Yogyakarta, yang kerap disebut sebagai kota pelajar dan kota budaya, belum lama ini mendapatkan sebuah julukan baru: “Kota Paling Kesepian”. Panggilan tersebut tidak serta-merta ditempelkan pada Yogyakarta, melainkan merupakan hasil dari riset yang dilakukan oleh Tim Jurnalisme Data Harian Kompas. Riset tersebut menunjukkan bahwa Kota Yogyakarta dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menduduki peringkat pertama sebagai kota rentan kesepian, melampaui Ibu Kota Jakarta.
Faktor yang melandasi tingginya tingkat kesepian di Yogyakarta adalah banyaknya mahasiswa perantau serta dominasi media sosial yang menutupi interaksi secara langsung.
Di tengah kondisi tersebut, Kenal.id hadir sebagai sebuah platform yang bertujuan untuk membantu membentuk relasi bagi orang-orang yang merasa kesepian di Yogyakarta.
Berangkat dari pengalaman dan keresahan seorang perantau dari Jakarta bernama Dewi, muncullah ide untuk mengumpulkan enam orang secara acak dan tidak saling kenal untuk menggelar makan malam bersama di sebuah restoran dan berbicara tentang apa saja. Ide itulah yang menjadi cikal bakal “Dinner With Strangers” dan Kenal.id.
Hal yang Bisa Ditemukan saat “Dinner With Strangers”
Sesuai namanya, acara ini mempertemukan orang-orang yang belum pernah bertemu sebelumnya di satu meja makan dan membiarkan pembicaraan mengalir. Ini bukan sekadar makan malam biasa, melainkan sebuah media untuk berkenalan dan membuka percakapan yang jarang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
1. Dari Asing Menjadi Akrab dalam Satu Pertemuan
Momen awal perjumpaan para partisipan “Dinner With Strangers” yang paling terasa adalah suasana canggung yang perlahan mulai mencair seiring berjalannya waktu.
“Pengalaman pertama, ya, langsung bertemu dengan orang baru. Harus berani memperkenalkan diri, bersalaman, membuka topik, dan mungkin basa-basi terlebih dahulu sambil menunggu full team enam orang,” ujar Rian, salah satu peserta.
Topik obrolan yang sederhana dan ringan soal keseharian menjadi jembatan keakraban satu sama lain. Apalagi, dalam satu meja, para partisipan tidak dituntut untuk menjadi “sempurna” dan cukup menjadi diri sendiri.
2. Cerita Personal yang Jarang Terucap di Ruang Publik
Kenal.id mengonsep “Dinner With Strangers” dengan mempertemukan orang-orang dengan usia dan minat (interest) yang serupa, misalnya ekonomi, politik, musik, atau film. Hal ini membuat topik obrolan tidak terkesan membosankan karena semua memiliki ketertarikan yang sama.
“Teman-teman yang dipilihkan sesuai dengan yang saya bayangkan karena memang semua di sini memilih interest sebelumnya, seperti pendidikan, politik, dan sebagainya,” ujar Rian.
Di sela makan malam, topik obrolan mulai berkembang dan bisa saja merambat pada kehidupan pribadi, seperti karier, masalah, bahkan percintaan.
“Enam orang random yang dikumpulkan itu aku pikir bakal awkward, tapi ternyata cair banget. Akhirnya kita sharing pekerjaan, bahkan percintaan, padahal kita baru saling kenal,” kata Dewi, pendiri Kenal.id sekaligus peserta Dinner With Strangers pertama kali.
Mendengarkan cerita orang lain yang sama-sama sedang “berproses” membuat banyak peserta merasa tidak sendirian. Momen ini sering kali menjadi titik di mana empati tumbuh secara alami.
3. Pulang dengan Relasi Baru, Bukan Cuma Kenalan
Berakhirnya acara bukan berarti berakhir pula koneksi yang terjalin. Justru, dari acara ini terbentuk lingkaran pertemanan baru tanpa memandang latar belakang. Meskipun sudah mulai larut malam dan restoran hampir tutup, para partisipan sering kali memilih untuk pindah tempat dan melanjutkan obrolan. Mereka juga membentuk grup chat sendiri.
Hal ini menunjukkan bahwa interaksi dan relasi yang tercipta tidak hanya berhenti di meja makan. Setelah acara ini, banyak juga yang mendapatkan mitra bisnis, teman bermain, bahkan pasangan.
“Dinner With Strangers” membuktikan bahwa pertemuan yang singkat bisa meninggalkan kesan yang panjang. Relasi tidak dibangun atas dasar kepentingan, melainkan keinginan untuk saling mengenal sebagai sesama manusia. Lewat konsep sederhana ini, Kenal.id menawarkan pengalaman bersosialisasi yang relevan bagi Yogyakarta sebagai “Kota Paling Kesepian”.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Saat Gen Z Jogja Memilih Debu Lapangan daripada Scroll Tanpa Henti
-
Teman Manusia Jogja, Ruang Pulang untuk Berbagi dan Bertumbuh
-
5 Pilihan Hotel Jogja Murah untuk Liburan Akhir Tahun
-
PLN Fokus Perkuat Layanan SPKLU di Yogyakarta, Dukung Kenyamanan Pengguna Saat Libur Nataru
-
5 Kegiatan Seru buat Mengusir Rasa Sepi di Yogyakarta
News
-
Cuan dari Limbah: Potensi Bisnis Menggiurkan di Balik Oli Bekas
-
Saat Gen Z Jogja Memilih Debu Lapangan daripada Scroll Tanpa Henti
-
Ridwan Kamil Absen di Sidang Perdana Perceraian, Masih Berharap Bisa Rujuk?
-
Modal Rp7 Juta Bisa Dapat Motor Gahar Apa? Ini 5 Rekomendasi Paling Gagah
-
Campaign Anti-Bullying, Suara.com dan BLP UNISA Kunjungi SMA Mutiara Persada
Terkini
-
Tak Perlu Gugup, Ini 4 Tips Auto Mahir Public Speaking Ala Azkiya Haliza
-
Key SHINee Hentikan Aktivitas Usai Klarifikasi Dugaan Layanan Medis Ilegal
-
Ade Tya Dituding jadi Orang Ketiga, Pengacara Ari Lasso: Ada Kesalahpahaman
-
Torehkan Beragam Pencapaian, Sejatinya Indra Sjafri Masih Layak untuk Tetap Berada di PSSI!
-
From Old Country Bumpkin to Master Swordsman Lanjut Season 2, Kapan Tayang?