Di tengah meningkatnya intoleransi dan polarisasi sosial, cara manusia memandang orang lain sering kali dibentuk oleh prasangka. Banyak pengalaman manusia yang berlangsung “di luar radar”, tak terlihat, tak terdengar, dan jarang dipahami.
Fenomena ini mendorong munculnya kebutuhan akan narasi yang mampu menjembatani perbedaan dan mengajak publik melihat keberagaman dari sudut yang lebih manusiawi.
Keresahan atas menyempitnya ruang dialog itulah yang menjadi latar kemunculan buku terbaru penulis perjalanan Trinity, Di Luar Radar: Kisah Keberagaman dari Kuburan Jakarta sampai Hutan Amazon.
Setelah dua dekade identik dengan genre travel writing, Trinity kembali dengan pendekatan yang lebih reflektif. Bukan lagi soal mengunjungi tempat-tempat jauh, melainkan menelisik kehidupan yang selama ini terpinggirkan dari kesadaran publik.
Dalam 22 kisahnya, Trinity menyoroti sisi-sisi kehidupan yang kerap luput dari pemberitaan arus utama. Ia menulis tentang ibu-ibu yang menjadikan kuburan Jakarta sebagai ruang sosial; pengalaman hidup di pesantren yang sering dipersepsikan seragam; proses kremasi yang masih dianggap tabu; perjalanan para imigran yang berjuang mencari keamanan di negara-negara Barat; hingga kisah misionaris Indonesia yang bekerja di hutan Amazon Bolivia.
Benang merah dari semua cerita itu adalah upaya membongkar asumsi—bahwa orang, budaya, atau tradisi yang tampak “asing” sebenarnya menyimpan pengalaman manusia yang universal: kehilangan, harapan, ketakutan, dan keberanian.
Trinity menulis dengan gaya personal, namun tetap kritis terhadap bias yang kerap kita bawa saat melihat kelompok berbeda. Narasinya mengajak pembaca memahami bahwa keberagaman bukan sekadar daftar perbedaan, melainkan realitas kompleks yang menuntut empati.
Di tengah dunia yang semakin cepat menghakimi, Di Luar Radar hadir sebagai pengingat bahwa banyak kisah penting terjadi di luar pandangan kita. Buku ini mendorong publik untuk melihat ulang cara kita memaknai keberagaman dan menantang prasangka yang terlanjur dianggap wajar.
Baca Juga
-
Curi Perhatian di The Manipulated, Ini Tiga Drama Lain dari Jo Yoon Soo
-
Sinopsis Film The Voice of Hind Rajab, Hadirkan Situasi Nyata dari Gaza
-
Ulasan Sweet Disguise, Perjalanan Menguak Korupsi Lewat Penyamaran
-
Satu Pemain Diaspora Gagal Bergabung: Tim Geypens Tak Diizinkan Main di Sea Games 2025
-
Nasib MAMA Awards 2025: Tetap Berlangsung di Tengah Duka Kebakaran Hong Kong
Artikel Terkait
Lifestyle
-
Belum Tayang, Film Agak Laen: Menyala Pantiku Sudah Tembus 50.000 Tiket Pre-sale
-
Dari Shortcake hingga Pie: 7 Kreasi Dessert Stroberi Klasik dan Modern
-
Kasur Kamu Bau? 3 Linen Spray Lokal Ini Bisa Jadi Solusi
-
Rahasia Salad Lezat, Rekomendasi 3 Minyak Zaitun yang Wajib Dicoba!
-
8 Rahasia Produktif Raditya Dika yang Bisa Mengubah Rutinitasmu!
Terkini
-
Curi Perhatian di The Manipulated, Ini Tiga Drama Lain dari Jo Yoon Soo
-
Sinopsis Film The Voice of Hind Rajab, Hadirkan Situasi Nyata dari Gaza
-
Ulasan Sweet Disguise, Perjalanan Menguak Korupsi Lewat Penyamaran
-
Satu Pemain Diaspora Gagal Bergabung: Tim Geypens Tak Diizinkan Main di Sea Games 2025
-
Nasib MAMA Awards 2025: Tetap Berlangsung di Tengah Duka Kebakaran Hong Kong