Scroll untuk membaca artikel
Suwarjono | Hanna Syahidah
Pahlawan difabel pengendara skateboard

Seringkali sebagian orang merasa malu dan rendah diri karena kekurangan yang mereka miliki, tetapi berbeda bagi sosok pahlawan yang satu ini. Punya keterbatasan fisik, tidak menyurutkan semangat Mohammad Hikmat (26) lelaki kelahiran Sukabumi 16 Mei 1993 yang hampir setahun ini menjadi CPNS sebagai guru di salah satu  Sekolah Luar Biasa Negeri Batang, Jawa Tengah.

Baginya, perjalanan menjadi CPNS tidaklah mudah, banyak lika-liku yang harus ia lewati. Saat awal mendaftar sebagai CPNS ia sempat mengaku pesimistis “Saya tidak banyak berharap, karena untuk berjalan saja saya harus dibantu skateboard, saya hanya pengen tahu saja bagaimana perjalanan menjadi CPNS itu.” kata Hikmat saat di wawancarai .

Usai ia selesai mengikuti tes CPNS yang bertempat di Stadion Pandanaran Wujil Ungaran, Hikmat sempat tertinggal  kereta di Stasiun Tawang dan mengharuskan ia untuk tidur di stasiun menunggu kereta berikutnya tiba.

Berkat kerja keras dan doa yang ia lakukan alhasil, ketika menerima pengumuman, Hikmat dinyatakan lolos begitu pula dengan 12 penyandang disabilitas lainnya yang diterima menjadi CPNS.

Dengan berlatar belakang kehidupan ekonomi keluarga yang sangat sederhana dan ayahnya yang hanya berprofesi sebagai tukang tensi keliling, Hikmat tidak pantang menyerah dalam menjalani kehidupan.

Keputusan untuk berkuliah pun ia lakukan agar mendapat kompetensi yang memumpuni, dan dengan dibantu oleh pemerintah yang mengeluarkan kebijakan untuk semua instansi termasuk swasta agar membuka peluang bagi para penyandang disabilitas. Semakin lama peluang untuk kaum difabel pun makin terbuka lebar.

Sudah banyak pengalaman kerja yang dirasakan Hikmat seperti menjadi tenaga pengajar di Sekolah Luar Biasa  Adzkia, SLB Budi Nurani, SLB Bakti Pratiwi dan menjadi tenaga lepas di kantor BPJS. Hikmat sehari-harinya mengendarai motor yang telah dimodifikasi untuk pergi mengajar ke sekolah, dan menggunakan skateboard untuk memudahkannya dalam proses mengajar.

Sambil memakai sarung tangan,  ia bergerak mengayunkan tangannya. Semangat Hikmat untuk menebar motivasi bagi anak-anak disabilitas perlu diberikan apresiasi dan patut diacungi jempol.

Guru muda yang menjadi sosok pahlawan dalam bidang pendidikan ini memberikan pelajaran yang berharga bagi masyarakat agar lebih memahami dan peduli terhadap pendidikan anak-anak disabilitas. Sebagaimana bunyi dari Pasal 31 ayat 1 Undang Undang Dasar 1945, yaitu : “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”.

Menurut Hikmat, ia beruntung bisa mengajar anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, karena tidak semua orang mampu melakukannya. Menjadi tantangan sendiri bagi guru muda yang satu ini untuk memberikan pembelajaran yang mudah dimengerti dan dipahami anak-anak yang luar biasa itu. Yang lebih membuat kagum sosok Hikmat adalah selain mengajarkan pengetahuan dasar kepada anak-anak, ia juga mengajarkan agama seperti membaca ayat Al-Qur’an bersama.

Melihat bagaimana perjuangan dan semangat Hikmat yang mana ia juga memiliki keterbatasan fisik, tetapi mampu menjadi pendidik bagi anak-anak luar biasa itu agar menjadi penerus bangsa yang cerdas membuat mata kita terbuka.

Dengan adanya guru-guru seperti sosok pak Hikmat akan memberikan inspirasi terhadap orang-orang yang memiliki nasib yang sama. Guru yang baik tentu tidak hanya menjadi pengajar bagi siswa, tetapi juga menjadi teman, sahabat yang dapat memahami anak didiknya.

Menjadi guru khususnya untuk mengajar anak-anak seperti kaum disabilitas tidaklah mudah karena mereka mempunyai kebutuhan yang berbeda dari anak biasa lainnya. Tetapi jika potensi ini dikembangkan akan melahirkan calon penerus bangsa yang hebat dan berprestasi terlepas dari keterbatasan yang dimilkinya, karena penerus hebat lahir dari pendidik yang hebat pula.

Sayangnya potret pendidikan bagi kaum disabilitas di Indonesia masih terbilang memilukan, karena faktanya beberapa sekolah masih melakukan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas. Ditambah dengan tidak meratanya pelayanan pendidikan dan prasarana sekolah di beberapa daerah khususnya bagi anak-anak disabilitas yang tidak mampu.

Sebagai masyarakat kita juga harus membangun kesadaran untuk memberikan hak kepada sesama saudara kita serta mendukung dan memotivasi mereka agar lebih semangat dalam belajar dan memiliki kepercayaan diri.

Harapan untuk kedepannya, pemerintah bisa lebih baik lagi dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada anak-anak disabilitas dengan menyediakan fasilitas-fasilitas untuk menunjang pembelajaran, tidak menghambat kebebasan para disabilitas untuk berkarya, memberikan kemudahan seperti sarana transportasi gratis khusus untuk anak-anak disabilitas, dan juga memberikan penghargaan kepada guru-guru hebat yang telah mengadibkan dirinya untuk mencerdaskan penerus-penerus bangsa.

Hanna Syahidah