Tidak sedikit mahasiswa yang pernah merasakan keresahan saat menyadari jurusan kuliah yang diambil tidak sesuai dengan minat awal.
Perasaan salah arah, ingin menyerah, hingga membayangkan masa depan yang buram sering kali muncul.
Meskipun begitu, tidak semua cerita berakhir muram, beberapa justru menjadi titik balik perjalanan seseorang. Hal inilah yang dialami oleh Roy Nugroho, Director of Grab for Business, Grab Indonesia.
Melalui video yang diunggah di kanal YouTube Home Of The Underdogs pada Kamis (11/7/2024), Roy menceritakan bagaimana ia sempat merasa salah jurusan saat kuliah, tetapi justru berhasil menjadi lulusan terbaik.
Perjalanan Merasa Salah Jurusan
Roy mengungkapkan bahwa sejak awal ia bercita-cita masuk jurusan teknik industri. Baginya, jurusan tersebut menarik karena menggabungkan sisi teknis sekaligus aspek sosial.
Saat itu, untuk masuk perguruan tinggi negeri, calon mahasiswa harus melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Sebelum mengikuti seleksi, Roy telah mengikuti berbagai les dan bimbingan belajar. Dalam try out, ia tetap memilih teknik industri sebagai pilihan pertama dan kedua, bahkan passing grade-nya dinyatakan lolos.
Menjelang hari-H, ibunya dan kakaknya memberikan saran agar ia memilih teknik informatika atau teknik komputer, mengingat bidang teknologi sedang naik daun pada saat itu.
Akhirnya, saat SPMB Roy mengubah pilihannya sesuai saran keluarga, pilihan pertama teknik informatika, dan pilihan kedua juga teknik informatika.
Ia kemudian diterima di pilihan kedua dan tetap merasa bangga karena berhasil masuk Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya.
Memasuki tahun pertama, pelajaran yang diterima masih tergolong dasar seperti kalkulus dan fisika, sehingga Roy merasa masih bisa mengikuti dengan baik.
Mulai ada mata kuliah pengenalan komputer, bahasa pemrograman, hingga jaringan komputer. Pada fase ini ia mulai merasakan keresahan dan merasa dirinya salah jurusan.
Belajar Bertanggung Jawab atas Pilihan
Meski merasa tidak sesuai dengan minat awal, Roy tidak ingin patah semangat. Ia memegang prinsip bahwa jika sudah terlanjur masuk ke dalam suatu pilihan, maka ia harus bertanggung jawab dan menjalaninya dengan sepenuh hati.
“Prinsipnya adalah, ya kalau memang kita sudah kecemplung. Kenapa nggak nyebur sekalian?” tutur Roy.
Ia memilih tetap menjalani perkuliahan dengan disiplin dan berkomitmen memberikan yang terbaik. Prinsip ini akhirnya mengantarkan dirinya menjadi lulusan terbaik di jurusannya.
Roy juga menjelaskan bahwa kunci dari konsistensinya adalah memiliki resiliensi. Resiliensi, menurutnya, adalah kemampuan untuk kembali ke bentuk semula meskipun berada dalam tekanan.
Ia mengakui bahwa menjalani sesuatu yang tidak disukai memang tidak mudah, tetapi dalam situasi apa pun seseorang harus tetap mampu resilient dan memberikan usaha terbaik.
“Kita itu memang dalam situasi apa pun, kapan pun, di mana pun, harus bisa resilient, dan kemudian harus memberikan yang terbaik,” kata Roy.
Roy menambahkan, memberikan yang terbaik bukan hanya dilakukan saat kondisinya mendukung. Baginya, hasil akhir baik atau buruk, biarlah menjadi ketetapan Tuhan.
Yang penting, segala hal yang berada dalam kendali diri harus dikerjakan semaksimal mungkin, agar tidak ada penyesalan.
Perjalanan Roy tidak selalu mulus. Ia bercerita pernah mendapatkan nilai D pada praktikum jaringan komputer. Namun, alih-alih terpuruk, ia melihatnya sebagai kesempatan untuk memperbesar kapasitas belajarnya.
Dari kegagalan tersebut, ia belajar dan bangkit untuk memperbaiki hasil di semester berikutnya. Roy juga menekankan bahwa dari banyak mata kuliah, pasti ada satu bidang yang benar-benar kita sukai dan kuasai.
Ia menyarankan agar mahasiswa fokus pada hal tersebut karena itu bisa menjadi small wins yang pantas dirayakan. Small wins inilah yang mampu menambah semangat untuk terus melangkah.
Roy Nugroho mengajarkan kepada kita bahwa merasa salah jurusan bukan akhir dari segalanya. Dengan resiliensi, komitmen, dan tanggung jawab atas pilihan sendiri, seseorang tetap bisa tetap mencapai hasil terbaik.
Terkadang, perjalanan yang dimulai dengan keraguan justru membawa kita pada pencapaian yang tidak terduga.
Baca Juga
-
Bukan dari Kajian, Cinta Insanul Fahmi dan Inara Rusli Bermula dari Bisnis
-
Di Balik Hobi Rizwan Main Game, Sule Melihat Sisi Positif yang Tak Terduga
-
8 Rahasia Produktif Raditya Dika yang Bisa Mengubah Rutinitasmu!
-
Cerita Kiki Eks CJR Harus Jadi Tulang Punggung Keluarga di Usia Sangat Muda
-
Banjir Kritik Bela Timnas Indonesia, Rafael Struick: Saya Tak Peduli Omongan Orang
Artikel Terkait
-
Biaya Hidup Melonjak, Mengapa Bantuan Living Cost Penting bagi Mahasiswa di Yogyakarta?
-
Kuliah Umum Komunikasi Digital Meriahkan Milad ke-9 Ilmu Komunikasi Unisa Yogyakarta
-
Ide Kecil Bisa Jadi Dampak Besar: Cara Mahasiswa Ubah Gagasan Jadi Bisnis Berkelanjutan
-
Ngulik Bareng Pakar, Fenomena Sarjana Kerja Nggak Sesuai Jurusan Kuliah
-
6 Cushion Lokal Minim Oksidasi dengan SPF Tinggi yang Cocok untuk Kuliah
Lifestyle
-
Membongkar Prasangka: Trinity Ajak Pembaca Melihat Dunia Lewat Buku 'Di Luar Radar'
-
Belum Tayang, Film Agak Laen: Menyala Pantiku Sudah Tembus 50.000 Tiket Pre-sale
-
Dari Shortcake hingga Pie: 7 Kreasi Dessert Stroberi Klasik dan Modern
-
Kasur Kamu Bau? 3 Linen Spray Lokal Ini Bisa Jadi Solusi
-
Rahasia Salad Lezat, Rekomendasi 3 Minyak Zaitun yang Wajib Dicoba!
Terkini
-
Mengenal Fenomena Pink Tax: Kenapa Produk Perempuan Selalu Lebih Mahal?
-
Mengenal Fenomena Pink Tax: Kenapa Produk Perempuan Selalu Lebih Mahal?
-
Bukan dari Kajian, Cinta Insanul Fahmi dan Inara Rusli Bermula dari Bisnis
-
Blak-blakan, Irfan Hakim Ungkap Alasan Mantap Jadi Penyanyi Dangdut
-
Geser Bayside Shakedown 2, Kokuho Jadi Film Live-Action Terlaris di Jepang