Hujan dulu identik dengan udara segar dan sering kali mengundang diri ini bermain hujan-hujanan di luar. Namun sayangnya, kegiatan menyenangkan itu perlu mulai dipikir ulang. Ada bahaya yang diam-diam ikut turun bersama tetesannya dan mengancam kesehatan tubuh.
Temuan terbaru dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan hasil penelitian di Jakarta bahwa air hujan mengandung partikel mikroplastik.
Partikel ini bisa terbawa karena hasil degradasi plastik dan limbah buangan manusia yang kembali turun bersama hujan.
Karena itu, tidak heran jika banyak orang tua khawatir membiarkan anak-anak berlarian di tengah hujan. Meski hujan tidak otomatis berbahaya, keberadaan mikroplastik memiliki potensi dampak kesehatan karena partikel halus ini dapat masuk ke tubuh lewat pernapasan atau konsumsi tanpa disadari.
Agar lebih waspada, ada baiknya kita memahami apa saja bahaya mikroplastik bagi kesehatan. Yuk, simak penjelasannya berikut.
1. Masuk ke saluran napas dan merusak jaringan paru-paru
Ternyata mikroplastik bisa masuk ke paru-paru lewat udara yang kita hirup setiap hari. Karena ukurannya sangat kecil, partikel ini terbawa angin dan terhirup bersama polusi, lalu menempel di saluran napas. Lama-kelamaan jumlah partikel dapat menumpuk dan meningkatkan risiko gangguan pernapasan seperti asma, sesak napas, hingga penyakit paru obstruktif kronis, terutama pada orang yang sering terpapar debu atau bekerja di lingkungan industri plastik dan konstruksi. Itulah kenapa kita sangat disarankan memakai masker di area berdebu, menjaga kebersihan pakaian setelah beraktivitas, serta membatasi pemakaian plastik sekali pakai.
2. Memicu iritasi dan peradangan pada kulit
Selain bisa masuk lewat udara dan air, mikroplastik juga dapat bersentuhan langsung dengan kulit. Partikel kecil yang berasal dari deterjen, sabun, kosmetik, atau serat pakaian sintetis dapat menempel saat digunakan sehari-hari. Bagi sebagian orang, terutama yang memiliki alergi atau kulit sensitif, paparan tersebut bisa menimbulkan reaksi berupa iritasi atau peradangan. Hal ini terjadi karena dalam mikroplastik terdapat zat kimia tertentu yang dapat memicu respons tubuh, sehingga kulit terasa gatal, kemerahan, atau bahkan meradang jika terpapar terus-menerus.
3. Mengganggu kerja sistem pencernaan
Tidak sedikit dari kita yang masih suka makan dengan bungkus berbahan plastik. Sayangnya kebiasaan ini perlu dipikirkan ulang karena plastik dapat melepaskan mikroplastik ke dalam makanan maupun minuman. Setelah tertelan, mikroplastik dapat menempel di dinding usus, memicu iritasi dan peradangan, sehingga mengganggu penyerapan nutrisi.
Ada juga kekhawatiran bahwa penumpukan mikroplastik dapat mengurangi jumlah bakteri baik yang berperan menjaga keseimbangan flora usus. Jika bakteri baik menurun, fungsi pencernaan dan daya tahan tubuh bisa ikut terganggu karena keduanya saling berkaitan erat melalui sistem imun yang sebagian besar berada di saluran cerna.
4. Melemahkan pertahanan imun tubuh
Paparan mikroplastik tidak hanya berdampak pada pencernaan dan paru-paru, tetapi juga bisa mengganggu sistem imunitas tubuh. Ketika partikel kecil ini masuk lewat makanan atau udara, tubuh merespons dengan memicu reaksi imun.
Jika terjadi terus-menerus, respons ini bisa berubah menjadi peradangan berlebihan yang justru melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi. Mengingat sebagian besar sel imun berada di usus, gangguan pada sistem pencernaan akibat mikroplastik dapat ikut memengaruhi daya tahan tubuh. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan berkepanjangan berpotensi memicu penyakit autoimun, ketika sistem imun salah mengenali jaringan tubuh sendiri.
5. Memicu terbentuknya sel kanker
Ketika mikroplastik masuk ke dalam tubuh, partikel dan zat kimia yang menempel padanya dapat memicu kerusakan DNA dan mengganggu keseimbangan hormon. Kondisi ini berpotensi menyebabkan perubahan genetik yang meningkatkan risiko terbentuknya sel kanker.
Salah satu bahan kimia berbahaya pada mikroplastik adalah dioksin, yang dapat masuk melalui konsumsi lemak hewani atau air minum, dan mampu bertahan lama di dalam tubuh. Dalam paparan jangka panjang, terutama pada orang yang bekerja di lingkungan berisiko tinggi seperti konstruksi atau industri plastik, ancaman kanker bisa semakin besar.
Itulah sederet bahaya mikroplastik bagi kesehatan tubuh kita. Kenyataannya, mikroplastik memang sulit dihindari karena ada di mana-mana: di udara yang kita hirup, di air hujan yang turun dari langit, hingga pada bungkus makanan dan minuman yang kita gunakan sehari-hari. Meski ancamannya terasa dekat, bukan berarti kita tidak bisa berbuat apa-apa.
Mulai dari langkah sederhana seperti mengurangi plastik sekali pakai, membawa tas belanja sendiri, atau membiasakan memakai botol minum pribadi saat bepergian, setidaknya kita sudah ikut mengurangi sumber penyebaran mikroplastik.
Baca Juga
-
Deforestasi atas Nama Pembangunan: Haruskah Hutan Terus jadi Korban?
-
Mulai dari Rumah, Inilah 7 Cara Sederhana Menerapkan Green Living
-
Kelapa Sawit: Sama-sama Pohon, tapi Tak Bisa Gantikan Fungsi Hutan
-
Reforestasi Bukan Sekadar Menanam Pohon, Ini Upaya Memulihkan Ekosistem
-
Di Balik Diamnya INFJ: Intuisi Kuat dan Kepekaan yang Luar Biasa
Artikel Terkait
Health
-
Pentingnya Imunitas: Panduan Lengkap Menjaga Daya Tahan Tubuh
-
Laporan Harvard Sebut 5 Biang Kerok yang Menghambat Diet Sehat, Apa Saja?
-
Jangan Anggap Sepele, Ini 6 Bahaya Drainase Rumah yang Tersumbat
-
Anak GTM, Dokter Shane Tuty Ungkap Ciri Picky Eater yang Perlu Diwaspadai!
-
Dari Tinnitus hingga Hiperakusis: Risiko Serius di Balik Kebiasaan Memakai Headphone
Terkini
-
4 Physical Sunscreen Panthenol untuk Jaga Kelembapan Kulit Sensitif
-
4 Inspirasi Makeup Look ala Yunjin LE SSERAFIM, Edgy Tapi Tetap Natural!
-
Bestie Banget! Lee Kwang Soo Jadi MC Pernikahan Shin Min Ah dan Kim Woo Bin
-
Cocok Buat Natal: 5 Rekomendasi Lipstik Merah dari Brand Lokal, Tak Kalah Elegan
-
Dirut ANTAM dari Eks Tim Mawar, Negara Tutup Mata soal Rekam Jejak HAM