Di zaman era digital ini, berbisnis dapat dilakukan oleh setiap orang. Tidak peduli tempat untuk menjajakan barang dagangan, pebisnis kecil atau bahkan yang bisa dilakukan oleh ibu rumah tangga sekalipun dapat dengan mudah memperoleh pelanggan dengan memanfaatkan penjualan secara online.
Banyaknya pebisnis online ini terus meningkat setiap tahunnya, mengingat kemudahan penggunaan teknologi yang dapat dimanfaatkan sebagai peluang pengembangan bisnis yang sangat menguntungkan.
Sudah menjadi hal yang lumrah, bahwa penggunaan jasa influencer dapat meningkatkan penjualan bisnis online. Menurut Hariyanti & Wirapraja (2018), influencer adalah seseorang atau figur dalam media sosial yang memiliki jumlah pengikut yang banyak atau signifikan dan hal yang mereka sampaikan dapat mempengaruhi perilaku dari pengikutnya.
Influencer Marketing merupakan salah satu strategi pemasaran yang menggunakan media sosial untuk menyebarkan pesan iklan dalam jangkauan lebih besar dengan bantuan seorang influencer, yang merupakan orang yang sangat berpengaruh di media sosial.
Salah satu media sosial yang marak dijadikan sebagai tempat berbisnis online adalah Instagram. Berkembangnya bisnis online yang menargetkan pelanggannya melalui media sosial tentunya menjadi sebuah pemicu bagi satu pebisnis dengan pebisnis lainnya dalam bersaing memasarkan produk unggulan.
Jaman dahulu, memasarkan produk dapat dilakukan dengan media koran maupun media iklan pertelevisian. Harga yang mahal dan diikuti dengan tidak sampainya target promosi yang dituju kepada masyarakat luas, membuat para pebisnis beralih kepada jasa influencer.
Jasa influencer bukan hanya terdiri dari kalangan artis yang sudah dikenal, namun semakin banyak diisi oleh orang-orang baru yang menjadi “terkenal” lewat media sosial utamanya Instagram, atau yang kita sebut dengan istilah “Selebgram”.
Munculnya seseorang menjadi selebgram ini pun beragam, mulai dari gamers, foodblogger, fashionista, sampai orang biasa yang mendadak viral yang pada akhirnya memiliki banyak jumlah pengikut di media sosial. Selebgram tersebut yang diyakini para pebisnis dapat memberikan pengaruh bagi para pengikutnya untuk “ikut membeli dan menggunakan” produk yang dipromosikan.
Kebutuhan pebisnis menggunakan jasa influencer diikuti dengan maraknya tarif yang ditentukan para influencer. Setiap influencer memasang tarif yang berbeda antara satu dan yang lain tergantung dari kebutuhan promosi yang dilakukan.
Semakin banyak pengikut yang dimiliki influencer, semakin mahal tarifnya. Dan semakin rumit bentuk promosi yang diberikan, semakin tinggi juga tarif yang dikenakan. Bentuk promosi yang diberikan influencer dapat berupa foto produknya saja, foto produk dengan artis, instagram stories, atau sampai yang paling mahal yaitu dalam bentuk video instagram.
Penetapan tarif atas jasa yang mereka berikan atau yang biasa disebut dengan tarif endorse ini juga dipengaruhi oleh seberapa besar pengaruh influencer tersebut dalam mempengaruhi followers mereka dan seberapa terkenalnya influencer tersebut dalam masyarakat.
Contohnya saja Rachel Vennya yang memiliki pengikut sebanyak 4 juta di instragram. Ibu dua anak ini merupakan salah satu selebgram yang paling banyak diminati pebisnis online untuk diajak bekerja sama. Tarif yang diberikan oleh Rachel tersebut berkisar antara Rp 3.500.000 sampai dengan Rp15.000.000 untuk sekali foto produk.
Foto tersebut dapat diberikan dalam bentuk Instagram Story untuk tarif yang paling murah, sampai foto produk yang akan dipajang pada halaman instagram Rachel sendiri dengan tarif tertinggi.
Strategi yang dijalankan para influencer di instagram inipun bukan hanya itu saja. Mereka juga memberikan batasan waktu atas produk yang telah mereka promosikan pada halaman akun mereka. Semakin lama waktu yang diberikan agar foto tersebut dapat bertahan pada halaman influencer tersebut, maka tarifnya pun akan meniingkat.
