Scroll untuk membaca artikel
Siswanto | Siswanto
Odong-odong di Gunung Sahari, Jakarta (Habib/Yoursay)

Hampir setiap sore, anak-anak di daerah saya, Gunung Sahari Selatan, Jakarta Pusat, menunggu datangnya odong-odong kereta.

Mereka bergerombol di perempatan kantor RW. Begitu odong-odong terlihat mulai masuk ke gang, mereka girang bukan main.

Odong-odong adalah kendaraan permainan untuk anak-anak yang bisa bikin senang, terutama di pemukiman-pemukiman padat penduduk.

Mereka berebut untuk naik odong-odong duluan. Tidak hanya anak-anak, terkadang para orang tua juga ikut naik.

Setelah semuanya naik, biasanya abang-abang pengemudi odong-odong tidak langsung menjalankan kendaraan. Ia akan minta uang sebagai ongkos menumpang kendaraan hiburan itu.

Tarifnya rata-rata Rp2000 per orang. Terkadang, bisa juga Rp1.500.

Odong-odong berjalan keliling kampung. Anak-anak senang bukan main. Dulu, kendaraan ini bisa keliling sampai Monas atau Kota Tua. Tapi sejak ada larangan dari pemerintah, terutama sejak ada kasus kecelakaan yang merenggut banyak nyawa anak, odong-odong hanya keliling sekitar kampung saja.

Walaupun sebenarnya kendaraan ini sangat berbahaya karena tidak memiliki sistem keamanan yang baik, anak-anak cuek saja. Tak jarang, terlihat mereka bergelantungan di sisi kiri dan kanan.

Odong-odong sekarang sedikit demi sedikit mulai berkurang jumlahnya, walaupun sebenarnya masih cukup populer. Pemiliknya pun kucing-kucingan dengan aparat keamanan.

Dikirim oleh Habib, Jakarta Pusat

Anda punya cerita atau foto menarik? Silakan kirim ke email: yoursay@suara.com

Array