Ular dikenal sebagai hewan yang misterius, termasuk soal bagaimana mereka membuang kotoran. Tubuhnya yang panjang tanpa kaki sering membuat orang penasaran bagaimana sistem ekskresi bekerja. Meski jarang terlihat, proses buang air ular justru memiliki mekanisme yang cukup kompleks.
Dilansir University College London (UCL), proses pembuangan feses ular sangat bergantung pada spesies dan kebiasaan makannya. Ular tikus dapat buang air setiap dua hari, sementara ular beludak semak hanya setiap tiga sampai tujuh hari. Bahkan, pernah ada seekor ular yang tercatat menahan kotoran hingga 420 hari, sehingga 5–20 persen berat tubuhnya terdiri dari feses.
Proses pencernaan ular berlangsung dalam empat kuadran tubuh yang memanjang dari kepala hingga ekor. Menurut A-Z Animals, kuadran pertama berisi mulut dan esofagus, lalu makanan bergerak ke kuadran berikutnya yang dihuni paru-paru dan hati. Semua proses pemecahan dan penyerapan nutrisi baru berjalan optimal ketika makanan mencapai lambung dan usus.
Kebiasaan makan juga memengaruhi frekuensi buang air besar. A-Z Animals menjelaskan bahwa ular liar biasanya makan dalam porsi besar dan jarang, sehingga feses dikeluarkan sekaligus setelah seluruh makanannya dicerna. Sementara itu, ular peliharaan yang makan lebih sering akan menghasilkan kotoran lebih sedikit namun lebih teratur.
Ular tidak mengunyah makanannya, sehingga makanan masuk ke kerongkongan hampir dalam bentuk utuh. Kerongkongan mengeluarkan enzim untuk melunakkan mangsa, lalu lambung memecahnya dengan cairan lambung yang jauh lebih kuat dibandingkan mamalia. Proses tersebut bisa berlangsung berhari-hari karena struktur tubuh ular dirancang untuk pencernaan lambat.
Setelah melalui usus halus dan besar, sisa makanan akhirnya mencapai kloaka yang menjadi jalur akhir pembuangan. Kloaka terletak di pertemuan antara perut dan ekor, dan lubang itu digunakan untuk buang air besar, buang air kecil, kawin, hingga bertelur. Bentuk feses yang keluar pun menyesuaikan diameter tubuh ular.
Kloaka juga memiliki bagian-bagian khusus yang mengatur arah kotoran dan urine. Berdasarkan penjelasan artikel dari A-Z Animals, koprodaeum menampung feses, sedangkan urodaeum menampung urine serta produk reproduksi. Semua limbah keluar melalui ruang paling belakang, yaitu proktodeum.
Proses buang air besar pada ular dapat disaksikan secara nyata melalui unggahan dari pemilik akun Instagram @gekko_the_python yang memperlihatkan bagaimana ular mengeluarkan kotoran dari kloaka dengan jelas. Tayangan tersebut memberi gambaran visual mengenai mekanisme yang sebelumnya hanya dipahami melalui penjelasan ilmiah.
Dengan berbagai data dan bukti visual di atas, cara ular buang air besar menunjukkan kemampuan adaptasi tubuh yang sangat efisien. Sistem pencernaan yang memanjang, dan kloaka yang multifungsi menjadi kunci proses ekskresi reptil itu. Mekanisme tersebut sekaligus menegaskan keunikan biologis ular yang jarang disadari banyak orang.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Peneliti Temukan Antivenom Baru Penangkal 17 Ular Mematikan
-
5 Shio Paling Beruntung dalam Cinta Hari Ini 29 Oktober 2025, Asmara Lagi Manis!
-
Bikin Merinding, Video Viral Penyelamatan Pria yang Celananya Dimasuki Ular Kobra
-
Mimpi Digigit Ular di Tangan atau Kaki? Waspadai Maknanya Menurut Primbon
-
Ramalan Shio Lengkap 16 Oktober 2025 yang Paling Sial dan Tips Menyikapinya
Lifestyle
-
4 Low pH Cleanser Korea yang Aman Semua Jenis Kulit untuk Jaga Skin Barrier
-
Daily Style Serba Monokrom ala Lee Yoo Mi, Intip 4 Look OOTD Super Keren!
-
Jangan Cuma Ikut Tren, Ini 7 Hal Wajib Kamu Cek Sebelum Beli Smartphone Baru
-
Rahasia Otak Bahagia: Ternyata Salmon Hingga Cokelat Hitam Bisa Jadi Antidepresan Alami!
-
Otak Lelah Gara-gara 'Scroll'? 7 Cara Simpel Biar Suka Baca Buku Lagi
Terkini
-
Dilema Guru Masa Kini: Garda Terdepan Pendidikan, Minim Perlindungan
-
Merasa Hampa di Puncak Karier, Cinta Laura Menangis usai Paris Fashion Week
-
Terhenti di Fase Grup Piala Dunia, Mengapa Tak Ada Desakan Suporter untuk Pecat Nova Arianto?
-
Pratama Arhan Tiba di Tanah Air, Andre Rosiade Pamer Hadiah dari Eks Menantu
-
Pentingnya Profesi Guru sebagai Panggilan Hati