaha perlu menerapkan strategi pemasaran yang lebih efektif, seperti kampanye media sosial, kerja sama dengan influencer lokal, serta memanfaatkan fitur iklan digital untuk menjangkau lebih banyak pelanggan.
3. Manajemen keuangan yang berantakan
Meskipun omzet meningkat saat Ramadan, tidak sedikit UMKM yang justru kehabisan modal setelah lebaran. Salah satu penyebabnya adalah mencampur keuangan pribadi dan bisnis.
Banyak pelaku usaha yang langsung memakai keuntungan untuk kebutuhan pribadi, tanpa menyisihkan modal untuk operasional setelah Ramadan. Akhirnya, saat bulan puasa berakhir, mereka malah kesulitan buat lanjut usaha.
Selain itu, pencatatan keuangan yang berantakan juga sering jadi masalah. Kalau tidak ada laporan yang jelas, sulit buat tahu apakah bisnis benar-benar untung atau malah merugi.
Makanya, sangat penting untuk memisahkan rekening bisnis dan pribadi, catat setiap pemasukan dan pengeluaran, serta sisihkan sebagian keuntungan buat modal setelah Ramadan. Kalau sudah rapi begini, usaha bisa tetap stabil dan tidak keteteran setelah bulan puasa.
Ramadan seharusnya menjadi momen emas bagi UMKM untuk meningkatkan omzet, bukan malah mengalami kerugian. Agar usaha tetap berkembang, penting bagi pelaku UMKM untuk lebih cermat dalam mengelola stok, menerapkan strategi pemasaran yang tepat, serta menjaga keuangan bisnis dengan baik.
Jadi, sudah siap menjalankan bisnis dengan strategi yang lebih matang tahun ini?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ketika Pekerjaan Sulit Dicari, tapi Janji Politik Mudah Diberi
-
Review Novel 'Kotak Pandora': Saat Hidup Hanya soal Bertahan
-
Review Novel 'Totto-chan': Bukan Sekolah Biasa, Tapi Rumah Kedua Anak-anak
-
Benarkah 'Kerja Apa Aja yang Penting Halal' Tak Lagi Relevan?
-
Review Novel 'Jane Eyre': Ketika Perempuan Bicara soal Harga Diri
Artikel Terkait
-
Kisah Inspiratif Aquissa Thahara, Berbagi Berkah Dari Bisnis Untuk Komunitas Hingga Berangkatkan Pekerja Umrah
-
BRI Salurkan KUR Rp27,72 Triliun dalam 2 Bulan, Bukti Keberpihakan Nyata untuk UMKM dan Ekonomi Rakyat
-
5 Keuntungan Pilih Asuransi Bisnis Online, Mudah Cairkan Premi
-
Aksi Kekerasan Ormas di Garut saat Razia Rumah Makan, Guru Besar Fikih UIN: Mereka Bukan Wilayatul Hisbah
-
Pelatih Emil Audero: Kesalahan yang Membahayakan Segalanya!
Lifestyle
-
Fenomena Auroreg di Malang, Aurora Finlandia dengan Kearifan Lokal?
-
Di Korea, Bantuan Uang Tunai Gak Bisa Bikin Anak Muda Jadi Mau Menikah dan Punya Anak
-
4 Serum Heartleaf untuk Lawan Jerawat dan Kemerahan, Harga Mulai Rp45 Ribu
-
Kuliah di Amerika, Tapi Bahasa Inggris Anak Pejabat Ini Malah Jadi Bahan Ledekan Netizen
-
LDR Anti Bosan: 6 Kencan Virtual Kreatif yang Bikin Hubungan 'On Fire'
Terkini
-
Fenomena Maskot dalam Futsal: Sarana Pengekspresian Diri bagi Anak Muda
-
Ulasan Novel Mean Streak: Keberanian Memilih Jalan Hidup Sendiri
-
Daniel Craig akan Terus Main di Seri Knives Out, Asal Syarat Ini Dipenuhi
-
Sakura dalam Pelukan: Hangatnya Cinta Ayah yang Jarang Diceritakan
-
Ulasan Novel Petjah: Benang Takdir yang Membuka Luka di Masa Lalu