Di tengah kehidupan modern yang serba cepat dan tekanan untuk terus produktif, anak muda kini menemukan cara baru untuk menenangkan diri melalui tren “Quiet Weekend.”
Fenomena ini sedang populer di media sosial, terutama di kalangan milenial dan Gen Z yang mulai jenuh dengan gaya hidup yang penuh aktivitas dan kebisingan.
Quiet Weekend sendiri berarti menghabiskan akhir pekan dengan tenang, menikmati waktu sendirian, melakukan kegiatan sederhana, dan menjauh sejenak dari interaksi sosial maupun dunia digital.
Daripada sibuk keluar rumah untuk nongkrong, menghadiri acara, atau bepergian, banyak yang lebih memilih berdiam diri di rumah, membaca buku, menulis jurnal, menonton film sendirian, memasak, atau beristirahat lebih lama.
Tren ini muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap “hustle culture”, budaya yang menuntut seseorang untuk terus bekerja dan produktif setiap saat.
Bagi sebagian besar anak muda, waktu untuk berhenti sejenak justru menjadi bentuk self-care yang bernilai.
Popularitas Quiet Weekend juga didorong oleh meningkatnya kelelahan mental dan sosial akibat rutinitas yang padat.
Selain itu, media sosial juga turut memengaruhi tren ini. Maraknya konten tentang “healing trip” dan “productive weekend” membuat banyak orang merasa tertekan untuk selalu tampil sibuk dan bahagia.
Quiet Weekend hadir untuk menormalkan bahwa tidak melakukan apa pun juga merupakan hal yang wajar.
Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental semakin meningkat, dan anak muda mulai memahami bahwa menjaga keseimbangan batin lebih penting daripada sekadar mengejar kesibukan tanpa henti.
Kegiatan yang dilakukan selama Quiet Weekend pun sangat beragam, seperti melakukan detoks media sosial, menulis jurnal refleksi diri, merawat tanaman, memasak hidangan sederhana, atau sekadar tidur tanpa alarm.
Beberapa orang juga mengaitkan tren ini dengan gaya hidup “slow living,” yaitu menikmati kehidupan dengan ritme yang lebih pelan dan penuh kesadaran.
Meski terlihat sederhana, Quiet Weekend bukanlah tanda kemalasan atau sikap antisosial. Sebaliknya, ini adalah bentuk pemulihan diri yang sadar dan terencana.
Dengan mengambil waktu untuk diam, anak muda belajar memahami batas energi mereka, memusatkan kembali perhatian, dan memulai minggu baru dengan pikiran yang lebih tenang.
Pada akhirnya, Quiet Weekend bukan hanya tren sementara, melainkan refleksi dari perubahan cara pandang generasi muda terhadap keseimbangan hidup, bahwa mengambil jeda bisa menjadi bentuk healing paling ampuh di tengah dunia yang terus bergerak cepat.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Dian Sastro Bintangi Film Laut Bercerita, Netizen Soroti Latar Belakang Keluarga Suaminya!
-
Efek Kejadian Tumbler Tuku, Satpam KRL Panik Saat Temukan Nasi Uduk di Kereta
-
Tak Terduga! SBY Spontan Hentikan Mobil dan Melukis di Pinggir Jalan Wonogiri
-
Menghilang Demi Waras: Fenomena Anak Muda di Tengah Riuhnya Dunia Modern
-
Hobi atau Pencitraan? Fenomena Anak Muda yang Gonta-Ganti Hobi Demi Validasi
Artikel Terkait
-
Prabowo Iri Anak Muda Dimanjakan AI: Zaman Saya Gak Ada ChatGPT, Enak Sekali Kalian Ya
-
Bukan Cuma 'Healing' Biasa: 10 Surga Dunia yang Wajib Masuk Bucket List Kamu
-
RS Swasta Gelar Pameran Kesehatan Nasional, Ajak Publik Hidup Lebih Sehat dan Peduli Diri
-
Kenapa Anak Muda Sekarang Banyak Terserang Vertigo? Ini Kata Dokter
-
Langkah Membumi 2025: Gaya Hidup Sehat Bertemu Ekonomi Sirkular
Lifestyle
-
Tinggal di Apartemen? Ini 7 Hewan Peliharaan yang Cocok untuk Anda
-
Dari Joko Anwar hingga Mouly Surya: 7 Sutradara yang Mendefinisikan Ulang Sinema Indonesia
-
Deretan HP Layar Curve 2025: Mana yang Paling Worth It Buat Dibeli?
-
5 Laptop Rp 10 Jutaan Terbaik Akhir 2025: Mana yang Paling Worth It?
-
Cari HP Gaming Rp 5 Jutaan? Ini 7 Pilihan Paling Worth It 2025!
Terkini
-
Bikin Heboh Medsos, Ini Pelajaran Penting dari Drama Tumbler Hilang di KRL
-
Sinopsis Tere Ishk Mein, Film India yang Dibintangi Dhanush dan Kriti Sanon
-
Review Film In Your Dreams: Serunya Petualangan Ajaib Menyusuri Alam Mimpi
-
Brisia Jodie Resmi Menikah, Ini Alasan Ia Jatuh Cinta pada Jonathan Alden!
-
Hentikan Korban 'Diam': Kritik atas Budaya yang Melanggengkan Bullying