Seperti contohnya selebgram yang juga berperan sebagai artis yang ikut menjadi sasaran penyedia jasa marketing, Nagita Slavina, yang memiliki pengikut sebanyak 35juta orang. Tarif yang ditawarkan untuk foto yang bertahan dalam 24 jam adalah Rp15.000.000, sedangkan untuk foto yang dipajang sampai dengan 1 bulan memiliki tarif Rp23.000.000 per foto. Tidak mengherankan apabila pekerjaan ini terlihat menggiurkan dengan harga tarif yang didapatkan oleh para influencer.
Namun pertanyaannya, apakah uang yang dikeluarkan pebisnis online untuk mendapatkan jasa promosi dari influencer tersebut sepadan dengan peningkatan penjualan yang mereka dapatkan? Jawabannya tentu beragam. Setiap pebisnis harus memperhitungkan kembali cost and benefit nya.
Bukan hal yang mustahil bahwa toko online tersebut akan mendapatkan perhatian yang cukup banyak dari hasil promosi influencer yang berhasil mempengaruhi pengikutnya, untuk setidaknya mengunjungi toko tersebut pada laman media sosial.
Tetapi apakah keuntungannya sepadan? Demi menjawab pertanyaan ini, tetap saja setiap pebisnis online harus memastikan bahwa produk yang mereka pasarkan memiliki kualitas bagus dan keunggulan tersendiri dibandingkan dengan toko lain yang sejenis.
Influencer hanya bertugas untuk mempromosikan sejumlah yang dibayarkan pebisnis online, mereka tidak akan melihat apakah toko online tersebut benar-benar menyediakan barang yang bagus sehingga patut dipromosikan. Walaupun pengikut mereka akan mudah terpengaruh untuk mengikuti yang dilakukan influencer, namun konsumen di era digital ini juga sangat pintar untuk membedakan mana yang berkualitas dan mana yang tidak dengan melihat review pembeli sebelumnya, bukan hanya berdasarkan promosi para influencer.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelusuran lebih dalam bagi pebisnis online yang mengincar pasar dengan memanfaatkan jasa influencer yaitu dengan cara memperbaiki kualitas dan survei pasar sejenis yang berguna untuk meningkatkan daya jual mereka sendiri, agar konsumen tertarik dan dapat memberikan loyalitasnya untuk merk tersebut, sebelum mengeluarkan biaya yang cukup tinggi untuk membayar jasa promosi oleh influencer.
Oleh: Astrid Yulianty, Mahasiswa DIV Spesialisasi Akuntansi, Politeknik Keuangan Negara STAN
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Tren Media Sosial dan Fenomena Enggan Menikah di Kalangan Anak Muda
-
Viral! Polisi Pukul Sopir Taksi Online, Kapolda Maluku Copot Jabatan Pelaku Meski Sudah Damai
-
Admin Gerindra Sering Balas Curhatan Galau Netizen, Viral Jawabannya yang Bikin Banyak Orang Mewek
-
Prihatin Nasib Pekerja Media Terancam PHK, Legislator NasDem Desak Komdigi Atur TikTok, FB, hingga Instagram
-
Lebih Dekat dengan Sosok Arie Rieyanthie, Selebgram Diselingkuhi Suami Ketika Umroh
News
-
Adakan PTKO II, Imabsi FKIP Unila Bekali Anggota agar Paham Renstra dan LPJ
-
Sukses! Mahasiswa Amikom Yogyakarta Adakan Sosialisasi Pelatihan Desain Grafis
-
Bangun Minat Menulis, SMA Negeri 1 Purwakarta Undang Penulis Novel
-
Lestarikan Sastra, SMA Negeri 1 Purwakarta Gelar 10 Lomba Bulan Bahasa
-
Jakarta Doodle Fest Vol.2 Hadirkan Moonboy and His Starguide The Musical, dari Ilustrasi Seniman ke Panggung Teater
Terkini
-
Tampil Feminin saat Hangout dengan 4 Padu Padan Outfit Rok ala Beby Tsabina
-
Mengulas Romantisme Ibukota Lewat 'Kisah dari Selatan Jakarta' Karya WSATCC
-
Taeyeon Girls' Generation Bahas Ketidaksempurnaan di Lagu Baru 'Hot Mess'
-
Review Film Agatha All Along, Ambisi Dapatkan Kembali Kekuatan Sihir
-
Pelatih Striker Timnas Indonesia Minta Pemain Lakukan Ini Jelang Hadapi Jepang